"Selamat malam, Pak Vanno." "Selamat malam, Pak John. Ini kejutan sekali Anda meneleponku malam-malam." Vanno masih berkutat dengan pekerjaan di kantornya malam itu. Ia lembur karena begitu banyak proyek yang ditangani, termasuk kerja sama dengan perusahaan Louis. Ia pun cukup terkejut mendapati telepon dari teman lamanya, seorang petinggi di kepolisian. Sebagai pengusaha yang sangat lama berkecimpung di dunia bisnis, Vanno punya sangat banyak relasi dari bidang mana pun. "Ah, maaf mengganggu Anda malam-malam. Aku tahu Anda pasti sedang kebingungan saat ini mencari anak Anda." Vanno langsung mengernyit mendengarnya. Ia belum tahu apa pun menyangkut Cassa, tapi anaknya itu memang selalu punya banyak jadwal yang tidak pernah Vanno ketahui. Karena itu, Vanno tidak pernah khawatir. "Apa maksud Anda, Pak John?""Maafkan karena anak buahku belum bisa menemukan Cassa, anak Anda, yang diculik di mall tadi sore. Tapi kasus ini sudah menjadi prioritas kami, kami akan berupaya untuk menemu
"CCTV tidak menangkap wajah Keenan sama sekali. Sepertinya dia sudah tahu letak CCTV dan tidak membiarkan dirinya terlihat." Seorang polisi melapor pada Tama di kantor polisi malam itu. "Sial! Pria itu benar-benar brengsek! Tapi setelah surat ijin menggeledah rumah keluar, tolong segera kirim orang ke rumah Keenan." "Anda tenang saja, Pak. Kami akan melakukan yang terbaik." Dera yang masih ada bersama Tama pun tidak berhenti gelisah. "Aku akan meminta Bang Jono dan tim yang lain ikut ke rumah Keenan. Pria itu benar-benar brengsek!" Tama hanya mengangguk. "Lakukan apa pun, Dera! Lakukan apa pun!" Tama pun masih tetap menunggu di kantor polisi untuk mendapatkan surat ijinnya, tapi mereka kesulitan karena tidak ada bukti yang mengarah pada Keenan. Sampai akhirnya Xander pun turun tangan membantu dan entah bagaimana, surat ijin itu pun keluar. "Papaku sudah membantu mengurusnya, Tama," seru Samuel yang malam itu tidak bisa membantu. Setelah dari rumah sakit menemani Hanna dan
Cassa meringis dalam tidurnya karena merasakan tangannya yang masih sakit akibat bekas ikatan saat ia diculik. Sambil mengernyit, Cassa pun mencoba bergerak, namun ia bisa merasakan kalau sekarang ia sedang berada di ranjang yang nyaman dan empuk dengan AC yang sejuk. Perlahan Cassa pun membuka matanya dan ia pun begitu syok melihat dirinya yang berada di sebuah kamar asing dengan begitu banyak foto dirinya memenuhi dinding kamar. Sontak Cassa pun bangkit duduk di ranjang itu dan membelalak ngeri. "Apa ini? Di mana aku? Apa yang terjadi?" Cassa langsung memeriksa bajunya yang masih lengkap dan tangannya yang sudah tidak terikat lagi. Cassa mencoba mengingat apa yang terjadi dan ia pun ingat kalau ia diculik oleh Keenan. Sekuat tenaga, Cassa bergerak dan membuat keributan di dalam mobil, walaupun tangannya diikat dan mulutnya dilakban. Tapi gerakan Cassa itu sepertinya mengganggu Keenan yang sedang menyetir sampai akhirnya Keenan pun membuka lakban di mulut Cassa dan malah membe
Jantung Tama langsung menghentak hebat setelah telepon dari Cassa. Ia melajukan mobilnya lebih cepat ke mall sambil tidak berhenti menelepon Cassa balik. "Sial! Angkat teleponnya, Cassa! Sial! Mengapa sekarang ponselnya malah tidak aktif?" geram Tama yang makin cemas. Tubuh Tama mendadak gemetar, takut terjadi apa-apa pada Cassa, apalagi Cassa menyebut nama Keenan. Tama tahu Keenan adalah nama fans fanatik yang sempat melecehkan Cassa di kantor waktu itu. Pria itu sempat dipenjara, tapi bebas dengan jaminan. Lalu Tama tidak tahu apa-apa lagi. "Sial! Cassa bilang Keenan yang di kantor kan? Apa dia berusaha melecehkan Cassa lagi? Sial!" Tama memukul setirnya dengan otak yang sudah berpikir keras. Siapa lagi yang harus ia hubungi karena ia tidak tahu nomor telepon Dera, sahabat Cassa yang sering Tama lihat muncul di media sosialnya. Sementara Hanna dan Gio sudah dikelilingi banyak orang di sana. Mereka membantu Hanna dan Gio berdiri. "Kak Hanna!" "Gio Sayang!" Hanna masih pusing
Seorang pria berbaju serba hitam terus mengamati wanita pujaannya yang sedang menyetir mobilnya ke sebuah mall. Pria itu adalah Keenan dan ia sudah mengamati Cassa begitu lama, bahkan berhari-hari sejak kepulangan pria itu dari Australia. Tentu saja itu benar kalau Keenan pergi ke Australia bersama kedua orang tuanya sejak ia ditebus dari polisi. Tapi Keenan pulang ke Indonesia lagi demi Cassa, demi cintanya yang begitu besar pada wanita itu. Keenan tidak bisa lama-lama jauh dari Cassa. Hanya saja, Keenan mendadak membenci pria bernama Tama yang disukai oleh Cassa, tapi menyakitinya. Karena itu, Keenan pun menyiapkan sebuah rencana untuk membawa Cassa bersamanya dan membuat Cassa melihat bagaimana Keenan membantunya balas dendam. Semua orang yang jahat pada Cassa harus mendapatkan akibatnya. Dan setelah itu, Keenan akan menikahi Cassa. Rencananya begitu sempurna, namun sedikit kekacauan sempat terjadi saat akhirnya kegiatan Keenan ketahuan. Itulah yang membuat Keenan membayar se
Cassa masih mematung di tempatnya, nyaris tidak percaya mendengar apa yang dikatakan Tama di telepon. "Apa? Itu ... kau bilang apa?" ulang Cassa tidak yakin. "Mari kita bertemu, Cassa! Alya baru memberitahuku kalau kau ke kantor dan mencariku dua hari lalu. Saat itu, aku tidak ke kantor karena aku juga melakukan yang sama, aku mencarimu." Cassa menahan napasnya sejenak, makin tidak percaya apa yang Tama katakan. "Kau ... mencariku?" "Ya, aku mencarimu ke rumahmu, aku menunggu di sana, tapi aku tidak kunjung melihatmu. Karena itu, mari kita bertemu, Cassa!" ulang Tama tanpa bosan. Cassa menahan dirinya, padahal ia ingin meloncat kegirangan saat ini sampai ia menutup mulut dengan tangannya agar tidak berteriak. Mati-matian ia menahan ekspresinya agar suaranya terdengar biasa saja. "Itu ... baiklah, mari kita bertemu, Pak! Maksudku ... Tama. Mari kita bertemu!" Tama mengangguk dengan perasaan yang begitu lega karena Cassa juga mau bertemu dengannya. "Kau mau aku ke rumahmu saja?"