Victoria segera kembali ke ruangannya, ia memanggil semua anak buahnya dan memarahi mereka. Ia melampiaskan semua kemarahan dan kekesalannya hingga beberapa diantara mereka menangis dan ketakutan.Victoria menegaskan agar mereka jangan gegabah, membully terang-terangan seperti itu. Karena semua sudut di kantor dipasang kamera CCTV. Wanita itu juga memerintahkan mereka untuk meminta maaf pada Nina, seperti yang disayaratkan Nathan, atau mereka akan dipecat.Maka dengan wajah tertunduk malu mereka datang menemui Nina untuk meminta maaf. Saat itu Nina sedang berada di ruangannya bersama Emi, Laura, Leo dan anggota tim Nina lainnya, mereka baru saja akan mulai meeting ketika ketiga wanita itu datang.“Miss. Nina, saya mau meminta maaf atas kejadian tempo hari di café,” ucap salah satu dari mereka. Nina dan yang lainnya terkejut, namun tentu tidak termasuk Emi, karena dia sudah paham pasti Nathan telah bertindak.“Siapa yang menyuruh kalian? Bu Victoria, ya?” celetuk Laura. Ketiga wanita
Mike terperanjat, suara lelaki ini terdengar sangat familer di telinganya. Siapa sebenarnya pria dihadapannya ini?“Siapa sebenarnya kamu?” tanya Mike lagi.“Karl, Karl N Wilson,” jawab pria itu.“Kenapa kamu pakai nama Wilson?” cecar Mike. “Dan darimana asalmu?”“Aku tidak tahu, sejak lahir aku sudah pakai nama Wilson,” jawab Karl, lelaki itu mengambil secangkir kopi dan menuangkan susu dengan tangan lainnya, ia asik membuat art, “Aku lahir di Philly,” tambahnya santai sambil mengukir sebuah gambar di atas kopi.“Hah? Kamu dari Philadelphia?” mata Mike membulat karena terkejut, Philly adalah kota keluarga besarnya termasuk ia dan Nathan lahir di sana. Apakah pria ini Nathan?Mike terus menelisik pria itu, dari postur tubuhnya memang sama dengan Nathan, tapi wajah dan rambutnya bukan, dan suara itu, suaranya memang suara Nathan, juga gerakannya membuat latte art itu adalah kebiasaan Nathan. Tapi … ah, Mike benar-benar bingung.Mike terdiam, ia terus mengamati Karl dengan tajam, “apa
Nathan dan Nina terkejut, Nina refleks mendorong Nathan, gadis itu segera duduk di samping Nathan dengan wajah memerah karena malu, sedangkan Nathan Nampak kesal.“Brengsek! Mengganggu aja. Ada apa?” Tanya Nathan jengkel.“Hehe, so sorry, aku juga refleks,” jawab Mike. “Coba kamu buka ponselmu Tan, perempuan itu melelang lagi sahamnya.”Nathan segera membuka ponselnya, ia diam mematung, wajahnya nampak serius, lelaki itu tidak berkata apa-apa. “Pasti dia kalah taruhan lagi,” ujar Mike kesal. Sonya, perempuan itu mendapat bagian 10 persen di perusahaan keluarga Wilson, namun kegemarannya berjudi sering membuatnya lupa diri. Sebelumnya ia melelang 3 persen bagiannya, dan diam-diam Nathan membelinya, karena dia tidak ingin ada orang lain yang memiliki saham perusahaan yang telah susah payah dibangun kakeknya. Ia sendiri bekerja keras untuk membesarkan perusahaan itu, tapi Sonya malah menghambur-hamburkannya.Tiba-tiba Nathan mengangkat ponselnya. “Emi, segera beli saham yang dijual Sony
Sonya tertegun dan berupaya mengingat, ia merasa belum pernah mendengar nama itu di deretan wanita-wanita kaya. Bahkan dia nyaris hapal keluarga-keluarga kaya di kota itu, tidak ada yang memiliki anggota keluarga bernama Nina Evans.“Apa benar dia dari kota ini?” Tanya Sonya penasaran, sang asisten merasa kurang yakin persisnya, tapi Nithanny Co memang kantornya berada di kota itu. Sang asisten pun menawarkan diri untuk menyelidiki, namun Sonya merasa tidak perlu, karena saat penandatanganan nanti ia pasti akan bertemu dengan gadis yang membuatnya penasaran itu.Tiba-tiba Sonya teringat dengan pemuda yang belakangan ini ia bayar untuk menemaninya menghabiskan malam, dan secara kebetulan lelaki itu adalah karyawannya Nathan, yang beberapa hari lalu sedang di skorsing karena ulah karyawan baru bernama Nina. Kenapa namanya sama? Apa mungkin orang yang sama?“Richard, malam ini kamu harus ke kamarku,” perintah Sonya kepada lelaki sewaannya yang ternyata adalah Richard Stirling, salah sat
“Sayang, malam mini kamu akan menandatangani kepemilikan saham yang dijual Sonya,” Karl alias Nathan menjelaskan bahwa Nina akan bertemu Sonya, Nina harus tampil istimewa, harus berada pada status sosial di atas Sonya, dengan begitu mudah bagi Nina untuk menekan wanita itu.“Apa aku bisa?” tanya Nina bingung.“Tentu bisa, sayang. Kamu harus percaya pada dirimu sendiri, ingat aku selalu ada di sampingmu.” Nathan menggandeng Nina dan segera masuk ke dalam lift, menuju ke ruangan khusus. Seorang wanita paruh baya menyambut mereka, lalu membawa Nina masuk ke ruangan lain, sedangkan Nathan duduk di sofa menunggu.Ada beberapa gaun mahal yang ditunjukan pada Nina, semua pas dengan postur tubuhnya. Nina memilih gaun malam berwarna baby blue, wanita yang melayani Nina pun tersenyum, pilihan Nina sangat berkelas. Ia pun mengeluarkan satu set aksesories pendukung, dari mulai perhiasan berlian, tas, sepatu semua senada dan sesuai.Selanjutnya Nina dibawa ke ruang make up, rambut cokelatnya yang
Sonya menatap tajam pada seorang pria yang berdiri dengan santai diantara yang lainnya, pria itu melihat Sonya dengan tatapan yang sulit diartikan, ada terlintas ejekan di sana, namun ia segera tersenyum. “Apa kabar, Sonya?” tanya pria itu. “Mau apa kau ada di sini? Apa keperluanmu?” tanya Sonya, ada ketidaksukaan pada wajah dan kata-kata wanita itu. “Haha, kamu lupa, aku adalah bagian dari Wils, dan satu hal yang harus kau ingat, aku yang memimpin legal officer di Wils, jadi aku sangat berhak hadir di sini.” Kata-kata pria itu begitu menohok Sonya, seolah ia tidak tahu tentang strukturisasi perusahaan, memang dia tidak peduli siapa-siapa saja yang ada di dalamnya, dan pria ini adalah seorang ahli hukum dan sepupu Nathan, jadi memang dia adalah chief legal officer, dan tim legal officer dipegang oleh orang-orang dari Firma hukum milknya. “Kenapa nggak sekalian si Nathan aja yang datang,” gerutu Sonya, Nampak kesal. “Haha, kenapa Sonya? Kamu kangen sama Nathan ya?” ledek pria yang
Nina tertegun, mengapa juga peempuan ini menanyakan Nathan padanya, tentu saja ia tahu siapa Nathan karena selalu bersamanya setiap saat. Namun Nina segera tersenyum menanggapi pertanyaan Sonya.“Tentu Nyonya, di dunia bisnis, siapa yang tidak mengenal Mr. Nathan Willson, CEO Wils, Inc yang terkenal, beliau adalah sosok agung dibalik kesuksesan Wils.” Nina menjawab dengan diplomatis, wajahnya tetap tenang dengan senyum selalu menghiasi bibirnya.“Apa Anda pernah bertemu?” tanya Sonya lagi, “dan bagaimana menurut Anda penampilannya?”“Pernah, Karl yang mengenalkan. Tapi kalau bicara penampilan itu relative, Nyonya, buat saya kekasih saya adalah segalanya, tidak ada yang lebih baik dan tidak ada yang lebih hebat selain dia.” Nina tersenyum sambil melirik Karl.Sonya tertawa mendengar jawaban Nina, buat orang yang percaya pada cinta pasti akan menjawab seperti itu. Cinta memang bisa membutakan segalanya, bagi orang yang sedang jatuh cinta, hanya kekasihnyalah yang paling sempurna. Namun
Nathan menghela napas mendengar penuturan Nina, ia membelai lembut rambut gadis itu untuk menenangkannya. Ia bisa mengerti kekhawatiran dan kegundahan kekasihnya itu, karena bagaimana pun dalam sebuah hubungan tidak hanya tentang kamu dan aku, tapi dalam sebuah ikatan perkawinan akan melibatkan keluarga, terutama orang tua. “Sayang, dengarkan aku,” Nathan mengangkat wajah Nina hingga mereka kembali saling menatap, “apa yang dikatakan perempuan itu tidak benar, karena yang dia sebut pernikahan itu tidak lebih hanya kontrak di atas kertas, dia melupakan isi kontrak itu, bahwa semua akan berakhir begitu kita menikah.” Nathan berkata dengan sungguh-sungguh, Nina menatap mata Nathan lekat-lekat, mencari kebenaran dan penguatan di sana. “Lalu bagaimana dengan keluargamu? Apa mereka akan menerima aku?” tanya Nina, suaranya mengambang seakan ada beban dan ketakutan di sana, karena ia yakin keluarga besar Nathan adalah keluarga terkemuka, sedangkan ia, ibunya sudah meninggal, ayahnya entah d