Di salah satu penginapan yang ada di pinggiran kota, terlihat sepasang anak manusia yang terlihat terus menatap ke arah luar jendela. Menatap langit yang sedikit gelap, dikarenakan hujan yang turun dengan derasnya di siang hari tersebut. Ayuna dan Jaka terpaksa memilih untuk mencari tempat berteduh karena hujan yang datang secara tiba-tiba. Sebenarnya bisa saja mereka berteduh di dalam mobil, namun karena Ayuna melihat ada penginapan di seberang jalan, akhirnya gadis itu mengajak Jaka untuk berteduh di sana. Awalnya pemuda tersebut menolak, karena itu adalah sebuah hotel. Rasanya lelaki itu kurang nyaman jika datang dan berteduh di tempat tersebut bersama dengan seorang wanita. Namun karena Ayuna terus memaksa, akhirnya Jaka hanya bisa pasrah.Jaka menengadah ke atas langit yang terlihat masih di tutupi oleh awan hitam. "Sepertinya hujannya semangkin deras, bagai mana ini," gumam Jaka. Beberapa waktu yang lalu, Indah kekasihnya baru saja mengirim pesan padanya, dan mengatakan ingin b
"Mengapa Neng Ayuna berkata seperti itu? Apa kamu sengaja ingin menggodaku?""Hah?" Ayuna mengedip beberapa kali, sambil mencerna ucapan Jaka barusan, apa dia tidak salah dengar? Apa lelaki itu baru saja memintanya untuk tidur bersama?"Maaf, saya tadi hanya bercanda Neng, tidak perlu diambil hati," ucap Jaka yang merasa tidak enak. Tadinya ia hanya ingin membalas candaan gadis itu, namun sepertinya Ayuna menanggapi serius, Jaka takut gadis itu salah paham dan malah menyebutnya sebagai lelaki berengsek. Ayuna memang cukup kaget, hingga membuat gadis itu terbengong, sebab memang lelaki itu tidak pernah memberikan candaan yang seperti itu, sebab Jaka selalu sopan padanya, berbeda halnya jika yang mengatakan itu adalah Ciko, pasti Ayuna akan bereaksi lain."I-iya,"'Jika pun kamu berkata dengan sungguh-sungguh, mungkin aku akan memikirkannya Jaka,' batin Ayuna."Jaka sebaiknya kamu tetap berada di kamar ini, aku bisa tidur di tempat lain kok,"Jaka menarik nafas dalam, dan membuangnya pe
Malam semakin larut, kini waktu sudah menunjukan pukul dua belas malam, walaupun sudah sangat larut, namun tidak membuat seorang pemuda bisa memejamkan matanya. Bagai mana mungkin dirinya bisa tidur, jika di depan matanya ada seorang gadis cantik. Dan siapa lagi pemuda itu kalau bukan Jaka, seorang pemuda biasa saja, namun memiliki sejuta pesona, sehingga bisa membuat semua gadis kampung menyukainya, termasuk gadis tercantik, yaitu putri dari seorang Juragan kampung, siapa lagi kalau bukan Ayuna. Gadis itu bahkan bertekat akan membuat Jaka menjadi miliknya bagai manapun caranya.'Bagai mana bisa gadis itu tidur dengan begitu nyenyak? Apa dia tidak takut satu kamar dengan seorang pria?' batin Jaka sambil terus memperhatikan wajah Ayuna. Terlihat sangat cantik, wajah polos tanpa make'up. Membuat lelaki mana saja pasti akan langsung jatuh cinta padanya, munafik jika Jaka tidak terpesona dengan kecantikan yang dimiliki oleh wanita itu, namun bagi Jaka, dirinya hanya sekedar kagum dengan p
Feri baru saja menyalakan mesin motornya, dan bersiap untuk berangkat kerja. Sedangkan di dalam kamar, Lola juga tengah bersiap untuk pergi, rencananya wanita itu akan melakukan misi. Ya, Lola akan mengintai suaminya bekerja, walaupun awalnya Lola berniat untuk tidak ingin perduli, namun semua itu hanya karena amarahnya saja. Bagai mana mungkin ia akan diam begitu saja, jika suaminya diluar sana ketahuan bermain api, maka Lola akan membuat perhitungan, dan akan membuat lelaki itu menyesal seumur hidup.Setelah kepergian suaminya, Lola langsung mengeluarkan motor matic miliknya yang tersimpan di garasi samping rumah, motor yang sangat jarang ia gunakan, sebab selama ini Feri selalu melarangnya bepergian tanpa dirinya, dan jika pun ada kepentingan diluar, maka Lola harus pergi bersama Feri.Dari kejauhan Lola bisa melihat motor yang dikendarai suaminya, wanita itu sedikit melajukan motornya agar tidak kehilangan jejak, entah mengapa hati Lola mengatakan jika suaminya itu tidak langsung
Di perkebunan, terlihat Jaka sedang beraktivitas seperti biasanya, panen kali ini seperti biasa, selalu memuaskan. Jaka dan satu orang temannya terlihat sedang mengumpulkan buah kelapa sawit, sedangkan yang lain masih sibuk mengaitkan pisau tajam, yang sedikit panjang dengan bentuk yang melengkung itu dibagian pelepah sawit, memotong batang daun tersebut, agar mudah untuk mengambil buahnya."Aakkh ..." pekik Jaka saat kakinya tidak sengaja tertimpa buah kelapa sawit. Untung saja bukan jatuh dari atas pohon, melainkan dari tangan Jaka saat hendak memindahkan buah kelapa sawit tersebut. Jaka yang saat itu kurang hati-hati membuat buah itu terlepas dari tangannya dan langsung jatuh mengenai ujung kakinya."Astaga Jaka, kau tidak apa-apa?" Cepat temannya itu menyingkirkan buah kelapa sawit tersebut dari kaki Jaka, terlihat kaki pemuda itu berdarah, mungkin karena tertusuk buah tersebut yang memang cukup tajam."Ada apa? Kaki kau kenapa Jak?" tanya beberapa orang teman lainnya yang datang
Pagi ini, Ayuna terlihat sudah rapi dengan setelan kerjanya. Gadis itu tampak begitu semangat, tentu saja karena tidak sabar untuk bertemu sang pujaan hati, perasaan rindu sejak kemarin terus bersarang semakin banyak dihatinya. Sejak kepergian mereka ke kota waktu itu, memang Ayuna belum ada bertemu dengan Jaka, dan itu membuatnya gelisah. Dan sekarang dengan semangat gadis itu ingin cepat bertemu dengan lelaki yang sudah mencuri hatinya tersebut.Ayuna keluar dari kamarnya, di meja makan gadis itu sudah melihat ayahnya. Juragan Wildan mengalihkan perhatiannya kepada sang putri, begitu menyadari kedatangan gadis itu. Ayuna tersenyum kala sang ayah menatap ke arahnya."Pagi Yah," sapa gadis itu sambil menarik kursi yang ada didepannya, lalu mendudukinya."Pagi juga Sayang," "Cantik sekali hari ini putri ayah," puji Juragan Wildan."Harus dong, aku harus selalu tampil cantik agar aku bisa membuat Jaka jatuh cinta padaku,""Uhuk-uhuk ..."Juragan Wildan langsung terbatuk, saat mendengar
Satu tepukan di bahu gadis itu membuat Ayuna tersentak, dan langsung membuyarkan lamunannya. Gadis itu berbalik untuk melihat siapa yang telah menepuk pundaknya itu."Bu Romlah," ucap Ayuna dengan suara lirih. Tadinya gadis itu merasa sedikit kesal karena tepukan tersebut, namun saat melihat ternyata orang tersebut adalah ibu dari lelaki pujaan hatinya, Ayuna langsung tersenyum."Kenapa berdiri di sini saja? Di sana juga ada Indah, ayo bergabung bersama mereka," ajak Bu Romlah tanpa tahu bagai mana sakitnya perasaan Ayuna saat ini. Sebenarnya rumah tersebut tidaklah luas, hanya saja dari pintu masuk ke arah ruang tengah, memiliki setengah dinding yang menghalangi, sehingga baik Jaka maupun Indah tidak begitu jelas jika melihat dari arah ruang tamu."Jaka, ini ada Neng Ayuna datang. Katanya mau jenguk kamu," ucap Bu Romlah sambil melangkah bersama Ayuna, menuju di mana Jaka dan Indah berada. "Eh, Neng Ayuna datang." Jaka tersenyum menyambut kedatangan Ayuna. Sementara Indah terlihat j
Ayuna mengepalkan tangannya, matanya tiba-tiba memanas, bahkan mata itu kini sudah mulai mengembun, dan siap tumpah dari kelopak matanya. Mendengar kenyataan pahit, langsung dari mulut orang yang bersangkutan membuat hati Ayuna hancur berkeping-keping, bahkan perasaan itu belum ia ungkapkan sama sekali kepada pemilik hatinya tersebut, rasa kekalahan sebelum berperang membuat gadis itu terpuruk. Ayuna mengepalkan tangannya, lalu mencengkram kuat kursi rotan yang ada dikedua sisi tempat duduknya. Gadis itu menyorot tajam, ke arah sepasang kekasih yang masih terlihat sibuk bicara, Jaka yang menjelaskan hubungan diantara mereka berdua kepada Indah, sang kekasih hati, tanpa memperdulikan Ayuna yang masih berada di sana. Hingga akhirnya lelaki itu bisa meluluhkan kembali hati sang pujaan hati, dengan ucapannya yang penuh dengan kata cinta. Yang tanpa disadari oleh Jaka, malah membuat hati gadis lain yang ada di sana hancur tiada berbentuk."Jadi kamu percaya kan sama Abang?""Iya, aku perca