Awalnya, hari - hari pernikahan kami, berjalan seperti biasa. Kami selalu saling mencium dan memeluk setiap pagi sebelum berangkat bekerja.
Aku selalu membawakan makanan kesukaannya saat pulang dari bekerja. Aku pun tak lupa memberikan buket bunga di setiap moment penting kami.Aku tak pernah menyuruhnya memasak, karena kami sama sama suka makan di luar. Aku tak ingin membebani istriku dengan pekerjaan rumah tangga. Karena aku tahu, tugasnya di kantor juga begitu banyak. Suatu hari, aku harus pergi bertugas di luar kota selama 2 minggu. Tak ada yang aneh waktu itu, semua nampak biasa saja.Aku totalitas bekerja saat di luar kota, hingga hari kepulanganku tiba."Tut! Tut! Tut!"Malam itu aku menelepon istriku, selama beberapa kali. Tak ada jawaban. Padahal saat itu, aku akan bertanya oleh - oleh apa yang ia inginkan.Keesokan paginya, aku langsung pulang berniat memberikan kejutan untuk istriku. Tak ku sangka, malah akuPecahan kaca berserakan di atas lantai. Suara teriakan Levin dan Ana membuat semua orang lari berhamburan masuk ke dalam rumah."Ada apa?" "Kenapa gelasnya bisa pecah?""Bibi Anita!" seru Levin sambil menunjuk ke arah Anita.Rupanya penyakit maag Anita, sedang kambuh.Dengan sigap, Arya menolongnya. Ia memberikan obat yang selalu ada di dalam tasnya. Hal ini membuat Anita, terpanah. Ia mengamati wajah Arya. "Kamu juga membawa obat maag?" Sandra merasa heran."Karena aku juga sama seperti Anita. Aku penderita maag."Semua hal yang di lakukan Arya membuat Sulastri terkesan. Sulastri mengubah penilaiannya tentang Arya."Kamu adalah laki-laki yang sangat baik, Nak. Terima kasih untuk semua hal yang kamu lakukan hari ini," ucap Sulastri.Semua ucapan Sulastri, seakan memberikan lampu hijau untuk Arya. Senyumnya mengembang di wajahnya yang tampan."Tidak Bu. Ini bukan apa - apa. Ibuku ser
"Wulan, pa mau mu? Kenapa kamu ada di rumahku?" pekik Sandra."Apa? Rumahmu? Nggak salah? Ini rumah kakakku. Aku bebas ke sini kapanpun aku mau!" seru Wulan seraya berkacak pinggang."Rumah kakakmu? Ini rumah suamiku. Rumah kami berdua! Jadi kamu harus punya sopan santun, saat bertamu ke rumah kami." Sandra menegaskan.Wulan yang tidak mau kalah debat, menarik rambut Sandra ke belakang. Hal ini membuat Sandra kesakitan, ia pun menarik baju Wulan. Akhirnya Wulan melepaskan rambut kakak iparnya."Kurang ajar kamu! Dasar gadis j@lang! Kamu jalan dengan teman kakakku dan sekarang kamu berlagak sok suci!" Sandra hanya terdiam sambil menatap tajam ke arah Wulan."Berapa banyak Arya membayar tub*hmu untuk semalam? Atau kamu yang membayar Arya agar ia mau memuaskanmu!" Wulan mencibir dengan kalimat yang cukup ketus.Kata - kata Wulan cukup membuat Sandra tersinggung. Ia lantas menampar pipi adik iparnya tersebut, cukup keras.
Sandra menunduk, ia tak berani bicara apapun saat ini."Katakan yang sebenarnya! Apa Arya bersama dengan kalian? Apa dia ikut menginap di rumah Ibumu?" Rayhan mendesak.Sandra menoleh ke arah Rayhan."Mas, apa kau lupa? Kau yang meninggalkan kami di villa waktu itu?""Oh tidak! Tentu aku tidak lupa. Aku sangat ingat dengan jelas. Dan aku juga ingat, kalau aku hanya meminta Arya mengantarkanmu pulang. Bukan berjalan - jalan ke rumah Ibumu." Rayhan memberikan penekanan pada setiap kalimatnya melalui kontak mata dengan Sandra.Sandra menghela nafas. Ia sungguh merasa malas untuk berdebat dengan Rayhan."Apa maumu sebenarnya Mas? Kenapa kau terus menerus memojokkan aku?" "Patuh! Aku ingin kau patuh dan paham, bahwa kau hanya bisa dimiliki olehku!" ucap Rayhan dengan tegas.Sandra tak menyahut. Ia diam dan berdiri mematung."Katakan dengan jujur, apa saja yang telah kau lakukan dengan Arya? Kau berkencan de
"Apakah Arya mengirimkanmu sepucuk surat? Perlihatkan tanganmu!"Pertanyaan ini membuat Sandra hampir pingsan. Ia menggelengkan kepala."Jika tidak ada apa - apa, kenapa menyembunyikan tanganmu yang satu lagi? Berikan kertasnya." Rayhan bicara lagi sambil melangkah perlahan ke arah Sandra.Sandra benar benar ketakutan, ia menyelipkan kertas itu di sela sela tempat tidur. Sandra menyodorkan kedua tangannya. Rayhan tampak memicingkan kedua mata."Kalau kau berani macam macam, maka aku tak akan memaafkanmu!" Rayhan mengancam.Sandra menganggukkan kepalanya."Sudahlah aku mau ke kantor. Ini sudah sangat membuang-buang waktu. Oh iya, ku ingatkan sekali lagi, jangan bertengkar dengan Wulan!" Rayhan keluar dari kamar.Sandra menghela nafas lega. Ia lantas mengambil kertas yang berisikan surat cinta dari Arya."Aku harus menyimpan surat ini dimana ya?" Sandra berdiri di depan lemari baju miliknya. Ia menyelipkan surat c
Saat malam hari setelah selesai makan malam, Sandra langsung masuk ke dalam kamar. Ia duduk sembari memandangi langit malam yang bertabur bintang."Kenapa sejak tadi, aku perhatikan, kau hanya diam?" Rayhan menegur sikap Sandra. Namun Sandra tak menghiraukan pertanyaan dari suaminya."Apa kau sudah bicara dengan Ana? Mengenai keluhan gurunya di sekolah?"Kali ini Sandra menyahuti dengan gelengan kepala. Rayhan yang tak suka melihat sikap Sandra, segera meraih bahu Sandra dengan kasar."Sandra! Lihat aku! Aku sedang bicara denganmu! Kenapa sejak tadi, wajahmu tidak menatap ke arahku?" Rayhan melotot."Aku capek Mas. Badanku sakit." Sandra mengeluh."Oh sakit rupanya. Apa mau aku buat lebih sakit?""Mas! Kalau kamu, sudah mulai bosan sama aku, dan kamu sudah temukan wanita lain, kamu ngomong. Kita bisa berpisah dengan cara baik baik!" Sandra menegaskan."Apa barusan kamu bilang?" Berani rupanya kamu ya bilang sepe
"Hei! Kenapa hanya berdiri di sana! Ayo cepat buka pintunya!" seru Rayhan karena kakinya terasa pegal, berdiri di depan pintu pagar."Ya! Tunggu sebentar! Aku akan ambil kunci pagarnya lebih dulu!" Arya dengan gugup masuk ke dalam rumah. Ia memberitahu Sandra jika Rayhan ada di depan rumah."Apa kalian berdua memang janjian untuk datang ke sini bersama sama? Rayhan ada di luar, sekarang.""Apa?" Sandra kaget tak percaya."Kau tidak tahu, kalau dia juga akan datang ke sini? Bagaimana ini? Maaf, kau harus bersembunyi." "Dimana?" "Di tempat Ana bermain dengan hamsterku. Jangan bicara ataupun berisik. Kecuali, kalau kau memang sudah siap untuk mengumumkan hubungan kita!" tegas Arya.Sandra dengan patuh mengikuti ucapan Arya. Ia menemani Ana bermain dengan hamster.Sementara itu, Arya mengambil kunci gembok dan berlari ke arah pagar."Lama sekali!" Rayhan memprotes."Aku lupa dimana mena
"Aku sedang bertanya padamu! Jawablah! Kenapa kau jadi lamban, sekarang!" Rayhan membentak Sandra.Suara Rayhan yang kencang, membuat telinga Sandra, berdengung."Karena aku menggunakan parfumku sendiri. Apa menurut Mas, di dunia ini yang memiliki parfum hanya temanmu itu?" "PLAK!"Sebuah tamparan mendarat di pipi Sandra. Ana yang terkejut ketika melihat Ibunya ditampar menjadi shock dan berteriak sambil menangis. Ia berlari menuju ke kamarnya."Papa jahat! Papa jahat! Hiks hiks hiks!" Ana merajuk.Rayhan tak mempedulikan bahwa sikap kasarnya, juga telah melukai hati Putri kecilnya."Tamparan ini adalah sebuah peringatan untukmu! Jangan kau anggap aku ini orang yang bodoh. Aku tahu, wangi parfum siapa yang menempel di bajumu! INI MILIK ARYA!" teriak Rayhan dengan wajah memerah karena marah."Kau ke rumahnya hari ini? Benar kan? JAWAB!!!" teriak Rayhan lagi." Aku, aku hanya mengantar Abel untuk meliha
Sandra turun ke lantai bawah. Ia langsung menuju ke teras rumah. Rayhan menoleh ke arah istrinya. Raut wajahnya nampak mengkerut."Kenapa kau tiba tiba datang ke sini?""Harusnya aku yang bertanya. Kenapa kau berada di sini? Dan dengan siapa kau bicara di telepon?"Rayhan memutus sambungan telepon. Ia membanting handphone miliknya ke lantai."PRak!" Sandra terdiam dengan mulut menganga melihat sikap Rayhan."Kau mencurigai aku? Sedangkan dirimu sendiri berani pergi ke rumah temanku tanpa seizinku."Rayhan berlalu dari hadapan Sandra. Tak ada yang membahas mengenai masalah itu lagi.****Waktu berlalu dengan cepat. Hari ini Kamis, 2 Oktober 2021 adalah ulang tahun seorang teman wanita Rayhan yang bernama Carissa Novianti Putri.Rayhan berdiri dan diam terpaku menatap kalender yang ada di hadapannya.Rayhan dan Novi bertemu secara tak sengaja di depan kantor walikota. Saat itu jalan di