"Halo! Siapa ini?" Dani menjawab telepon yang masuk ke ponsel Novi.Novi terlihat panik. Tapi ia menyembunyikan kepanikannya di balik senyum palsunya."Saya karyawan salon home service yang dipesan oleh Nyonya Novi." Chandra berpura pura."Saya akan datang dalam satu jam. Sesuai dengan pesanan Nyonya." Chandra menutup teleponnya.Dani mengembalikan ponsel Novi. Ia melihat Novi dengan heran. "Hanya salon rumahan yang kau pesan, kenapa harus panik? Aku akan membayar urusan salon itu." Novi tersenyum ragu. "Kita sudah menikah. Aku harap kau berbeda dengan Ayunda. Tak ada dusta di antara kita." "Tidak Om. Tidak ada." Novi menggeleng dengan cepat. Dani menyerahkan kunci rumah. Seperti yang telah ia janjikan sebelumnya, Novi akan menempati rumah baru di kawasan elit.Setelah acara pernikahan selesai, Novi dan Dani pulang ke rumah baru mereka. Mereka berdua menikmati momen bulan madu layaknya pasangan peng
Kemarahan Dani membuat detak jantungnya memompa darah lebih cepat. Nyeri hebat datang menyerang. Ia memegangi dadanya menahan sakit, seraya menatap marah ke arah Ayunda."Papa, minum dulu obatnya," ucap Rayhan yang dengan sigap mengambil obat pereda nyeri, yang biasa dikonsumsi oleh Dani.Rayhan memegangi Dani dan berusaha menenangkan Dani."Papa tenang Pa. Yang penting sekarang Sandra sudah baik baik saja, dan kita tahu siapa orang yang pura pura baik di depan kita," ucap Rayhan mencoba menenangkan Dani agar kondisi Dani tidak menurun.Ayunda tak berani mendekati suaminya. Ia hanya duduk terdiam di sofa sambil menggerutu soal Novi."Kita bawa dia ke kantor polisi," ucap Dani lirih.Rayhan dan Dani akhirnya sepakat memasukkan Ayunda ke penjara. Mendengar percakapan kedua orang tersebut, Ayunda takut sekali.Ia memutuskan untuk menelepon Sandra untuk meminta pengampunan. Tapi entah kenapa Sandra tidak mengangkat telepon d
Ayunda sudah sampai di kantor polisi. Ia mendaftar ke loket kunjungan. Setelah itu, ia diantar ke ruang besuk khusus."Kenapa saya diantar ke sini? Biasanya saya bertemu dengan Novi di ruang yang lain." Ayunda protes. Sebab ruang besuk yang ia datangi terdapat pembatas antara penjenguk dengan narapidana yang ada di lapas."Iya Bu. Karena saudari Novi sedang sakit. Supaya tidak menular, maka ada pembatas berupa kaca antara pengunjung dengan narapidana." Petugas menjelaskan."Oh begitu rupanya." Ayunda agak kaget.Novi diantar ke ruang besuk. Ia mengenakan masker. Wajahnya tak terlihat. "Buka matamu lebar lebar dan baca hasil tes DNA itu! Belum apa apa, kau sudah berani menipu keluarga kami!" Ayunda melotot. Ia membuka kertas hasil tes DNA. Jari telunjuknya menunjuk ke wajah Novi.Gadis pengganti Novi itu hanya diam. Tak memberikan respon apapun. Ia hanya menatap Ayunda."Kali ini kau tak bisa mengelak, karena aku juga sudah mendapatkan foto tel4njangmu yang tid*r bersama lelaki lain!"
Setelah penantian yang cukup lama, hari ini adalah hari yang ditunggu oleh Novi. Wanita itu mengambil pakaian yang telah dikirimkan oleh petugas, beberapa waktu lalu. "Aku akan pakai baju ini." Novi berganti pakaian. Ia juga selalu mengenakan masker.Setelah jam makan siang, petugas datang menemui Novi. "Sudah saatnya!" Seorang wanita dengan potongan rambut, warna rambut dan tinggi yang sama dengan Novi, masuk ke dalam sel tahanan."Siapa dia?" tanya Novi."Dia akan menggantikanmu di sini! Pak Chandra sudah menunggumu di pintu belakang! Cepatlah! Jangan banyak bertanya!" Petugas menarik tangan Novi. Ia dibawa keluar melewati pintu belakang. Tak ada satu orang pun yang tahu. Semuanya berjalan dengan mulus.Terik matahari membuat Novi merasa silau. Ia menyipitkan kedua matanya. Petugas mendorongnya masuk ke dalam sebuah mobil hitam. Di dalamnya ada Chandra yang sudah menantinya."Selamat untuk kebebasanmu." Cha
"Aku mohon jangan lakukan itu." Bibir Novi tampak bergetar. Tapi petugas tak mempedulikan ucapan Novi. Ia terus berjalan mendekati Novi.Memagut bibir lembut wanita itu penuh n4fsu. "Lepaskan pakaianmu, atau aku akan mempersulit jalanmu keluar dari sini, meski Chandra atau orang kaya lainnya yang meminta."Ancaman itu membuat Novi harus mengikuti apapun yang diinginkan oleh lelaki di depannya. Ia pun membuka pakaiannya. Tubuhnya kini mengalami sedikit perubahan. Terutama di bagian depan. Melihat ranumnya puncak gunung yang bergelantungan, petugas tak tahan lagi. Suasana terasa panas. Petugas men3rkam Novi penuh h4srat.Peluh keduanya mengalir. Nafas petugas terengah tapi ia tak membiarkan bagian sensitifnya berhenti memompa meski sejenak."Besar juga milik lelaki ini." Novi bermonolog dalam hati.Tangan kekar si petugas memegang dua benda bulat dengan erat, sambil berbisik, "aku akan keluar."Si petugas mencapai puncak
Ayunda meminta Bi Inah untuk mengeluarkan kunci cadangan, tapi ternyata Bi Inah tak memiliki kunci cadangan. "Bi Inah...!" seru Ayunda. "Ya Nyah. Ada apa?" ucap Bi Inah sembari berjalan tergopoh gopoh ke arah Ayunda. "Nah! Carikan kunci cadangan! Sejak tadi saya memanggil Rayhan, ketuk pintu dan segala macam tapi tidak ada jawaban dari dalam. Saya jadi khawatir," ucap Ayunda. "Maaf Nyah, kunci cadangan kamar Tuan, dibawa sama Non Sandra." "Sandra? Kenapa bisa dibawa oleh wanita kampungan itu?" "Maaf, apakah Nyonya lupa jika Non Sandra pernah tinggal di rumah ini dan jadi istrinya Tuan?" "Tapi sekarang mereka sudah bercerai! Kenapa dia tidak mengembalikan kunci cadangan kamar anak saya?" ucap Ayunda dengan suara meninggi. "Saya tidak tahu Nyah. Mungkin Non Sandra lupa." Bi Inah menunduk. Suara perbincangan Ayunda dan Bi Inah, membuat Rayhan terbangun.