Share

Bab 357

Author: perdy
last update Last Updated: 2025-07-24 23:46:20

Lukisan itu sudah selesai.

Alena duduk bersila di lantai kamarnya, menatap kanvas di depannya yang telah menyerap begitu banyak rasa dalam dua minggu terakhir. Sosok perempuan di cermin retak itu kini tampak utuh—bukan karena retaknya hilang, tapi karena setiap pecahan diberi garis emas yang berkilau. Luka-luka itu tidak disembunyikan, malah diubah jadi bagian dari keindahan.

Namun, justru itu yang membuat dadanya sesak. Lukisan itu terlalu jujur. Terlalu telanjang. Seolah jiwanya sendiri terpampang di sana, tanpa tirai, tanpa topeng.

Ponselnya bergetar.

Pesan dari Sarah, kurator pameran:

"Len, deadline pengumpulan karya besok siang. Gimana kabarnya lukisan kamu?"

Alena menatap layar ponsel, jemarinya menggantung di atas keyboard. Bagian dari dirinya ingin membalas,

“Lukisannya sudah selesai. Akan kukirim fotonya sebentar lagi.”

Tapi ada suara kecil di kepalanya yang berbisik,

“Kamu yakin mau memamerkan ini? Kamu yakin siap dilihat orang-orang dalam keadaan se-rentan ini?”

Lalu suara
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 360

    Setelah percakapan panjang dengan Adrian, Alena memutuskan untuk tidak langsung menuju studio apartemen dengan kendaraan. Ia memilih berjalan kaki—menyusuri hiruk-pikuk kota yang biasa ia pandang dari balik kaca apartemen mewah lantai 25. Kini, ia ingin merasakannya… debu, panas, bunyi klakson, dan suara pedagang kaki lima yang bersahutan. Semuanya terasa nyata, berisik… tapi hidup.Langkahnya berhenti saat ia sampai di Taman Suropati. Ada sesuatu yang menggetarkan dadanya, seperti riak kecil yang tiba-tiba mengganggu permukaan tenang danau dalam. Ia duduk di bangku kayu tua di bawah pohon beringin yang rimbun. Bangku yang pernah jadi saksi percakapan penting dalam hidupnya—dengan Reno."Len, kamu pernah merasa kosong nggak? Di tengah keramaian?"Suara itu muncul dalam ingatannya, jernih seperti baru kemarin. Waktu itu mereka baru selesai makan bakso di gerobak pinggir jalan. Reno tiba-tiba mengajaknya duduk di taman ini."Kosong gimana maksudnya?" tanya Alena sambil memainkan daun ke

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 359

    Pagi itu, Alena sedang bersiap untuk melihat studio apartemen barunya. Ia baru saja selesai menggulung lukisan kain kanvas kecil yang akan dibawa sebagai referensi cahaya saat bel pintu berbunyi.Seorang petugas pengantar berdiri di depan pintu, tersenyum canggung sambil menyerahkan tiga buket besar mawar merah.“Untuk Alena,” katanya. “Dari… ‘A’.”Alena mematung. Ketika membaca kartu kecil yang diselipkan di antara bunga-bunga yang segar dan mahal itu, perutnya langsung terasa mual.“Untuk calon pelukis terkenal. Proud of you. – A.”Adrian.Tentu saja. Ia selalu tahu kapan harus muncul. Selalu tahu kapan Alena mulai berdiri tegak, dan selalu datang tepat saat itu, seperti bayangan yang menolak hilang meski matahari sudah tinggi.Buket itu diletakkan begitu saja di meja ruang tamu. Alena hanya memandangi kelopak-kelopak merah yang begitu indah… tapi terasa hambar. Tidak ada makna, tidak ada ketulusan. Hanya simbol dari seseorang yang mengira cinta bisa dibeli dan dikemas dalam tampila

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 358

    Tiga hari setelah ia mengirimkan lukisannya untuk pameran, Alena bangun di tempat yang sama. Di apartemen mewah lantai 25, dengan interior elegan dan pemandangan Jakarta yang gemerlap di kejauhan—semua hal yang dulu membuatnya merasa spesial.Tapi pagi ini, kemewahan itu terasa hampa.Seolah ia tinggal di etalase toko furnitur mahal. Indah, rapi, tapi dingin. Tidak ada jejak kehidupan nyata.Ia melangkah ke dapur yang dipenuhi perlengkapan stainless steel, semua masih tampak baru. Dulu, Reno sering berkata, “Ngapain masak? Kita bisa makan di mana saja.” Dan Alena, yang saat itu masih merasa sedang hidup dalam mimpi, hanya mengangguk setuju.Kulkas sebesar pintu lemari itu kini nyaris kosong. Hanya ada botol air mineral premium, yogurt organik yang sudah basi, dan buah impor yang mulai layu. Ironis, untuk alat sebesar itu, isinya lebih menyedihkan dari warung kecil.Dengan enggan, ia membuat sarapan: roti tawar dengan selai kacang. Murah, sederhana, tapi justru membawa rasa nyaman yang

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 357

    Lukisan itu sudah selesai.Alena duduk bersila di lantai kamarnya, menatap kanvas di depannya yang telah menyerap begitu banyak rasa dalam dua minggu terakhir. Sosok perempuan di cermin retak itu kini tampak utuh—bukan karena retaknya hilang, tapi karena setiap pecahan diberi garis emas yang berkilau. Luka-luka itu tidak disembunyikan, malah diubah jadi bagian dari keindahan.Namun, justru itu yang membuat dadanya sesak. Lukisan itu terlalu jujur. Terlalu telanjang. Seolah jiwanya sendiri terpampang di sana, tanpa tirai, tanpa topeng.Ponselnya bergetar.Pesan dari Sarah, kurator pameran:"Len, deadline pengumpulan karya besok siang. Gimana kabarnya lukisan kamu?"Alena menatap layar ponsel, jemarinya menggantung di atas keyboard. Bagian dari dirinya ingin membalas,“Lukisannya sudah selesai. Akan kukirim fotonya sebentar lagi.”Tapi ada suara kecil di kepalanya yang berbisik,“Kamu yakin mau memamerkan ini? Kamu yakin siap dilihat orang-orang dalam keadaan se-rentan ini?”Lalu suara

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 356

    Alena akhirnya berani mengakui satu hal yang selama ini terus menghimpit dadanya:Ia masih mencintai Adrian.Kesadaran itu menghantam seperti tamparan keras. Ia menggenggam ponselnya, jari-jarinya gemetar. Tapi kemudian ragu. Apa yang harus ia katakan? Bagaimana menjelaskan kekacauan perasaannya?Aku salah. Aku menipu diriku sendiri. Aku pura-pura kuat. Pura-pura tidak peduli.Aku pikir aku bisa memilih aman daripada terbakar. Stabil daripada penuh gejolak.Tapi aku tidak bisa lagi berpura-pura.Duduk di kedai kopi, Alena memandangi orang-orang yang menjalani hidup "normal": mahasiswa mengetik, pasangan berbicara lembut, sahabat tertawa pelan. Dunia mereka terasa asing.Sudah dua tahun ia hidup dalam dunia itu—dunia yang tenang, rasional, penuh kompromi. Dunia Reno. Tapi itu bukan dunianya. Bukan jiwanya.Jiwanya milik dunia yang penuh risiko—seperti berdiri di ujung jurang sambil menantang angin. Dunia yang hanya Adrian yang bisa sentuh.Namun keinginan dan kenyataan adalah dua hal y

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 355

    "Oh ya? Terus kenapa selama ini kamu selalu nurut sama aku? Kenapa kamu selalu minta pendapat aku untuk segalanya? Kalau kamu bukan milikku, kenapa kamu gampang banget aku kendalikan?"Pertanyaan-pertanyaan itu menohok habis-habisan. Adrian memang benar – selama bertahun-tahun, Alena memang seperti boneka yang digerakkan oleh Adrian. Tapi mendengar pria itu mengakuinya secara langsung, mengaku bahwa ia 'mengendalikan' Alena, justru membuat sesuatu dalam diri Alena bergolak."Mungkin dulu aku memang mudah kamu kendalikan," kata Alena pelan. "Tapi itu tidak berarti aku milikmu. Itu berarti aku tidak tahu caranya mencintai diriku sendiri.""Mencintai diri sendiri?" Adrian mendengus. "Omong kosong macam apa lagi itu? Self-love bullshit yang lagi trend di medsos?""Bukan bullshit," suara Alena semakin kuat. "Kalau aku tidak bisa mencintai diriku sendiri, bagaimana aku bisa mencintai orang lain dengan sehat? Bagaimana aku bisa tahu mana yang baik dan mana

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status