Share

Bab 7. Kegigihan Silvi

Di kediaman Juragan Wildan, terlihat ada sepasang suami istri yang sedang duduk di ruang tamu, sudah setengah jam keduanya menunggu sang tuan rumah, namun masih belum ada tanda-tanda sang empu akan keluar dari kamarnya.

" Kemana sih, itu anak, lama banget di kamar mandi," gerutu sang istri.

"Sudah jangan begitu, mungkin perutnya sakit, makanya lama," jawab suaminya.

Saat wanita itu hendak kembali membuka mulutnya, tiba-tiba pintu kamar milik seseorang yang sejak tadi mereka tunggu akhirnya terbuka, bersamaan dengan dengan seorang gadis yang tersenyum ke arah keduanya.

"Nih dia, anaknya, lama banget sih Ay? Tidur kamu, di kamar mandi?" sembur wanita itu begitu melihat Ayuna. Ya, dia adalah Ayuna Baskoro.

"Hehehe ... maaf," jawab gadis itu.

"Cepat katakan! Untuk apa kamu menyuruh aku dan Feri datang ke rumahmu?" tanya wanita itu langsung, yang ternyata adalah Yola dan Feri suaminya, sekaligus sahabat Ayuna.

"Ayah, sepertinya mau menjodohkan aku sama Ciko," ucapnya langsung, setelah duduk di depan keduanya.

"Terus, apa masalahnya?" tanya Yola, biasa aja.

"Kok biasa aja sih responnya, ini masalah perjodohan loh, kamu gimana sih Yol, kak Feri, lihat istrimu, tidak asik banget jadi sahabat." adu Ayuna, pada suami dari sahabatnya tersebut.

"Kamu lupa, kalau Ciko itu sepupunya?" jawab Feri, membuat Ayuna hanya bisa mendengus sebal.

"Ciko sudah cerita, dia bilang Bibi Lela suka sekali sama kamu, cantik seperti boneka," jelas Yola sambil terkekeh diakhir kalimatnya.

"Jangan bilang kalau kamu sekongkol sama sepupumu itu," tuduh Ayuna, gadis itu menatap curiga pada sahabatnya.

"Astaga, tega sekali kamu menuduhku, walaupun kami sepupu, tetap saja, aku tidak akan berkhianat pada sahabatku," ucap Lola.

"Iya ... iya, aku percaya, ya sudah, jangan cemberut gitu dong mukanya. Jelek tahu," ucap Ayuna, sambil terkekeh pelan. Sedangkan Yola hanya mendengus.

"Lalu apa rencanamu selanjutnya, Ay?" tanya Feri, membuat gadis cantik itu langsung mengalihkan pandangannya ke arah suami dari sahabatnya tersebut.

"Belum ada sih, tapi yang jelas aku tidak akan menerima perjodohan ini, ya walaupun Ayah juga tidak mengatakan apapun, hanya pikiranku mengatakan, jika Ayah dan orang tuanya Ciko, memang merencanakan perjodohan ini," jelasnya, sedangkan sepasang suami istri tersebut hanya mengangguk-anggukan kepala tanda mengerti.

Keesokan harinya terlihat Jaka sudah bersiap untuk berangkat ke perkebunan, rencananya ia akan bertemu dengan Pak Budi terlebih dahulu, untuk membicarakan tentang kepastian pekerjaan yang akan diberikan untuknya nanti. Ya, Jaka sudah memutuskan untuk menggantikan pekerjaan bapaknya, Pak Agus, dan berhenti bekerja di pabrik yang terletak di kampung sebelah.

"Buk, Pak, Jaka berangkat dulu." Jaka bangkit dari duduknya dan beranjak menuju kedua orang tuanya untuk berpamitan.

"Iya Nak, kamu hati-hati ya? Ingat, langsung ke kantornya saja, soalnya pasti jam segini biasanya Pak Budi masih di dalam kantor,"jelas Pak Agus.

"Iya Pak," jawab Jaka.

Setelah berpamitan, Jaka langsung berangkat menuju perkebunan milik Juragan Wildan, tentunya sambil mendorong motor bebeknya yang mogok, menuju bengkel untuk diperbaiki.

Sesampainya di persimpangan jalan, Jaka dikejutkan dengan kehadiran Silvi. Gadis itu tersenyum ke arahnya, setelah sebelumnya gadis itu memanggilnya terlebih dahulu.

"Hai Jaka, sepagi ini kamu mau ke mana? Dan itu kenapa motornya pakai didorong segala?" tanya Silvi.

"Oh, rencananya aku mau ke perkebunan, untuk bertemu dengan Ayahmu, tapi sebelumnya harus mengantar motor ini dulu ke bengkel, maklumlah motor tua," jelas Jaka.

"Wah, kebetulan dong, aku juga mau ke sana, kalau begitu sekalian saja, yuk." ajak nya antusia.

Jaka tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, sebenarnya sih enggan, hanya saja untuk menolak rasanya Jaka juga tidak tega, akhirnya terpaksa Jaka menyetujuinya.

Mendengar ucapan Jaka, gadis itu tersenyum senang, Silvi pun tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Dengan cepat ia melangkah kesamping Jaka, hingga kini keduanya berjalan secara berdampingan.

Keduanya berjalan beriringan, sekilas terlihat mereka bagai sepasang kekasih bagi orang yang melihat nya. Bagai mana tidak, sebab sejak tadi Silvi terus berjalan disisi Jaka, sambil dalam hatinya tersenyum senang.

'Ah, akhirnya bisa jalan berdua denganmu Jaka, walaupun saat ini kita tidak memiliki hubungan apapun, tapi aku yakin sebentar lagi kamu akan jadi milikku.' batin Silvi, begitu percaya diri.

Sedangkan di suatu rumah, terlihat Lola sedang berbincang dengan sepupunya yang tampan, siapa lagi kalau bukan Ciko, pemuda itu datang ke rumah Lola untuk mendengar secara langsung mengenai tanggapan Ayuna tentang perjodohan tersebut. Sebab Ciko sendiri tahu, pasti gadis itu berbicara pada sepupunya tersebut.

"Bagai mana, apa kata Ayuna?" tanya Ciko langsung.

"Dia menolak, kamu kan tahu dia tidak suka kamu, seharusnya kamu pasti sudah bisa menebaknya sendiri," ucap Lola.

Mendengar ucapan Lola, pemuda itu langsung murung, sebenarnya Ciko sudah menebaknya sejak awal, namun pemuda itu sangat berharap akan ada keajaiban, dan pada akhirnya Ayuna, gadis impiannya itu akan menerimanya.

"Sudah jangan murung begitu, masih banyak jalan menuju Roma. Ya walaupun sahabatku itu tidak menyukaimu, tapi bukan berarti dia membencimu kan? Semangat dong, sebagai sepupumu, aku selalu mendukung kamu kok." ucap Lola, wanita itu sengaja berkata seperti itu sebab tidak tega melihat wajah sedih anak dari bibinya tersebut.

Ciko hanya mendengus mendengar ucapan Lola, selalu seperti itu yang dikatakannya, jika Ciko mendapatkan penolakan dari Ayuna.

'Tentu saja aku tidak akan menyerah begitu saja, bagai manapun caranya, aku harus mendapatkan Ayuna, dia harus menjadi milikku,' batin Ciko menyeringai, sepertinya lelaki itu memiliki ide bagai mana cara, agar gadis pujaan hatinya itu memperhatikannya.

Saat ini Jaka dan Silvi sudah berada di perkebunan milik Juragan Wildan. Jaka memperhatikan sekitar perkebunan tersebut, pemuda itu berdecak kagum melihat bagai mana luasnya perkebunan tersebut, apa lagi saat melihat bangunan yang ada di depannya saat ini, bangunan berlantai dua dengan dinding yang terbuat dari kaca, hingga memperlihatkan aktivitas di dalamnya.

"Jaka, ayo, katanya mau bertemu dengan Ayahku," ucap Silvi, yang seketika membuyarkan lamunan Jaka.

"Oh, iya maaf, aku hanya tidak menyangka jika perkebunan milik Juragan Wildan sangat luas," ucapnya.

"Kamu benar, bahkan Ayahku bilang, semua perkebunan kelapa sawit yang ada di desa ini, milik Juragan Wildan," jelas Silvi lagi.

Saat keduanya asik berbincang, tiba-tiba mereka dikagetkan oleh seseorang yang tiba-tiba datang dari arah belakang.

"Sedang apa kalian berdua di sini?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status