"Masuklah!" Rayhan akhirnya meminta Novi untuk masuk.
Tapi buang wine ke tempat sampah!" bisik Rayhan kepada Novi."Tapi kenapa? Kita bisa menikmati malam indah ini bersama Ray," ucap Novi seraya membelai pipi Rayhan dan mendekatkan bibirnya.Rayhan memundurkan langkahnya mencoba menghindari jari jemari Novi yang terasa menggelitik pelan di pipinya."Baiklah... Jika kau tak ingin kusentuh, tidak masalah.""Ada anak anakku di sini. Tolong jaga sikapmu." Rayhan memberitahu.Novi masuk dan melihat ke arah tempat tidur Rayhan. Ia memandang tajam ke arah boneka sapi milik Ana."Hmm! Rupanya kau bersama anakmu menginap di sini."Tiba tiba Ana dan Levin keluar dari kamar mandi dan memeluk Ayah mereka."Papa, siapa dia?" tanya Ana."Dia teman papa, namanya Novi," jawab Rayhan."Hai Tante Novi." Ana yang polos menyapa seraya melambaikan tangannya."Papa kita jadi pergi ke pusat kota m"Aku datang ke sini untuk membayar hutangku." Ayu menyodorkan amplop ke arah Arya."Letakkan saja amplopnya di meja." Arya tak mau menerima."Oiya selamat atas pernikahan kalian." Ayu berbasa basi."Kami akan pergi sebentar lagi. Lebih baik kau pulang." Arya mengusir. Ia tak memberikan waktu sedikitpun untuk Ayu berbasa basi."Oh begitu rupanya." "Pak Man, tolong simpan uang saya di kamar." Arya meminta Pak Man untuk mengambil amplop coklat yang dibawa oleh Ayu."Kau sudah selesai kan? Jangan ke sini lagi untuk berhutang atau untuk alasan apapun. Aku tidak ingin rumah tanggaku terusik karena kedatanganmu." Arya meraih tangan Sandra. Mereka berdua meninggalkan ruang tamu begitu saja. Membiarkan Ayu berdiri sendirian seperti orang linglung.Merasa tak dihargai bahkan tak dianggap, Ayu pergi dari rumah Arya. Ia benar benar merasa kesal dengan sikap Arya yang ketus. ****Siang ini, Ayunda berencana untuk bertemu dengan pengacaranya.Ayunda pergi ke rumah Pak Adi, pengacara yang akan ia
"Ma! Tunggu Ma! Papa mau bicara!" Dani bergegas mengikuti Ayunda ke kamar.Saat ini, Ayunda yang penasaran langsung memasukkan kaset yang ia terima ke DVD player.Suara lenguhan terdengar saling beradu, sesaat ketika video pada kaset diputar. Ayunda melongo kaget. Keningnya mengerut, matanya menatap lurus ke arah layar TV.Tak ada gambar yang mencolok. Hanya ada suara lenguhan yang saling bersahut sahutan. Seperti sedang mengisahkan 2 pasangan yang dimabuk asmara."Terus Om." Suara perempuan di dalam video terdengar mendesah. Saat ini, Dani sedang berdiri di depan pintu kamar yang terbuka. Jantung dag dig dug, mendengar suara perempuan yang sedang ada di puncak gairah."Video apa ini sebenarnya? Kenapa tidak ada gambarnya? Layarnya hitam semua!" Ayunda menggerutu. Dani dengan langkah kaki seribu, langsung mematikan DVD player. Lalu mengambil kaset tersebut."Mana paket yang lainnya?" Dani bertanya dengan tegas. Ia terlihat kesal."Tunggu dulu! Mama belum lihat apa isinya! Lagian ini
"Arya kau mengejutkanku... kapan kau masuk?" Sandra terjingkat. Ia membalikkan badan."Baru saja sayang. Aku ingin bertanya, apa kau bahagia malam ini?" Arya menatap istrinya. Kedua tangannya merangkul bagian pinggul istrinya."Iya... aku sangat bahagia."Kedua bibir mereka saling bertautan sekarang. Mereka berpelukan dengan erat. Seperti pasangan yang menahan rindu, karena telah lama tidak berjumpa."Aku sangat mencintaimu. Aku tak pernah membayangkan bisa menikah denganmu. Bahkan dalam mimpi sekalipun.""Kini keinginanmu jadi kenyataan," ucap Sandra.*****Sesampainya di rumah, Levin dan Ana meminta Mbok Darti untuk mendongeng."Ayo ceritakan sesuatu yang seru pada kami!" seru Levin."Aduh cerita apa ya?" Wanita tua itu mendadak kikuk."Apapun yang penting seru.""Ayo Mbok Darti cerita sekarang ya. Kita duduk bersama di sini untuk mendengar cerita dari Mbok Darti!" seru Sulastri.
Sandra hanya diam. Ia tak merespon permintaan putranya. "Ayo Ma! Kasihan Papa!" Levin masih saja merengek."Levin, Papamu sudah dewasa. Dia bisa mengurus dirinya sendiri." Sandra menolak permintaan putranya."Tapi Ma.""Levin, ada apa? Sini ikut Nenek." Sulastri menghampiri cucu kecilnya. Ia menarik lembut tangan mungil Levin. Dan mengajaknya berjalan menjauhi Sandra dan Arya."Jangan mengganggu mamamu dulu ya. Katakan pada Nenek saja, apa yang kamu perlukan." Sulastri menasehati. Ia mencubit kecil pipi Levin."Papa sedang terluka Nek. Lehernya berdarah. Itu harus diobati supaya tidak infeksi." Levin menceritakan apa yang menjadi masalahnya.Sulastri tersenyum. Ia paham mengenai apa yang diinginkan oleh cucunya. "Tunggu sebentar di sini. Nenek akan membawakan obat."Sulastri mengambil obat dari kotak P3K yang ada di sana. Mereka berdua berjalan bersama, menemui Rayhan."Ibu?" Rayhan agak kaget. Ketika Sulastri berdiri di hadapannya."Levin bilang ada luka di bagian lehermu. Ibu akan
"Lepaskan!" Sandra bersuara agak kencang, hampir berteriak. Ia menoleh ke kanan dan kiri. Saat lampu di dalam gedung padam, seseorang menarik tangannya. Ia mengira jika yang melakukan hal itu adalah Arya, suaminya. Jadi dengan polosnya, ia mengikuti saja. Saat ada sedikit cahaya, Sandra melihat dan menyadari, jika bayangan lelaki di depannya bukanlah Arya tapi Rayhan.Rayhan membawa Sandra ke toilet. Ia mendekatkan tubuhnya ke arah Sandra."Apa apaan ini! Hentikan semua ini!" ucap Sandra."Ssst! Pelankan suaramu. Jika ada yang mendengar suara kita yang sedang berduaan di sini, apa kata orang?" Rayhan mengancam."Tuan Rayhan Wijaya, aku bukanlah istrimu lagi. Aku sudah menikah dengan orang lain." Mata Sandra melotot."Ya! Dan orang yang menikahimu adalah sahabat karibku sendiri!" seru Rayhan.Sandra berusaha untuk melepaskan diri dari dekapan Rayhan, namun tenaganya kalah kuat dengan lelaki berbadan kekar tersebut.Rayhan secara paksa menautkan bibirnya ke bibir Sandra. Ia memegang t
Hari ini adalah hari pernikahan Sandra dan Arya. Sandra sudah didandani, wajahnya tampak ayu dan menawan. Ia sedang menatap foto mendiang Ayah Subekti yang ada di ponselnya. "Ayah... hari ini putrimu akan menikah. Tapi berbeda dengan pernikahan sebelumnya. Sebelumnya ibu yang memintaku menikah. Kali ini aku yang memilih calon suamiku sendiri. Andai Ayah ada di sini."Sandra mengenakan gaun pengantin paling indah rancangan desainer terkenal. Ia tampak anggun dan sangat cantik.Permata yang bertaburan di atas gaunnya tampak berkilauan. Ayah dari Anita juga hadir, untuk menjadi wali nikah."Kau tampak cantik sekali hari ini." Rayhan menyelinap masuk tiba tiba."Kau masuk lewat mana?" Sandra menoleh, wajahnya menjadi tegang."Jangan takut dan jangan cemas. Aku ke sini hanya ingin melihatmu. Aku tak ingin mengganggu acara bahagiamu.""Kau tidak boleh berada di sini." Sandra menatap tajam ke arah Rayhan.Beberapa wanita masuk ke kamar Sandra dan membantu Sandra keluar dari kamar. Sandra dud