Di kediaman Juragan Wildan, terlihat ada sepasang suami istri yang sedang duduk di ruang tamu, sudah setengah jam keduanya menunggu sang tuan rumah, namun masih belum ada tanda-tanda sang empu akan keluar dari kamarnya.
" Kemana sih, itu anak, lama banget di kamar mandi," gerutu sang istri."Sudah jangan begitu, mungkin perutnya sakit, makanya lama," jawab suaminya.Saat wanita itu hendak kembali membuka mulutnya, tiba-tiba pintu kamar milik seseorang yang sejak tadi mereka tunggu akhirnya terbuka, bersamaan dengan dengan seorang gadis yang tersenyum ke arah keduanya."Nih dia, anaknya, lama banget sih Ay? Tidur kamu, di kamar mandi?" sembur wanita itu begitu melihat Ayuna. Ya, dia adalah Ayuna Baskoro."Hehehe ... maaf," jawab gadis itu."Cepat katakan! Untuk apa kamu menyuruh aku dan Feri datang ke rumahmu?" tanya wanita itu langsung, yang ternyata adalah Yola dan Feri suaminya, sekaligus sahabat Ayuna."Ayah, sepertinya mau menjodohkan aku sama Ciko," ucapnya langsung, setelah duduk di depan keduanya."Terus, apa masalahnya?" tanya Yola, biasa aja."Kok biasa aja sih responnya, ini masalah perjodohan loh, kamu gimana sih Yol, kak Feri, lihat istrimu, tidak asik banget jadi sahabat." adu Ayuna, pada suami dari sahabatnya tersebut."Kamu lupa, kalau Ciko itu sepupunya?" jawab Feri, membuat Ayuna hanya bisa mendengus sebal."Ciko sudah cerita, dia bilang Bibi Lela suka sekali sama kamu, cantik seperti boneka," jelas Yola sambil terkekeh diakhir kalimatnya."Jangan bilang kalau kamu sekongkol sama sepupumu itu," tuduh Ayuna, gadis itu menatap curiga pada sahabatnya."Astaga, tega sekali kamu menuduhku, walaupun kami sepupu, tetap saja, aku tidak akan berkhianat pada sahabatku," ucap Lola."Iya ... iya, aku percaya, ya sudah, jangan cemberut gitu dong mukanya. Jelek tahu," ucap Ayuna, sambil terkekeh pelan. Sedangkan Yola hanya mendengus."Lalu apa rencanamu selanjutnya, Ay?" tanya Feri, membuat gadis cantik itu langsung mengalihkan pandangannya ke arah suami dari sahabatnya tersebut."Belum ada sih, tapi yang jelas aku tidak akan menerima perjodohan ini, ya walaupun Ayah juga tidak mengatakan apapun, hanya pikiranku mengatakan, jika Ayah dan orang tuanya Ciko, memang merencanakan perjodohan ini," jelasnya, sedangkan sepasang suami istri tersebut hanya mengangguk-anggukan kepala tanda mengerti.Keesokan harinya terlihat Jaka sudah bersiap untuk berangkat ke perkebunan, rencananya ia akan bertemu dengan Pak Budi terlebih dahulu, untuk membicarakan tentang kepastian pekerjaan yang akan diberikan untuknya nanti. Ya, Jaka sudah memutuskan untuk menggantikan pekerjaan bapaknya, Pak Agus, dan berhenti bekerja di pabrik yang terletak di kampung sebelah."Buk, Pak, Jaka berangkat dulu." Jaka bangkit dari duduknya dan beranjak menuju kedua orang tuanya untuk berpamitan."Iya Nak, kamu hati-hati ya? Ingat, langsung ke kantornya saja, soalnya pasti jam segini biasanya Pak Budi masih di dalam kantor,"jelas Pak Agus."Iya Pak," jawab Jaka.Setelah berpamitan, Jaka langsung berangkat menuju perkebunan milik Juragan Wildan, tentunya sambil mendorong motor bebeknya yang mogok, menuju bengkel untuk diperbaiki.Sesampainya di persimpangan jalan, Jaka dikejutkan dengan kehadiran Silvi. Gadis itu tersenyum ke arahnya, setelah sebelumnya gadis itu memanggilnya terlebih dahulu."Hai Jaka, sepagi ini kamu mau ke mana? Dan itu kenapa motornya pakai didorong segala?" tanya Silvi."Oh, rencananya aku mau ke perkebunan, untuk bertemu dengan Ayahmu, tapi sebelumnya harus mengantar motor ini dulu ke bengkel, maklumlah motor tua," jelas Jaka."Wah, kebetulan dong, aku juga mau ke sana, kalau begitu sekalian saja, yuk." ajak nya antusia.Jaka tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, sebenarnya sih enggan, hanya saja untuk menolak rasanya Jaka juga tidak tega, akhirnya terpaksa Jaka menyetujuinya.Mendengar ucapan Jaka, gadis itu tersenyum senang, Silvi pun tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Dengan cepat ia melangkah kesamping Jaka, hingga kini keduanya berjalan secara berdampingan.Keduanya berjalan beriringan, sekilas terlihat mereka bagai sepasang kekasih bagi orang yang melihat nya. Bagai mana tidak, sebab sejak tadi Silvi terus berjalan disisi Jaka, sambil dalam hatinya tersenyum senang.'Ah, akhirnya bisa jalan berdua denganmu Jaka, walaupun saat ini kita tidak memiliki hubungan apapun, tapi aku yakin sebentar lagi kamu akan jadi milikku.' batin Silvi, begitu percaya diri.Sedangkan di suatu rumah, terlihat Lola sedang berbincang dengan sepupunya yang tampan, siapa lagi kalau bukan Ciko, pemuda itu datang ke rumah Lola untuk mendengar secara langsung mengenai tanggapan Ayuna tentang perjodohan tersebut. Sebab Ciko sendiri tahu, pasti gadis itu berbicara pada sepupunya tersebut."Bagai mana, apa kata Ayuna?" tanya Ciko langsung."Dia menolak, kamu kan tahu dia tidak suka kamu, seharusnya kamu pasti sudah bisa menebaknya sendiri," ucap Lola.Mendengar ucapan Lola, pemuda itu langsung murung, sebenarnya Ciko sudah menebaknya sejak awal, namun pemuda itu sangat berharap akan ada keajaiban, dan pada akhirnya Ayuna, gadis impiannya itu akan menerimanya."Sudah jangan murung begitu, masih banyak jalan menuju Roma. Ya walaupun sahabatku itu tidak menyukaimu, tapi bukan berarti dia membencimu kan? Semangat dong, sebagai sepupumu, aku selalu mendukung kamu kok." ucap Lola, wanita itu sengaja berkata seperti itu sebab tidak tega melihat wajah sedih anak dari bibinya tersebut.Ciko hanya mendengus mendengar ucapan Lola, selalu seperti itu yang dikatakannya, jika Ciko mendapatkan penolakan dari Ayuna.'Tentu saja aku tidak akan menyerah begitu saja, bagai manapun caranya, aku harus mendapatkan Ayuna, dia harus menjadi milikku,' batin Ciko menyeringai, sepertinya lelaki itu memiliki ide bagai mana cara, agar gadis pujaan hatinya itu memperhatikannya.Saat ini Jaka dan Silvi sudah berada di perkebunan milik Juragan Wildan. Jaka memperhatikan sekitar perkebunan tersebut, pemuda itu berdecak kagum melihat bagai mana luasnya perkebunan tersebut, apa lagi saat melihat bangunan yang ada di depannya saat ini, bangunan berlantai dua dengan dinding yang terbuat dari kaca, hingga memperlihatkan aktivitas di dalamnya."Jaka, ayo, katanya mau bertemu dengan Ayahku," ucap Silvi, yang seketika membuyarkan lamunan Jaka."Oh, iya maaf, aku hanya tidak menyangka jika perkebunan milik Juragan Wildan sangat luas," ucapnya."Kamu benar, bahkan Ayahku bilang, semua perkebunan kelapa sawit yang ada di desa ini, milik Juragan Wildan," jelas Silvi lagi.Saat keduanya asik berbincang, tiba-tiba mereka dikagetkan oleh seseorang yang tiba-tiba datang dari arah belakang."Sedang apa kalian berdua di sini?"Mendengar suara seseorang, keduanya kompak menoleh ke arah sumber suara."Ayah," ucap Silvi sambil tersenyum. Ya, orang itu adalah Pak Budi ayahnya Silvi, sekaligus mandor perkebunan tersebut.Jaka yang ditatap langsung mencoba menjelaskan maksud kedatangannya. "Begini Pak, kedatangan saya ke sini untuk menanyakan tentang pekerjaan," jawabnya."Pekerjaan?" ucap Pak Budi, mengulang kata-kata Jaka."Iya Pak, saya datang ke sini untuk menanyakan pekerjaan, Bapak saya bilang, kalau Pak Budi sedang membutuhkan seorang pekerja, dan Bapak saya, meminta saya untuk menggantikannya," ucap Jaka."Oh jadi kamu bersedia menggantikan Pak Agus, untuk bekerja di perkebunan, ini," tanya Pak Budi memastikan."Iya Pak, saya datang ke sini, memang untuk menggantikan pekerjaan Bapak saya," ucap Jaka.Mendengar ucapan Jaka, Pak Budi dan Silvi tersenyum senang. Khususnya Silvi, gadis itu sangat senang, karena akhirnya pemuda yang disukainya itu sebentar lagi akan bekerja di perkebunan, itu artinya jika seti
"Maksudmu apa? Bukankah sebelumnya aku sudah mengatakannya padamu, jika aku sama sekali tidak memiliki perasaan apapun, sama kamu?" ucap Ayuna."Aku tahu, tapi apa tidak bisa kamu memberikanku kesempatan sekali saja Ay, aku beneran cinta sama kamu, dan aku rasa tidak ada laki-laki yang rasa cintanya, sebesar aku mencintaimu," ucap Ciko meyakinkan."Katakan, apa yang harus aku lakukan agar kamu mau memberikan aku kesempatan," ucap Ciko, berharap Ayuna akan memikirkan permintaannya."Tidak bisa Ko, sebaiknya kamu cari gadis lain, kamu bukan tipeku, dan lagi pula, aku tidak memiliki perasaan sama kamu, jadi aku tidak bisa memberikan harapan palsu," ucap Ayuna.Ciko mengepalkan tangannya dibawah meja, sungguh harga dirinya seperti sangat direndahkan oleh gadis yang ada didepannya ini, tapi walaupun begitu, Ciko tetap mencoba untuk mengendalikan emosinya. Sebenarnya selama ini Ciko berusaha untuk mengendalikan dirinya, agar tidak bertindak sembarangan yang nantinya akan membuat Ayuna seman
Lola melangkah masuk kedalam rumahnya, yang memang tidak tertutup rapat. Seketika matanya membola, saat melihat adegan yang ada di depan matanya.Ayuna yang melihat kedatangan Lola, dengan sedikit panik gadis itu langsung saja menarik kakinya dari pangkuan Ciko, Ayuna tidak ingin sahabatnya itu berpikir yang tidak-tidak tentang mereka. Walaupun Ayuna sempat merasakan gelenjar aneh karena sentuhan Ciko di kakinya tadi."Sedang apa kalian?" tanya Lola, membuat Ciko langsung menoleh ke arah sumber suara. Berbeda dengan halnya Ayuna, yang mencoba tetap bersikap biasa."Jangan mikir yang aneh-aneh deh Lo, itu tadi aku lagi dipijat oleh sepupumu," jelas Ayuna, yang tahu arti dari tatapan sahabatnya itu."Memangnya kenapa tuh kaki, kok sampai memar gitu?" tanya Lola, lalu mengambil posisi duduk disebelah Ayuna."Ayuna tadi terpeleset saat berada di kamar mandi, aku hanya membantunya untuk memijat kakinya, agar mengurangi rasa sakit dibagian kakinya," jelas Ciko."Kok bisa sih? Makanya hati-h
Ayuna menatap tajam ke arah keduanya, entah kenapa rasanya hatinya tidak rela saat melihat keduanya sedekat itu."Ternyata Silvi juga mengenalnya, sepertinya mereka sangat dekat, rasanya kok hatiku sakit ya, saat melihat kedekatan mereka," gumam Ayuna, sambil menyentuh dadanya yang terasa sesak.Ayuna terus melihat interaksi keduanya, walaupun tidak suka melihat kedekatan mereka, tetap saja, Ayuna tidak ingin tertinggal sedikitpun dengan sosok pemuda yang ada bersama Silvi, yang tidak lain adalah Jaka. Pemuda yang sudah berhasil mencuri perhatiannya."Iih, kok si Silvi kecentilan banget ya sama Jaka, wah, kayaknya dia suka sama Jaka deh," Ayuna terus menggerutu, matanya terus memperhatikan keduanya, hingga sampai Jaka meninggalkan Silvi, barulah gadis itu melanjutkan kembali kendaraannya.Ayuna langsung melajukan kembali kendaraannya, namun kali ini Ayuna memutuskan untuk menuju rumah milik Lola, dan Feri, sahabatnya. Rasanya gadis itu sudah tidak sabar untuk menceritakan apa saja yan
Ayuna memperhatikan sosok yang memasuki area parkir tersebut. Bahkan gadis itu dan Pak Budi masih berdiri di tempat yang sama."Loh, ternyata Nak Jaka, toh" ucap Pak Budi setelah Jaka melepaskan masker dan helm miliknya."Eh, Pak Budi, selamat pagi Pak," sapa Jaka. Lelaki itu memang tidak melihat keduanya tadi.Jaka melirik ke arah gadis yang berada disamping Pak Budi. Gadis yang saat ini terlihat sedang sibuk memainkan ponselnya, lebih tepatnya, Ayuna berpura sibuk, padahal tidak ada hal penting sama sekali.'Gadis ini, sepertinya aku pernah melihatnya, tapi di mana, ya' batin Jaka mengingat-ingat sosok Ayuna.Sementara Ayuna masih diam, dengan menyibukkan dirinya. Bahkan gadis itu sengaja tidak menatap ke arah pemuda itu."Kok malah bengong Jak?" ucap Pak Budi, yang membuat Jaka langsung tersadar."Eh, tidak kok Pak," ucap Jaka, pemuda itu kembali melirik Ayuna, dan kali ini disadari oleh Pak Budi."Eh iya, Neng, ini kenalin Jaka, karyawan baru di perkebunan ini," ucap Pak Budi memp
Ayuna langsung membalikan tubuhnya, saat mendapat tepukan pelan di bahunya. Gadis itu semangkin terkejut, saat melihat siapa orang yang ada dibelakangnya itu."Kamu?" ucap Ayuna sedikit kaget."Eh, maaf Neng, saya tidak bermaksud kurang ajar, hanya saja, sejak tadi saya panggil Neng tidak menyahut, makanya saya menepuk pundaknya Neng Ayuna," ucap Jaka, menjelaskan, agar Ayuna tidak salah paham padanya."Iiya, tidak masalah. Aku hanya kaget saja tadi," jawab Ayuna, lalu menundukkan kepalanya, entah kenapa gadis itu merasa sangat grogi berdekatan dengan Jaka. Padahal biasanya dia tidak seperti ini."Neng, mari biar saya antar untuk melihat kedalam," ucap Jaka."Ah, i-iya. Ayo!" ajak Ayuna gugup.'Duh, kok aku jadi gugup gini ya,' batin gadis itu.Ayuna mencuri lirik, ke arah Jaka. Yang ternyata disadari oleh pemuda tersebut."Ada apa Neng? Apa Neng Ayuna ingin bertanya sesuatu kepada saya?" tanya Jaka. Lelaki itu menghentikan langkahnya sejenak."Iya, aku mau bertanya, apa kamu lelaki y
Saat kedua gadis itu masih terlibat perbincangan, tiba-tiba terdengar suara seseorang, yang membuat keduanya replek mengalihkan pandangan mereka, ke arah sumber suara."Sedang apa kalian?" tanya orang tersebut, yang ternyata adalah Ciko. Disusul oleh seorang gadis cantik di belakangnya.'Siapa gadis yang bersama Ciko itu,' batin Ayuna, yang langsung merasa penasaran. Sebab selama tinggal di desa, dirinya belum pernah melihat gadis itu sebelumnya. Berbeda halnya dengan Silvi, yang langsung merubah wajahnya menjadi cemberut, saat melihat kedatangan gadis itu, siapa lagi kalau bukan Indah."Indah, kamu jadi datang?" ucap Silvi, lalu melirik ke arah rantang yang dibawa oleh gadis itu, ia yakin itu pasti makan siang untuk Jaka. Seketika gadis itu langsung lemas, Karena pasti sudah tidak akan ada kesempatan untuknya berdekatan dengan Jaka siang ini."Tentu, bukankah sebelumnya aku sudah katakan padamu?" ucap Indah sambil tersenyum. Gadis itu sempat melirik ke arah Ayuna, merasa sedikit penas
Indah menatap tajam ke arah orang tersebut, yang ternyata adalah Silvi, sebenarnya gadis itu tidak sengaja mengatakannya. Itu adalah ungkapan isi hati gadis itu, namun siapa sangka akan terucap keluar dari mulutnya. Tadinya Silvi ingin pulang saja, saat melihat kedatangan Indah, namun ia juga tidak rela melihat Jaka hanya berduaan bersama Indah.Mau tidak mau, Silvi terpaksa ikut bersama mereka, walau dengan mulut yang komat-kamit tanpa suara, gadis itu terus menggerutu. sepanjang jalan mereka menuju gazebo, untuk makan siang, dan di sinilah mereka saat ini sedang menikmati makan siang bersama pekerja lainnya.Silvi terus menggerutu di dalam hati, saat beberapa teman Jaka menggoda pasangan tersebut, dan tentunya membuat hati Silvi marah dan kesal, hingga gadis itu melontarkan kalimat tersebut, yang tanpa disadarinya ternyata ucapannya itu malah keluar dari mulutnya."Apa maksud kamu berkata seperti itu Silvi?" tanya Indah.Indah meneguk ludahnya kasar, saat ini tatapan semua orang seda