Share

Bab 8. Menerima pekerjaan

Mendengar suara seseorang, keduanya kompak menoleh ke arah sumber suara.

"Ayah," ucap Silvi sambil tersenyum. Ya, orang itu adalah Pak Budi ayahnya Silvi, sekaligus mandor perkebunan tersebut.

Jaka yang ditatap langsung mencoba menjelaskan maksud kedatangannya. "Begini Pak, kedatangan saya ke sini untuk menanyakan tentang pekerjaan," jawabnya.

"Pekerjaan?" ucap Pak Budi, mengulang kata-kata Jaka.

"Iya Pak, saya datang ke sini untuk menanyakan pekerjaan, Bapak saya bilang, kalau Pak Budi sedang membutuhkan seorang pekerja, dan Bapak saya, meminta saya untuk menggantikannya," ucap Jaka.

"Oh jadi kamu bersedia menggantikan Pak Agus, untuk bekerja di perkebunan, ini," tanya Pak Budi memastikan.

"Iya Pak, saya datang ke sini, memang untuk menggantikan pekerjaan Bapak saya," ucap Jaka.

Mendengar ucapan Jaka, Pak Budi dan Silvi tersenyum senang. Khususnya Silvi, gadis itu sangat senang, karena akhirnya pemuda yang disukainya itu sebentar lagi akan bekerja di perkebunan, itu artinya jika setiap hari ia akan bertemu dengan lelaki pujaan hatinya tersebut.

"Keputusan yang bagus, baiklah, kalau kamu sudah siap bekerja di sini, kamu bisa memulainya besok, bagai mana?" tanya Pak Budi.

"Baiklah Pak," jawab pemuda berkulit hitam manis tersebut.

"Oya Silvi, kamu kenapa datang sepagi ini?" tanya Pak Budi, sambil menatap ke arah putrinya.

"Eh, itu Yah, aku tadi mau bertanya sesuatu, tapi apa ya? aku tiba-tiba saja lupa,"ucap Silvi sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, padahal gadis itu hanya beralasan saja agar bisa bersama dengan Jaka, pujaan hatinya tersebut. Kapan lagi bisa jalan berduaan seperti tadi, pikirnya.

Sedangkan Pak Budi, hanya menggelengkan kepalanya, ia sangat tahu kalau putrinya itu hanya beralasan saja.

"Kalau begitu ayo biar sata antar untuk melihat-lihat, agar kamu tahu mana saja yang nantinya akan kamu kerjakan," ucap Pak Budi.

"Baik Pak, sebelumnya terimakasih," ucap Jaka. Dan ketiganya pun langsung beranjak untuk berkeliling, dan melihat para pekerja di sana.

***

"Nak, bagai mana? Apa kamu sudah berhasil membuat gadis itu, menerima lamaran kita?" tanya seorang wanita paruh baya, kepada putranya.

"Belum Bu, sepertinya sangat susah untuk meyakinkannya," jawab sang putra, yang tidak lain adalah Ciko dan ibunya, Bu Lela.

"Loh kamu ini bagai mana sih, Nak? Masa menaklukan satu gadis saja tidak bisa, kamu itu kan tampan, ibu yakin Neng Ayuna juga menyukaimu, mungkin kamunya saja yang kurang usaha," ucap Bu Lela, yang sedikit menyalahkan putranya.

'Huh, Ibu tidak tahu saja bagai mana usahaku untuk mendapatkan gadis itu, tapi ibu tenang saja, aku akan tetap berusaha untuk mendapatkan cintanya, walau bagai manapun caranya.' batin Ciko.

"Sudahlah Bu, Ibu tenang saja, cepat atau lambat Ciko pasti akan bisa membuat Ayuna menjadi milik Ciko, jadi Ibu tidak perlu risau seperti itu okey," ucap Rama meyakinkan Lela.

"Benar ya Nak, ibu itu sudah terlanjur suka dengan Neng Ayuna, dan ibu sangat ingin melihat kamu dan dia menikah," ucap Lela penuh harap.

"Iya, Ibu tenang saja, ya sudah kalau begitu Ciko pamit mau ke rumah Lola, ada yang ingin Ciko bicarakan dengan dia," ucap Ciko berpamitan pada sang ibu.

Sesampainya di rumah Lola, Ciko langsung tersenyum, sebab ia melihat gadis pujaan hatinya tenyata juga berada di sana. Dengan langkah lebar, Ciko langsung bergegas untuk mendekati kedua wanita cantik itu, yang saat ini terlihat berada di teras rumah, sangkin asiknya mereka berbicara, hingga tidak menyadari kedatangan Ciko.

"Lagi pada membicarakan apa sih? Seru banget sepertinya," ucap Ciko, yang seketika membuat kedua wanita itu langsung mengalihkan perhatian mereka.

"Ciko, bikin kaget saja kamu," ucap Lola sambil mendengus.

"Hehe,, maaf. Habisnya kalian sepertinya seru banget, memangnya lagi membahas, apa sih?" tanya Ciko penasaran.

"Lagi membahas kamu," tiba-tiba Ayuna bersuara, namun dengan nada terdengar sinis. Sebenarnya Ayuna merasa kesal, saat dirinya dan Lola sedang membahas sesuatu yang penting, tiba-tiba diganggu oleh Ciko.

"Benarkah? Memangnya kalian sedang bahas apa, tentang aku?" tanya Ciko terlihat antusias, padahal tadinya Ayuna hanya bercanda saja, saat mengatakannya.

"Ayuna tanya, kapan katanya kamu melamarnya," ucap Lola, sambil melirik ke arah Ayuna dengan senyum menyeringai. Sedangkan Ayuna langsung melotot kan matanya, saat sahabatnya itu berkata seperti itu pada Ciko, sudah dapat dipastikan, jika pemuda itu akan semangkin gencar mengejarnya.

"Serius Ay, kalian sedang membahas itu?" tanya Ciko dengan mata berbinar. Saat ini pemuda itu sudah duduk dihadapan kedua wanita cantik tersebut.

"Iya, kami dan Lola sedang membahas, bagai mana caranya agar kamu, terutama Ibumu itu, tidak lagi mengharapkan aku, untuk menjadi menantunya," ucap Ayuna, membuat semangat Ciko seketika pudar.

"Ayuna kenapa kamu bicara seperti itu sih? Wajar dong jika Ibuku ingin yang terbaik buatku, dan bagiku hanya kamu yang terbaik saat ini," ucap Ciko yakin.

Mendengar penuturan pemuda tampan yang ada di depannya, membuat Ayuna hanya bisa mendengus. Berbeda dengan Lola yang terlihat menyunggingkan bibirnya. Wanita itu salut dengan kegigihan sepupunya itu, yang walaupun setiap saat ditolak oleh Ayuna, namun tetap saja ia tidak menyerah.

"Kenapa kamu tersenyum seperti itu, Lo?" tanya Ayuna sambil mengerutkan dahi. Membuat Ciko replek mengarahkan pandangannya ke arah sepupunya tersebut.

"Tidak ada, memangnya salah kalu aku tersenyum," ucapnya menatap jengah ke arah sang sahabat.

'Ih, nyebelin banget sih, si Lola.' batin Ayuna menggerutu.

Ciko melirik ke arah Lola, terlihat pemuda itu memberikan isyarat pada sepupunya tersebut. Lola yang paham, langsung menganggukan kepala, ia akan memberikan kesempatan untuk sepupunya itu agar bisa bicara dengan sahabatnya.

"Aduh ya ampun, aku lupa," ucap Lola sambil menepuk jidatnya.

"Ada apa, Lo?" tanya Ayuna sedikit kaget dengan tingkah sahabatnya tersebut.

"Feri, tadi dia minta aku buat jemput dia di rumah bibinya," jelas Lola, padahal itu hanya alasan wanita itu saja.

"Ya sudah kalau begitu, aku pulang saja kalau kamu mau menjemput kak Feri," ucap Ayuna.

"Eh, jangan! Jangan! Aku hanya sebentar kok, lagi pula kan ada Ciko. Gimana Ko, kamu mau kan temani Ayuna sebentar? Tidak lama, hanya sebentar kok," ucap Lola lagi.

"Tidak masalah Lo, ya susah kamu pergi saja, jangan sampai Feri menunggu lama, ada aku yang akan menemani Ayuna di sini." ucap Ciko sambil melirik ke arah gadis cantik yang berada di depannya.

Setelah kepergian Lola, Ciko langsung mengalihkan pandangannya ke arah Ayuna." Ayuna boleh aku bertanya, sesuatu?" ucap Ciko sambil menatap gadis itu.

"Tentu, bicaralah," jawab Ayuna.

"Apa yang harus aku lakukan agar kamu mau menerimaku menjadi kekasihmu?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status