Share

Bab 6. Fokus Sandra! Fokus!

Cepatnya degupan di jantung Sandra. Selepas membulatkan kedua matanya sempurna, namun kini harus dibuat memberingsut mundur oleh nyalangnya tatapan tajam milik Sean yang telah menegakkan kepala.

"Ke-kenapa saya harus membuka kancing kemeja Anda?" tanya Sandra terbata. Memberanikan diri demi untuk sebuah harga diri yang harus dia jaga. Bagaimana bisa ia dititahkan oleh Bos galaknya ini membuka kemeja?

Bukankah itu artinya ia akan melihat Sean bertelanjang dada? terhenyak sudah hatinya Sandra. Antara takut dan juga tak terima, bercampur menjadi satu hingga menciptakan sebuah gejolak rasa di dalam dada.

"Kamu menolaknya?" sengit Sean.

"Saya bukan istri Anda. Jadi saya nggak pantas membuka kancing kemeja Anda," Berusaha untuk tetap bisa berdiri tegak di atas kakinya yang gemetar. Namun malah dibuat ketakutan oleh senyuman seringai yang tercipta di bibir Sean. Seram sekali.

"Klausul nomor sepuluh. Pihak kedua tidak diperbolehkan membantah apapun perintah dari Pihak pertama." Ucap Sean mengingatkan.

Pihak pertama adalah dirinya, sedangkan pihak kedua merupakan Sandra sang asisten pribadinya. Telah menghapal poin poin penting di dalam klausul buatannya sendiri, di surat perjanjian kontrak pekerjaan. Kian mempercepat degupan di jantung Sandra yang terdiam. "Kamu melupakannya?" kian menajamkan tatapannya, menyudutkan asisten pribadinya yang semakin dia buat ketakutan mundur ke belakang.

Seiring dengan ayunan langkah Sean maju ke depan, selepas berdiri dari duduknya lebih mendekati Asisten pribadinya. "Buka sekarang," lirihnya suara Sean namun menekankan.

Membuat Sandra menelan salivanya pelan. Lebih memilih untuk segera memejamkan kedua matanya dalam, demi untuk bisa meraih ketenangan yang begitu sangat dia butuhkan.

"Hanya diam? tetap bersikekeh untuk melawan?" lanjut Sean cenderung mengancam.

Menggelengkan cepat kepala Sandra. Dirinya terpojok, sudah terjebur ke dalam jurang tanpa ada kesempatan lagi untuk ia bisa berlari, didalam menghidari sikap semena mena dari Sean.

"I-iya," masih saja terbata."Sa-saya akan membantu melepaskan kancing kemeja Anda," Benar benar tak bisa mengontrol kencangnya ritme jatungnya sendiri, membernikan diri tetap bersitatap dengan Sean yang tampak terdiam, menatapnya dingin.

"Lakukan," titah Sean mengedikkan kepala.

Dan tak lagi membuat Sandra bersuara. Hanya bisa berusaha untuk mengangkat kaki kanannya agar mau melangkah, lebih mendekati Sean yang tampak begitu gagah namun begitu sangat menyeramkan.

Gemetar.

Jemari tangan Sandra gemetar. Untuk pertama kalinya ia membuka pakaian pria. Melihat tubuh telanjang pria tepat di depan mata kepala, membuatnya harus berkali kali menelan salivanya pelan.

Satu kancing bagian atas terbuka. Seiring dengan mengalihnya pandangan Sandra, beradu pandangan dengan Sean yang membisu, sedari tadi menundukan kepala memperhatikannya lekat.

"Bisa Anda arahkan tatapan Anda lurus ke depan?" batin Sandra. Ingin sekali mengatakan hal itu kepada Sean yang tak kunjung membuang pandangan. Tapi nyali tak ada, sama sekali tak berani sedikitpun membuka suara.

Kancing ketiga pun akhinya terbuka. Sudah mulai menampakkan dada bidang milik Sean yang terlihat  begitu sangat sempurnanya. Dengan tonjolan otot yang tampak begitu menggairahkan di pandangan semua wanita. Tak terkecuali pandangan Sandra yang harus menahan napasnya segera.

"Fokus Sandra! fokus!" batin Sandra. Tak boleh terlena dengan pandangan yang tersaji di depannya, segera menggelengkan kepalanya pelan.

"Kamu menyukainya?" beratnya  suara Sean terdengar. Mengulaskan senyuman tipisnya, cenderung mencibir.

Mendongakkan kepala Sandra yang tak berani menjawab, lebih memilih untuk segera mempercepat gerakan tangannnya di dalam membuka semua kancing kemeja Bosnya.

"Su-sudah, Bos." Sandra memundurkan langkahnya. Masih bertemankan degupan kencang di dalam dada.

"Lepaskan," ucap Sean.

"Apanya?" kusut sudah pikiran Sandra. Seiring dengan membentangnya kedua tangan Sean ke samping kanan dan juga kiri, menitahkan asisten pribadinya itu agar segera melepaskan kemeja yang dia pakai secara sempurna.

"Cepat," Kembali Sean mengedikkan kepala.

Benar benar tak aman untuk jantung Sandra. Ada apasih dengan Bosnya ini? menyuruhnya membantu melepaskan pakaian layaknya bantuan istri kepada suami. Masih dengan gemetarnya rasa di tangan,mencoba untuk mengayunkan langkahnya perlahan membelakangi Sean.

"Ma-aaf, Bos." lirih  Sandra. Entah minta maaf untuk apa, berusaha bersiap untuk mengarahkan kedua tangannya  kearah   depan, akan menaanggalkan kemeja hitam milik Bosnya.

"Su-sudah, Bos." Sandra masih saja terbata, sudah membuang pandangannya ke arah  samping sambil membawa kemeja Sean di kedua tangannya, memberingsut mundur.

Dan tak lagi membuat Sean bersuara. Lebih memilih untuk segera mengayunkan langkahnya akan masuk ke dalam kamar mandi dan meninggalkan asisten pribadinya yang terdiam menundukkan kepala.

Memejamkan kedua mata Sandra dalam, menghela napas leganya pelan. "Jantung jantung. Sehat sehat ya kamu. Kita harus kuat," batin Sandra mengelus dadanya sendiri. Kemudian kembali dibuat berjingkat oleh panggilan Sean.

"Sandra!"

"Sa-saya, Bos."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status