Lola melangkah masuk kedalam rumahnya, yang memang tidak tertutup rapat. Seketika matanya membola, saat melihat adegan yang ada di depan matanya.Ayuna yang melihat kedatangan Lola, dengan sedikit panik gadis itu langsung saja menarik kakinya dari pangkuan Ciko, Ayuna tidak ingin sahabatnya itu berpikir yang tidak-tidak tentang mereka. Walaupun Ayuna sempat merasakan gelenjar aneh karena sentuhan Ciko di kakinya tadi."Sedang apa kalian?" tanya Lola, membuat Ciko langsung menoleh ke arah sumber suara. Berbeda dengan halnya Ayuna, yang mencoba tetap bersikap biasa."Jangan mikir yang aneh-aneh deh Lo, itu tadi aku lagi dipijat oleh sepupumu," jelas Ayuna, yang tahu arti dari tatapan sahabatnya itu."Memangnya kenapa tuh kaki, kok sampai memar gitu?" tanya Lola, lalu mengambil posisi duduk disebelah Ayuna."Ayuna tadi terpeleset saat berada di kamar mandi, aku hanya membantunya untuk memijat kakinya, agar mengurangi rasa sakit dibagian kakinya," jelas Ciko."Kok bisa sih? Makanya hati-h
Ayuna menatap tajam ke arah keduanya, entah kenapa rasanya hatinya tidak rela saat melihat keduanya sedekat itu."Ternyata Silvi juga mengenalnya, sepertinya mereka sangat dekat, rasanya kok hatiku sakit ya, saat melihat kedekatan mereka," gumam Ayuna, sambil menyentuh dadanya yang terasa sesak.Ayuna terus melihat interaksi keduanya, walaupun tidak suka melihat kedekatan mereka, tetap saja, Ayuna tidak ingin tertinggal sedikitpun dengan sosok pemuda yang ada bersama Silvi, yang tidak lain adalah Jaka. Pemuda yang sudah berhasil mencuri perhatiannya."Iih, kok si Silvi kecentilan banget ya sama Jaka, wah, kayaknya dia suka sama Jaka deh," Ayuna terus menggerutu, matanya terus memperhatikan keduanya, hingga sampai Jaka meninggalkan Silvi, barulah gadis itu melanjutkan kembali kendaraannya.Ayuna langsung melajukan kembali kendaraannya, namun kali ini Ayuna memutuskan untuk menuju rumah milik Lola, dan Feri, sahabatnya. Rasanya gadis itu sudah tidak sabar untuk menceritakan apa saja yan
Ayuna memperhatikan sosok yang memasuki area parkir tersebut. Bahkan gadis itu dan Pak Budi masih berdiri di tempat yang sama."Loh, ternyata Nak Jaka, toh" ucap Pak Budi setelah Jaka melepaskan masker dan helm miliknya."Eh, Pak Budi, selamat pagi Pak," sapa Jaka. Lelaki itu memang tidak melihat keduanya tadi.Jaka melirik ke arah gadis yang berada disamping Pak Budi. Gadis yang saat ini terlihat sedang sibuk memainkan ponselnya, lebih tepatnya, Ayuna berpura sibuk, padahal tidak ada hal penting sama sekali.'Gadis ini, sepertinya aku pernah melihatnya, tapi di mana, ya' batin Jaka mengingat-ingat sosok Ayuna.Sementara Ayuna masih diam, dengan menyibukkan dirinya. Bahkan gadis itu sengaja tidak menatap ke arah pemuda itu."Kok malah bengong Jak?" ucap Pak Budi, yang membuat Jaka langsung tersadar."Eh, tidak kok Pak," ucap Jaka, pemuda itu kembali melirik Ayuna, dan kali ini disadari oleh Pak Budi."Eh iya, Neng, ini kenalin Jaka, karyawan baru di perkebunan ini," ucap Pak Budi memp
Ayuna langsung membalikan tubuhnya, saat mendapat tepukan pelan di bahunya. Gadis itu semangkin terkejut, saat melihat siapa orang yang ada dibelakangnya itu."Kamu?" ucap Ayuna sedikit kaget."Eh, maaf Neng, saya tidak bermaksud kurang ajar, hanya saja, sejak tadi saya panggil Neng tidak menyahut, makanya saya menepuk pundaknya Neng Ayuna," ucap Jaka, menjelaskan, agar Ayuna tidak salah paham padanya."Iiya, tidak masalah. Aku hanya kaget saja tadi," jawab Ayuna, lalu menundukkan kepalanya, entah kenapa gadis itu merasa sangat grogi berdekatan dengan Jaka. Padahal biasanya dia tidak seperti ini."Neng, mari biar saya antar untuk melihat kedalam," ucap Jaka."Ah, i-iya. Ayo!" ajak Ayuna gugup.'Duh, kok aku jadi gugup gini ya,' batin gadis itu.Ayuna mencuri lirik, ke arah Jaka. Yang ternyata disadari oleh pemuda tersebut."Ada apa Neng? Apa Neng Ayuna ingin bertanya sesuatu kepada saya?" tanya Jaka. Lelaki itu menghentikan langkahnya sejenak."Iya, aku mau bertanya, apa kamu lelaki y
Saat kedua gadis itu masih terlibat perbincangan, tiba-tiba terdengar suara seseorang, yang membuat keduanya replek mengalihkan pandangan mereka, ke arah sumber suara."Sedang apa kalian?" tanya orang tersebut, yang ternyata adalah Ciko. Disusul oleh seorang gadis cantik di belakangnya.'Siapa gadis yang bersama Ciko itu,' batin Ayuna, yang langsung merasa penasaran. Sebab selama tinggal di desa, dirinya belum pernah melihat gadis itu sebelumnya. Berbeda halnya dengan Silvi, yang langsung merubah wajahnya menjadi cemberut, saat melihat kedatangan gadis itu, siapa lagi kalau bukan Indah."Indah, kamu jadi datang?" ucap Silvi, lalu melirik ke arah rantang yang dibawa oleh gadis itu, ia yakin itu pasti makan siang untuk Jaka. Seketika gadis itu langsung lemas, Karena pasti sudah tidak akan ada kesempatan untuknya berdekatan dengan Jaka siang ini."Tentu, bukankah sebelumnya aku sudah katakan padamu?" ucap Indah sambil tersenyum. Gadis itu sempat melirik ke arah Ayuna, merasa sedikit penas
Indah menatap tajam ke arah orang tersebut, yang ternyata adalah Silvi, sebenarnya gadis itu tidak sengaja mengatakannya. Itu adalah ungkapan isi hati gadis itu, namun siapa sangka akan terucap keluar dari mulutnya. Tadinya Silvi ingin pulang saja, saat melihat kedatangan Indah, namun ia juga tidak rela melihat Jaka hanya berduaan bersama Indah.Mau tidak mau, Silvi terpaksa ikut bersama mereka, walau dengan mulut yang komat-kamit tanpa suara, gadis itu terus menggerutu. sepanjang jalan mereka menuju gazebo, untuk makan siang, dan di sinilah mereka saat ini sedang menikmati makan siang bersama pekerja lainnya.Silvi terus menggerutu di dalam hati, saat beberapa teman Jaka menggoda pasangan tersebut, dan tentunya membuat hati Silvi marah dan kesal, hingga gadis itu melontarkan kalimat tersebut, yang tanpa disadarinya ternyata ucapannya itu malah keluar dari mulutnya."Apa maksud kamu berkata seperti itu Silvi?" tanya Indah.Indah meneguk ludahnya kasar, saat ini tatapan semua orang seda
"Ay, kenapa kamu bicara seperti itu dengan Ciko?" ucap seseorang dari arah belakang keduanya. Ayuna langsung menolehkan pandangannya, ke arah sumber suara, begitupun dengan Ciko."Paman Wildan,"Sapa Ciko. Saat mengetahui ternyata orang tersebut adalah Juragan Wildan.Sedangkan Ayuna hanya melirik sekilas, tanpa ingin menyapa sang Ayah."Ada apa Ciko? Kenapa wajah gadis itu begitu jelek," tanya Juragan Wildan, kepada Ciko. Yang sebenarnya hanya ingin menggoda putrinya tersebut."Oh, itu, aku juga tidak tahu Paman, mungkin putri Paman itu sedang datang tamu bulanan," jawab Ciko. Pemuda itu membalas candaan ayah dari gadis yang disukainya tersebut. Juragan Wildan yang mendengar jawaban Ciko terlihat mengulum senyum, berbeda dengan halnya Ayuna yang semangkin memperlihatkan wajah masamnya."Tidak usah bicara sembarangan kamu Cik, tidak penting banget sih," ucap Ayuna dengan nada ketus."Nak, kok kamu bicara seketus itu pada Ciko? Dia hanya bercanda," ucap Juragan Wildan saat melihat perub
Ciko melihat tangannya yang ditahan oleh seseorang, dan orang tersebut ternyata adalah Jaka. Dengan cepat, Ciko langsung menghempaskan tangan Jaka yang bertengger di lengannya."Apa masalahmu? Kenapa ikut campur urusan orang lain," ucap Ciko, sambil menatap tajam ke arah Jaka."Maaf Ciko, saya tidak bermaksud untuk ikut campur, saya hanya tidak ingin Neng Ayuna merasa terganggu dengan yang kamu lakukan terhadapnya," ucap Jaka."Kau? Hei Jaka, jangan ikut campur urusan orang lain! Aku sama sekali tidak menggangu Ayuna, aku hanya ingin berbicara dengannya,"ucap Ciko. Lalu pandangannya beralih ke arah Ayuna yang saat itu masih terdiam, gadis itu tidak menyangka jika Jaka akan membelanya."Ayuna, aku ingin bicara, hanya sebentar Ay," ucap Ciko yang masih mencoba bicara dengan Ayuna. Lelaki itu tidak ingin sampai gadis pujaan hatinya itu marah dengannya. Ya walaupun Ayuna bilang sudah memaafkan, namun sikapnya yang sekarang ini, bagi Ciko masih belum menunjukan maaf yang sesungguhnya.Ayuna