Share

Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir
Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir
Author: Rich Mama

Bab 1. Temani Aku Malam Ini

Author: Rich Mama
last update Last Updated: 2024-11-04 11:42:03

“Saya … ingin mengajukan pinjaman, Pak.”

Naura berdiri beberapa langkah dari meja, meremas jemarinya yang basah oleh keringat. Suaranya sedikit bergetar.

Ucapan Naura membuat Reval menghentikan gerakan tangannya yang sedari tadi sibuk menandatangani berkas-berkas. Tatapannya langsung tertuju pada Naura, tatapan yang sulit diartikan.

CEO duda itu menyandarkan tubuhnya ke kursi, ekspresinya tak berubah. “Berapa yang kamu butuhkan?”

“Dua miliar, Pak.”

Ruangan itu mendadak hening, seolah waktu berhenti. Naura menggigit bibir, menunggu reaksi yang tidak kunjung datang.

Reval akhirnya tertawa kecil, suara yang tidak membawa kehangatan. “Kamu sadar betapa besar angka itu, kan?”

“Saya sadar, Pak. Tapi saya tidak punya pilihan lain,” jawab Naura, nadanya memohon.

Reval mengangguk pelan, lalu bangkit dari kursinya. Ia berjalan ke arah jendela besar di belakang meja, melihat pemandangan kota yang sibuk.

“Kamu tahu, Naura, perusahaan tidak seperti lembaga amal. Kami tidak memberikan uang begitu saja tanpa ada keuntungan di baliknya.”

Naura meneguk ludah. “Saya bersedia melakukan apapun, Pak. Saya akan bekerja lebih keras. Saya bisa mengganti uangnya dengan pemotongan gaji. Apa pun.”

Reval kembali duduk ke kursinya. Ia menatap Naura dengan ekspresi yang sulit ditebak. “Apa pun?”

Senyum tipis muncul di wajah Reval, senyum yang membuat perut Naura terasa dingin.

“Kalau begitu,” katanya sambil memainkan pulpen di jarinya, “kita bicarakan syaratnya.”

“A-apa syaratnya, Pak?” Naura terpekur setelah bosnya itu mengatakan hal tersebut.

“Kamu yakin mau meminjam uang sebesar itu?” tanyanya perlahan, nyaris seperti bisikan.

Naura mengangguk, meski hatinya penuh keraguan. “Ibu mertua saya tidak punya banyak waktu, Pak. Operasi harus dilakukan secepatnya. Kalau tidak …” suaranya terhenti, tercekik oleh emosi yang menumpuk.

Reval memiringkan kepala sedikit, menatapnya dengan minat baru. “Baiklah. Dua miliar bukan jumlah kecil, Naura. Perusahaan tidak akan memberikannya begitu saja tanpa jaminan.”

“Saya … saya tidak punya apa-apa untuk dijaminkan, Pak,” ujar Naura, hampir panik. “Tapi saya akan melunasinya, apa pun caranya. Saya bisa—”

“Ssst,” Reval mengangkat tangannya, menghentikan kata-katanya. “Aku tidak bicara soal uang atau properti.”

Naura terdiam. Matanya mengerjap, mencoba mencerna maksudnya.

“Kamu mau tahu apa jaminannya?” tanya Reval sambil menyandarkan tubuh ke kursi, tatapannya menelisik.

Naura menggigit bibir, perasaannya berkecamuk antara penasaran dan takut. “Apa, Pak?”

Reval tersenyum tipis, senyum yang membuat bulu kuduk Naura meremang. “Aku ingin kamu menemani aku malam ini.”

Jantung Naura seakan berhenti. “Me-menemani?” ulangnya dengan suara hampir tak terdengar.

“Ya. Di Velvet Crown Hotel. Kita habiskan malam bersama. Itu saja,” jawab Reval santai, seolah sedang menawarkan makan siang biasa.

Kata-kata itu meluncur begitu tenang, namun dampaknya seperti pukulan keras di kepala Naura. Ia membeku di tempatnya, tubuhnya tak mampu bergerak.

“Saya sudah menikah, Pak,” katanya dengan nada yang bergetar.

Reval tersenyum lagi, kali ini lebih sinis. “Aku tahu. Tapi ini tidak ada hubungannya dengan pernikahanmu. Ini hanya kesepakatan bisnis. Kamu dapat uangnya, aku dapat apa yang aku mau. Semua merasa diuntungkan, bukan?”

Naura merasakan keringat dingin membasahi tengkuknya. Bayangan suaminya dan ibu mertuanya melintas di pikirannya. Apa yang harus ia lakukan? Menolak berarti mengabaikan keluarganya yang membutuhkan.

Tapi menerima … itu artinya mengkhianati semua prinsip yang selama ini ia pegang.

“K-kenapa harus itu syaratnya, Pak?” tanyanya lirih, mencoba mencari alasan untuk menunda jawaban.

Reval tertawa kecil, matanya berkilat penuh misteri. “Karena kamu menarik, Naura. Dan aku selalu mendapatkan apa yang aku mau.”

Keheningan memenuhi ruangan, menyisakan ketegangan yang hampir tak tertahankan. Naura ingin berteriak, ingin keluar dari ruangan ini, tapi kakinya terasa terpaku di lantai.

“Aku tidak punya banyak waktu,” ucap Reval akhirnya. Ia kembali ke mejanya dan meraih dokumen dari dalam laci. “Ini kontraknya. Aku tunggu malam ini.”

Rich Mama

Hallo Kakak... Selamat membaca cerita terbaru aku. Kira-kira Naura bakalan menerima tawaran dari Pak Reval nggak ya??? Hehehe Dukung author dengan memberikan gem sebanyak-banyaknya ya (⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

| 17
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Rich Mama
gak cuma kang sosor ya (⁠~⁠ ̄⁠³⁠ ̄⁠)⁠~
goodnovel comment avatar
sayanilam
seru... lanjutkan
goodnovel comment avatar
NACL
duh reval sepertinya mau cosplay jadi kang sosor nih
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 210. Menjadi Orang Tua

    Pak Budi memberanikan diri bicara, “Tapi Pak, bukannya rumah ada smart lock pakai sidik jari?” Reval mendadak berhenti bernapas sejenak, lalu mengembuskan napas lega. “Ya ampun, Pak Budi. Anda pahlawan!” Setibanya di rumah, Reval lari ke kamar seperti disambar petir. Dia membuka lemari dan langsung menarik koper warna biru dengan hiasan bebek kecil. “Oke, ini koper bayi. Sekarang koper Naura…” Matanya menelusuri kamar. “Yang pink! Yang pink! Pink tua atau pink muda ya?” Dia meraih koper pink muda, lalu membuka. Isinya… setrika uap dan baju olahraga. “Ya ampun ini koper laundry!” serunya frustrasi. Akhirnya, setelah menggali seluruh isi lemari dan kolong tempat tidur, Reval berhasil menemukan semua keperluan yang dikemas Naura jauh-jauh hari. Dia menyeret koper bayi, koper ibu, tas selempang berisi dokumen, dan bantal menyusui bergambar boneka domba. “Oke, sekarang kita kembali ke rumah sakit!” Kembali ke rumah sakit, Reval langsung berlari masuk, membawa semua tas dan koper s

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 209. Memucat

    Naura menggigit bibirnya, lalu mengaduh lagi. “Aaakh! Ini sakit banget! Kayaknya air ketubanku rembes deh… Val! Kaki aku dingin!” Reval langsung melepaskan jasnya, “Nih, nih, pakai ini dulu. Aduh jangan jambak lagi, ya? Aku masih butuh rambut buat tampil kece sebagai ayah masa depan!” Naura menatapnya, mata berkaca-kaca. “Reval…” Reval langsung panik, “Iya, iya, aku di sini, Sayang. Kamu kuat. Nggak apa-apa, kita sebentar lagi sampai, ya?” “Kalau anak kita lahir sekarang… di mobil… aku nggak siap, Val…” Reval menggenggam tangannya, hangat dan kuat. “Tidak. Nggak usah takut. Aku bakal ada di samping kamu terus.” Naura menggigit bibir bawahnya, kali ini bukan karena sakit, tapi karena matanya mulai buram oleh air mata. “Kamu suami paling norak tapi paling aku cinta.” Reval tertawa kecil, meski wajahnya masih tegang. “Norak tapi tampan, kan?” Naura mengangguk lemah dan di tengah ketegangan, mereka berdua tertawa pelan. Tiba-tiba, Naura kembali meringis. “Aaaakh! Kontraksinya dat

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 208. Terobos Aja

    Kehamilan Naura telah memasuki bulan kesembilan. Perutnya yang membuncit membuat geraknya menjadi semakin terbatas. Reval pun menjadi sangat protektif. Setiap langkah Naura selalu diawasi, setiap makanan yang masuk selalu diperiksa gizi dan porsinya. Pagi itu, mereka menerima sebuah undangan cantik berwarna peach keemasan. Nama Dinda dan Ervan tertera di sana dengan elegan. “Kita diundang ke pernikahan Dinda dan Ervan,” ucap Naura sambil duduk di sofa, tangannya mengelus perutnya dengan lembut. Reval mengambil undangan itu, membaca sebentar, lalu menatap Naura khawatir. “Sayang, usia kandungan kamu kan udah sembilan bulan. Lebih baik kita kirimkan hadiah saja. Kamu istirahat di rumah.” Naura menggeleng pelan. “Aku pengen datang. Dinda itu teman yang selalu ada. Dia sering nemenin aku saat kamu kerja, jalan-jalan ke taman, bahkan pernah nganterin aku ke dokter waktu kamu dinas luar kota. Aku nggak mau absen di hari bahagianya.” Reval menghela napas panjang. Ia tahu ketika Naura

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 207. Mencintai Sepenuh Hati

    Air hangat mulai mengalir dari pancuran saat Reval menarik tangan Naura menuju kamar mandi. Ia menatap istrinya dengan senyum penuh cinta, lalu meraih handuk lembut dan memakaikannya ke tubuh Naura. “Kita bersih-bersih dulu, ya?” ucapnya sambil mencubit lembut ujung hidung Naura. Naura terkekeh, mengangguk manja. “Aku nggak bisa mandi sendiri, dong, sekarang.” Reval mengangkat alis, pura-pura serius. “Makanya suamimu ikut. Supaya kamu nggak kesepian.” Mereka berdiri di bawah pancuran air hangat. Uap tipis memenuhi ruangan, membalut tubuh mereka yang kini saling bersentuhan dengan begitu lembut dan hati-hati. Reval mengusap bahu Naura perlahan, lalu menurunkan tangannya ke lengan istrinya, memijatnya dengan sabun wangi melati. “Hmm, wangi kamu sekarang tambah enak,” gumam Reval, mencium pelipis Naura. Naura terkikik kecil. “Wangi sabun, Reval.” “Buat aku, semuanya dari kamu itu wangi,” bisiknya lagi. Mereka tak banyak bicara, hanya saling membersihkan tubuh dengan penuh kelemb

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 206. Sempurna

    Pagi menyusup pelan lewat tirai tipis kamar. Sinar matahari yang lembut membias ke dinding, menciptakan suasana hangat. Di dalam selimut tebal, Naura menggeliat pelan sambil menguap. “Selamat pagi, Nyonya Reval,” bisik suara berat yang sangat dikenalnya. Naura membuka mata dan mendapati Reval sudah menatapnya dengan senyum yang kelewat manis. Rambutnya berantakan, tapi entah kenapa justru itu yang membuatnya makin tampan di mata Naura. “Selamat pagi, Tuan Ganteng,” balasnya sambil menyembunyikan wajah di bantal karena malu. Reval tertawa, lalu menarik Naura mendekat dan mendaratkan ciuman lembut di pipinya. “Gimana tidurnya, ibu dari anakku?” Naura tersenyum malu. “Tidur paling nyenyak seumur hidup.” Reval mengusap perut Naura perlahan. “Kamu harus makan dulu pagi ini. Anak kita pasti lapar.” Tak lama kemudian, mereka sudah berada di dapur. Naura mengenakan daster panjang dan celemek, rambutnya diikat sembarangan. Reval dengan kaus abu-abu dan celana pendek santai membantu

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 205. Selamat Malam Istriku

    Naura mengerutkan dahi, tapi mengangguk. Ia menatap punggung suaminya yang keluar dari kamar. Beberapa menit kemudian, Reval muncul lagi. Kali ini dengan nampan berisi makanan kecil. Cokelat hangat, stroberi celup cokelat, dan... satu mangkuk mi instan. Naura langsung tertawa. “Mi instan? Serius?” “Yang terakhir spesial. Ini... buat kita yang dulu pernah makan ini bareng waktu kamu—” Naura memejamkan mata sejenak, tertawa haru. “Waktu itu kamu juga yang masakin!” potong Naura sebelum Reval menyelesaikan kalimatnya. Reval duduk di sebelahnya. “Dan malam ini, mi instan akan jadi saksi kita udah nggak perlu nangis sendirian lagi.” Mereka menikmati makanan ringan sambil bercerita masa lalu. Setiap kalimat seolah menjahit luka-luka yang dulu terbuka, menjadi kenangan yang kini tak lagi menyakitkan. Setelah semua santapan habis, Reval menarik Naura berdiri. “Ayo, aku mau ajak kamu lihat sesuatu.” Mereka berjalan menyusuri lorong hotel menuju pantai. Ternyata di pasir putih itu, Reval

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status