Share

CHAPTER 245 | KUNJUNGAN PENJARA

Penulis: Langit Parama
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-12 08:01:43

“Fika,” panggil Bu RT pada Fika yang sekarang sudah lumayan membaik setelah terkuak fakta masa lalunya yang cukup menyakitkan.

Dan selama itu pula, dia tinggal di rumah Bu RT yang sudah dianggap seperti anak kandung sendiri. Apalagi kedua pasangan tersebut memang tidak memiliki anak.

“Kamu dari tadi bengong, mikirin apa?” tanya Bu RT nyaris berbisik, suaranya lembut dan hangat.

Fika menghela napas panjang. “Aku kangen sama Yessa dan Yessy, Bu,” jawab wanita itu lirih, tatapannya tetap tertuju pada luar jendela, di mana kosan dapat dilihat dari kamarnya.

“Kamu gak mau coba hubungi mereka?”

Fika hanya tersenyum kecil. “Aku gak punya HP, dan juga gak tahu nomor Yessa. Lagipula, sebelum Yessa berangkat ke kota, HP-nya dijual buat ongkos ke sana.”

Pandangannya kemudian beralih pada Bu RT. “Kira-kira, Yessa udah ketemu sama Yessy belum ya, Bu? Kan Pak dokter bawa pergi, sengaja ninggalin Yessa di sini.”

“Itu sudah berapa lama? Udah satu bulan lebih sejak kejadian itu, Fik. Ya pasti s
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
mirah
keluar juga si kaveer
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Gairah Terlarang: Sahabat Suamiku, Nafsu Rahasiaku   CHAPTER 278 |

    “PAPA…!” Isandro otomatis menghentikan langkahnya. Keningnya langsung mengernyit ketika Arby berlari sekencang itu, wajahnya tegang, suaranya hampir pecah. “Ada apa, By?” tanya Isandro pelan sambil berjongkok agar sejajar dengan putranya. “Mama gak ada sama adek!” Arby menjawab cepat, napasnya tersengal, tatapannya cemas seperti seseorang yang baru saja kehilangan pegangan. Isandro menghela napas pelan, mencoba menenangkan. “Mama pergi ke rumah temennya, By. Mungkin belum pulang.” “Tapi tadi Arby cari Mama di kamar,” suaranya melemah, bibirnya menggembung, “Adek juga gak ada.” Isandro mengusap kepala putranya. “Adek sama Mama, sayang. Mereka pergi bareng. Papa kan bilang, Mama mau main ke rumah tante Laras.” “Tapi kok lama banget?” Arby memeluk pinggang ayahnya, wajahnya menempel di bahu Isandro. Kekhawatirannya jelas bukan karena takut ditinggal, tapi karena terbiasa melihat Yes

  • Gairah Terlarang: Sahabat Suamiku, Nafsu Rahasiaku   CHAPTER 277 |

    Hari ini Yessa dan Ana janjian bertamu ke rumah Laras, teman baik mereka sejak masih menjadi perawat di Rumah Sakit Gloria Medika. Sudah lama mereka tidak berkumpul bertiga, dan undangan kecil dari Laras akhirnya membuat mereka menyempatkan waktu. Ana yang kini hamil tiga bulan tampak memegangi perutnya sesekali. Kehamilan pertamanya itu membuat wajahnya bersinar berbeda—lebih lembut, lebih dewasa. Setelah menikah enam bulan lalu, tepat ketika Yessy berusia enam bulan—hidup Ana benar-benar berubah. Ia bisa merasakan jadi seorang istri dan calon ibu seperti kedua temannya. “Semalem anak kamu genap satu tahun, ya, Yes?” tanya Ana, duduk di jok tengah sambil melirik Yessy yang sedang dipangku Yessa. Yessa mengangguk sambil mengusap rambut lembut putri kecilnya. “Iya. Cepet banget ya, Na ... rasanya baru kemarin aku lahiran.” Ana menyengir kecil. “Aku aja baru hamil tiga bulan udah ngerasa semuanya

  • Gairah Terlarang: Sahabat Suamiku, Nafsu Rahasiaku   CHAPTER 276 |

    “Arby satu minggu ini bakal nginep di rumah Aurora sama Luke,” ucap Isandro siang itu, suaranya tenang namun jelas, saat ia memasuki kamar. Yessa yang tengah menepuk-nepuk punggung Yessy di atas ranjang langsung menoleh. “Jadi, tadi habis jemput Arby, kamu langsung anter dia ke rumah Mbak Aurora, Mas?” tanya Yessa pelan. Ia bergeser sedikit, memberi ruang ketika Isandro ikut naik ke ranjang dan berbaring di sisi putri kecil mereka. Yessy yang hampir terlelap menggumam kecil, dan Isandro otomatis mengusap perut bayi itu dengan gerakan pelan menenangkan. “Iya,” jawab Isandro sambil menatap Yessa. “Katanya mau main sama Arsy selama ada di sana, gantian sama adek Eci-nya. Aurora juga bilang dia gak keberatan jagain.” Yessa mengangguk, tersenyum tipis meski sedikit cemas. “Mudah-mudahan dia gak rewel di sana. Dan Mamanya gak buat masalah lagi.” “Arby gak akan rewel, tergantung gimana sikap Mamanya selama dia ada di sana nanti,” Isandro meraih tangan Yessa, mengecup punggungnya lembu

  • Gairah Terlarang: Sahabat Suamiku, Nafsu Rahasiaku   CHAPTER 275 |

    Pagi itu matahari masih lembut, hangatnya seperti selimut tipis yang memeluk bumi. Di halaman belakang, Aurora duduk di bangku taman dengan rambut diikat seadanya, sementara Luke mendorong stroller kecil berisi Arsy yang sudah bangun sejak pagi buta. “Arsy udah siap jemur, ya?” Aurora mengusap pipi chubby putrinya yang menyembulkan ekspresi penasaran melihat burung-burung kecil berkicau di pohon. Luke mendekat, membawa mangkuk bubur hangat yang uapnya masih mengepul tipis. “Kita jemur sambil makan, ya. Biar tambah sehat.” Aurora tertawa kecil. “Coba kita lihat, dia semangat atau enggak.” Begitu sendok pertama mendekat ke bibirnya, Arsy langsung membuka mulut lebar—seolah dunia akan runtuh kalau dia tidak segera mendapat suapan itu. Namun tak sampai dua detik setelah bubur itu masuk, Arsy menatap kedua orang tuanya lekat-lekat, lalu tertawa tanpa alasan jelas. “Kenapa dia ketawa, Ra?” Luke mengerutkan dahi, tapi ikut tersenyum. “Entah. Kayaknya dia bahagia banget hidup,” jawab

  • Gairah Terlarang: Sahabat Suamiku, Nafsu Rahasiaku   CHAPTER 274 |

    Dinding kamar mandi di belakang Yessa dingin. Tapi tubuh Isandro di belakangnya jauh lebih panas. Terlalu panas, sampai napas Yessa tercekat ketika tubuh itu menempel rapat ke punggungnya—mendorong, dan menghimpit tanpa jeda. Lalu dalam satu hentakan, tubuh mereka menyatu. Yessa nyaris terjatuh kalau bukan karena tangan Isandro yang menahan perutnya—menjaganya tetap berdiri, tetap terbuka, tetap menerima. “Ah—M-Mas ....” lenguh Yessa dengan napas berat. “Hm? Apa, sayang?” gumam Isandro, napasnya membakar leher Yessa. Satu tangannya terulur, menyusuri paha belakang Yessa, mendorong lebih dalam dalam setiap hentakan—membuat tubuh sang istri terdesak ke tembok. Gerakan pinggul Isandro datang seperti ombak—cepat, kuat, dan penuh kendali. Dinding bergetar setiap kali tubuh Yessa didorong ke depan. “Mhh ... Mas,” desisan tertahan terdengar dari mulutnya. Tapi Isandro tak melambat, gerakannya semakin intens dan dominan. Saat akhirnya mereka mencapai puncak—napas saling terse

  • Gairah Terlarang: Sahabat Suamiku, Nafsu Rahasiaku   CHAPTER 273 |

    “Tante Fika?” seru Arby kaget, namun mata polos itu berbinar antusias. “Yeay ... tante Fika datang,” ia berjingkrak heboh di teras rumah. Fika tersenyum lebar melihat tingkah Arby, lalu beralih pada Yessy di gendongan Isandro. “Saya datang ke sini karena kangen banget sama Yessy, Mas. Tapi, sepertinya lagi tidur, ya?” ucap Fika pada Isandro, seolah tak ada Yessa di sana—bahkan tak menyapa sedikitpun. “Iya, karena Yessy sedang tidak bisa ditemui ... alangkah baiknya kamu datang lain kali saja. Lagipula malam sudah larut, dan waktunya untuk istirahat,” balas Isandro, suaranya dingin. Fika menelan ludahnya berat, berusaha tersenyum meski sebenarnya dadanya sedang berkecamuk. Akhirnya dia menatap Yessa. “Yess, apa aku bisa nginep di sini malam ini? Udah larut, gak enak pulang sendirian,” ucap Fika dengan nada lembut—terlalu lembut, bahkan. Berharap bisa menarik empati Yessa. Yessa membuka mulut hendak menjawab, namun suara bariton Isandro terdengar lebih dulu, tegas dan dingin.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status