Mag-log in“Kau bercanda?” Sean bertanya dengan sorot mata tidak percaya karena baru saja tadi malam mereka melakukan hubungan. Sean berpikir Kinan hanya mencari alasan saja karena dia memang selalu menolak.
“Untuk apa saya bercanda, Tuan.” Ucap Kinan dengan enteng dia menjawab.Kinan menyembunyikan kepanikannya ia takut Sean tidak mempercayainya karena bagi Kinan dia tidak mau melakukan hubungan dengannya walau pun dia sangat membutuhkan uang banyak. Kali ini dia harus bisa meloloskan diri agar tidak melayani Sean, baginya sudah cukup dia membantunya walau pun dia tidak akan mempunyai keturunan dari pria itu.Helaan napas panjang terdengar, Sean menundukan wajahnya dari raut wajahnya dia nampak kecewa kepada Kinan. Tapi apa boleh buat dia tidak bisa memaksa, mengingat kembali Kinan hanya asisten pribadinya bahkan dia tidak berhak memarahi Kinan hanya karena penolakan. Melakukan hubungan dengannya untuk yang kesekian kali membuat Sean selalu ketagihan.Sean berusaha memejamkan kedua mata menghela napas berat, ia menundukan wajah sambil memutar tubuhnya untuk menghadap Ratna yang sedang berdiri mengawasinya dari arah belakang dengan posisi tangan memeluk dada.“Kenapa kamu diam saja? Atau jangan-jangan, kamu punya hubungan khusus sama pembantu itu.” Ratna menuding ia menunjuk ke arahnya sambil memincingkan kedua mata.“Mamah, kenapa malam-malam masih berkeliaran! Mamah harus istirahat.” Sean mencoba mengalihkan pembicaraannya, ia tidak mau membahas soal Kinan yang ada nanti Kinan akan di usir dari rumahnya.“Jangan mengalihkan pembicaraan, jawab ada apa kamu menemui pembangu itu malam-malam begini!” Ratna kembali bertanya dengan nada keras.“Sean masuk hanya untuk membangunkannya karena lapar, tapi saat Sean mengetuk-ngetuk pintunya pembantu itu tidak merespon. Jadi Sean memutuskan untuk melihatnya ke dalam dan..”“Dan kamu membangunkan wanita itu! Ck… ck… ck Sean, kau tidak punya hati. Ini sudah malam kamu bisa mengambil makanan di
“Saya pembantu di rumah ini, Nyonya.” Kinan menjawab. Ratna diam membisu dia hanya tahu bahwa pembantu putranya sudah tidak bekerja dan dia ingin melihat keadaan rumah ini dengan baik. Ratna menyelidik menatapnya darinujung kepala sampai ujung kaki. Ia mencoba mengetuk pintu untuk memastikan bahwa di kamar ini sudah tidak ada orang lain. Tapi setelah dibuka ia terkejut ada seorang wanita cantik di dalamnya membuat Ratna terheran-heran.“Kamu bekerja di rumah ini?” Tanya Ratna menatap penuh selidik.“Ya, Nyonya saya bekerja di rumah ini.” Jawab Kinan.Ratna menghela napas panjang dia mengerti kenapa Violla menyediakan banyak sekali makanan yang disukai olehnya. Sekarang semua terjawab bahwa yang memasak bukanlah menantunya melainkan orang lain.“Hmm.. kalau begitu lanjutkan aktivitasmu,” Ratna pamit ia langsung menutup pintu setelah ia pergi untuk istirahat. Sean diam-diam mengintip dari bilik pintu hatinya mulai lega karena orang tuanya tidak ter
Akhirnya pekerjaan rumah sudah selesai walau pun sangat melelahkan, Kinan berhasil menyelesaikannya. Ia duduk sambil menggengam satu gelas kopi di tangannya sambil memikirkan nasib hidupnya bagaimana. Kinan harus tetap meneruskan Kuliahnya untuk masa depan karena dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi. Kebetulan bulan depan Kinan sudah mulai aktivitas Kuliah seperti biasa. Jam menunjukan pukul satu malam, Kinan menaruh kopi di atas meja setelah itu ia langsung menundukan wajahnya. “Kenapa hidupku seperti ini! Kenapa Mamah tidak menyukaiku. Sejak kecil dia tidak pernah menunjukan kasih sayangnya kepadaku.” Batin Kinan tidak terasa ia meneteskan air mata sambil terisak tangis.“Kau membutuhkan ini?” Suara dingin itu terdengar di daun telinga Kinan. Ia mulai mengadahkan wajahnya dan melihat Sean mengulurkan tangan memberikan satu kain berwarna putih untuknya.“Tuan, kau di sini? Kenapa bisa?” Tanya Kinan ia segera beranjak dari tempat duduknya kemudian menghadap ke arah Sean yang se
Malam telah tiba semua orang berkumpul di ruang makan menyambut kedatangan orang tua sean yaitu Nyonya Ratna. Sean sangat senang keadaan sang Mamah sudah mulai membaik walau pun mereka berjauhan tapi Sean selalu memberikan perhatian penuh kepadanya. Kinan tengah duduk termenung di dapur sambil menyenderkan tubuhnya pada dinding tembok. Keadaannya sangat kacau karena Violla menyuruhnya untuk tetap ada di sana sampai mereka selesai makan malam. Seharian ini Kinan belum memakan sesuatu dia tidak berani mengambil mengingat Sumita melarang keras kepadanya sebelum semua selesai makan Kinan tidak boleh memakan sesuatu. “Kenapa aku bernasib seperti ini! Andai Papah masih ada kemungkinan besar aku bisa bertahan hidup dengan keadaan baik-baik saja.” Ucap Kinan. Tidak terasa air mata mulai berjatuhan padahal sudah sekuat tenaga Kinan menahannya tapi kesedihannya mulai meluap sampai tidak bisa ia tahan lagi. “Mamah sangat senang kalian bisa bersama walau
“Sayang, tapi dia orang lain, saya harap kamu bisa menerimanya dengan baik. Aku mau dia jadi pembantu di rumah ini, kebetulan kita sudah tidak punya pembantu.” Ucap Violla. Sean memincingkan kedua mata menatap heran kenarah Violla karena mereka sekarang tidak memiliki pembantu. Saat ini Sean harus bisa bersikap tenang walau pada akhirnya Kinan akan tetap selalu bersamanya. Hanya Kinan yang mengerti akan perasaannya membuat Sean sangat senang dia bisa mendengarkan segala curhatan dan kekurangannya. “Hmm… terserah kamu saja.” Sean segera pergi meninggalkan mereka ia langsung menaiki anak tangga untuk menenangkan hatinya. Tangan kekar itu memijit kening yang terasa sangat sakit, beberapa hari ini Sean merasa tidak enak hati entah mengapa yang jelas Sean akan selalu menjaga orang tuanya. “Sayang, Mamah akan segera berkunjung ke sini dua hari lagi dia akan datang.” Ucap Violla.Sean yang berjalan terlihat mengangguk tanpa menoleh ke arahnya, Kinan m
Kinan terdiam dia sangat terkejut Sumita menyuruhnya untuk segera pergi meninggalkan rumah ini, ia tidak bisa berkata-kata lagi. Hati dan pikirannya sangat sedih. Dia tidak tahu harus pergi ke mana, tapi dari pada dirinya membuat kesalahan akhirnya Kinan memutuskan untuk pergi menjauh. “Kenapa kamu masih diam saja!” Bentak Sumita menatap tajam ke arahnya.Sumita berpikir dia tidak boleh membiarkan siapapun mendekati Sean, apalagi melihat Kinan wanita yang berparas cantik bahkan dia mengakui pada dirinya sendiri bahwa Kinan lebih dari putrinya Violla.“Baik, Nyonya.” Sahut Kinan. Ia langsung membalikan tubuhnya meninggalkan Sumita yang sedang meradang, hatinya sangat sedih tapi dia harus meninggalkan rumah ini. Violla yang mendengar pertengkaran di lantai bawah sesegera mungkin untuk melihat kondisi orang tuanya karena sejak tadi Sumita marah-marah terus.“Ada apa ini?” Tanya Violla.“Sayang, kenapa suamimu memungut wanita luar







