공유

Rumah sakit

작가: Lyrik wish
last update 최신 업데이트: 2025-11-05 23:28:08

Lampu-lampu koridor rumah sakit memantulkan cahaya putih pucat, menciptakan suasana dingin yang mencengkeram dada. Di depan ruang IGD, seluruh keluarga Atmadja dan Pramayudha menunggu dengan wajah tegang. Bau antiseptik bercampur kecemasan memenuhi udara.

Nimas Asih duduk di kursi panjang, tubuhnya sedikit bergetar. Matanya bengkak karena tangis. Di sisi lain, Kinanti berdiri menatap kosong ke arah pintu IGD yang tertutup rapat, kedua tangannya saling menggenggam erat di depan dada.

“Bu… minum dulu, ya,” ucap Bara pelan sambil menyodorkan segelas air putih ke arah mertuanya.

Nimas menatapnya sesaat, lalu menerima gelas itu dengan tangan bergetar.

“Terima kasih, Nak…” ucapnya dengan suara serak, sebelum meneguk air itu perlahan.

Bara kemudian berpaling ke arah Kinanti. Ia menatap wajah istrinya yang tampak dingin, mata yang dulu hangat kini beku seperti es. Dengan hati-hati, ia mengulurkan satu gelas air lain.

“Ini, Kinan…” ucapnya ragu.

Namun Kinanti hanya mengalihkan pandangan, tatap
이 책을.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터
댓글 (1)
goodnovel comment avatar
Farkhani Farkhani
makasih kak thor dah up
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • Ganendra | Obsesi Sahabat Suamiku   Salah Faham

    Kinanti buru-buru menghapus air matanya menggunakan punggung tangan. Kelopak matanya memerah, hidungnya bergetar menahan sesenggukan. “Ayah… Ibu, aku pergi membeli makanan dulu…” ucap Kinanti pelan, berusaha terdengar normal meskipun suaranya serak. Dia berbalik. Pandangannya dan pandangan Ganendra bertemu—singkat, tapi cukup untuk membuat dada keduanya terasa sesak. Ingin sekali pria itu menarik tubuh Kinanti ke dalam pelukannya, menghapus air matanya satu per satu, sambil berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja. Namun keberadaan orang tua Kinanti menahan gerakannya. Kinanti mengangguk pelan, lirih. “Aku duluan… Ganendra.” ucapnya. Saat ia melangkah melewati lelaki itu, jemari mereka sempat bersentuhan. Hanya sepersekian detik—ringan, tidak disengaja—tapi cukup untuk membuat napas Kinanti bergetar. Sentuhan itu seperti pengingat bahwa dia tidak sendiri, meski dunia terasa kacau. Setelah Kinanti keluar, Ganendra maju beberapa langkah mendekati Gibran—menunjukkan sopan santu

  • Ganendra | Obsesi Sahabat Suamiku   Anak yang lain

    𝙒𝙤𝙧𝙠𝙨𝙝𝙤𝙥 𝙆𝙞𝙣𝙖𝙣𝙩𝙞. “Kak… tempat embroidery biasa cancel,” ucap Hana begitu membuka pintu ruang desain Kinanti tanpa sempat menarik napas.Kinanti yang sejak tadi fokus pada sketsa gaun pengantin untuk klien VIP langsung mendongak. Ia melepas kacamatanya pelan, menaruh pensil di atas meja kaca, lalu memusatkan perhatian pada asistennya itu.“Hah? bagaimana bisa?” tanyanya cepat, suara sudah penuh tegang.Hana menelan ludah sebelum menjawab, “Iya, Kak. Barusan dia kirim email… semua pesanan untuk tiga bulan ke depan di-cancel. Katanya… dia harus menemani ibunya berobat ke luar negeri.”Dalam hitungan detik, wajah Kinanti berubah pucat.Bukan karena marah—tapi karena membayangkan efek domino dari masalah itu.Kebanyakan klien mereka adalah keturunan Chinese, dan elemen seperti embroidery, beading, serta detail kerajinan tangan tradisional adalah napas utama kualitas gaun yang ia buat. Jika bagian itu berhenti, reputasi workshop bisa porak-poranda.“Ya Tuhan…” Kinanti memij

  • Ganendra | Obsesi Sahabat Suamiku   Menghilangkan jejak Bara

    “Katakan padaku… apa yang Bara lakukan padamu di dalam mobil semalam?” Deg! Pertanyaan itu menghantam jantung Kinanti seketika. Tangannya yang semula memegang sisir terhenti di udara, sementara tatapannya membeku menatap bayangannya sendiri di cermin. Jantungnya berdetak cepat, seolah darahnya berhenti mengalir. Ia tidak menoleh, tidak juga menjawab. Suasana ruangan langsung berubah senyap, hanya terdengar suara detik jam di dinding dan desiran napas Ganendra di belakangnya. Pria itu mempererat pelukannya lagi, kini bukan karena manja, tapi karena khawatir—dan marah pada waktu yang sama. “Aku melihatnya, Kinanti,” lanjutnya pelan namun tegas. “Aku melihat Bara menarikmu dengan kasar malam itu. Aku bahkan sempat menyuruh sekuriti datang ke arah mobilnya.” Mata Kinanti perlahan terpejam. Air hangat mulai menggenang di sudut matanya, tapi ia tetap diam. Ganendra menunduk lebih dekat ke telinganya. “Kau tidak perlu berbohong padaku…” bisiknya nyaris tak terdengar. “Aku hanya ingin

  • Ganendra | Obsesi Sahabat Suamiku   18++

    “Ganendra…” Dan dengan langkah tenang, ia mulai melepas satu per satu pakaiannya, membiarkan gaun tidurnya meluncur jatuh ke lantai marmer. Setelah itu, tanpa ragu, ia melangkah masuk menuju kamar mandi Kinanti membuka sisa kain ditubuhnya, dan masuk ke bilik shower menghampiri Ganendra. Grepp! “Apa kau merindukan ku? ”bisik Kinanti. Ganendra tersenyum smirk, lalu berbalik. “Aku sengaja menunggumu di dalam sini, Kinan...”ucap Ganendra. “Aku akan membantumu, menyabuni tubuhmu...”bisik Kinanti. Dia mengambil satu pump sabun cair ke tangannya, lalu mulai menggosok telapak tangannya hingga menghasilkan busa. Kinanti mulai menyabuni bagian dada bidang Ganendra. “Kita saling menyabuni... Bagaimana?”Tanya Ganendra. “Ide yang bagus... Lebih efisien, dan menghemat waktu.”jawab Kinanti. Ganendra mulai melakukan hal yang sama, setelah tubuh Kinanti basah oleh air dari shower. Dia mulai memakaikan sabun ke setiap lekuk tubuh Kinanti. “Nngghhhh... ”Kinanti mulai m

  • Ganendra | Obsesi Sahabat Suamiku   Menghampiri Ganendra

    Keesokan paginya, suasana di kamar rawat Tuan Gibran masih tenang. Aroma antiseptik samar bercampur dengan wangi bunga segar di vas kecil di atas meja. Dari kamar mandi terdengar suara lembut air mengalir—Kinanti baru saja selesai membersihkan diri setelah semalaman menunggui ayahnya yang sempat tak sadarkan diri. Begitu keluar dengan rambut yang masih agak lembap, wanita anggun itu melihat sosok sang ayah sudah terbangun. Tuan Gibran bersandar pada sandaran ranjang rumah sakit, tampak lemah tapi sadar sepenuhnya. Di sisi ranjang, Nimas—ibunda Kinanti—sedang menyuapi bubur hangat perlahan, memastikan setiap sendoknya habis. Kinanti tersenyum kecil dan segera mendekat. “Ayah…” panggilnya lembut. Nimas menoleh, wajahnya sedikit lega. “Ayahmu baru bangun, Kinanti. Barusan saja, pas kamu masih di kamar mandi.” Namun, tidak ada balasan dari Gibran. Tatapannya tidak diarahkan pada putrinya, seolah sengaja menghindar. Wajahnya kaku, dingin, dan penuh ganjalan. Kinanti menarik napas dal

  • Ganendra | Obsesi Sahabat Suamiku   Terselamatkan

    Kinanti menarik napas dalam sebelum membuka pintu mobil. Ia menatap Ganendra yang masih menunggu dengan tatapan lembut di balik kemudi.“Sebaiknya kau pulang, Ganendra… aku harus kembali ke ruangan ayah. Ibu di sana bersama Bara,” ucapnya pelan.Pria itu menoleh, menatapnya dengan cemas.“Apa kau sudah merasa lebih baik sekarang?”Kinanti mengangguk kecil, lalu jemarinya yang halus menyentuh sisi rahang Ganendra dengan lembut.“Aku merasa lebih baik setelah bertemu dan memelukmu,” katanya tulus.Ganendra tersenyum. “Baiklah… besok aku akan menjenguk Tuan Gibran. Aku bawakan makanan untukmu, ya?”Kinanti menatapnya sebentar, lalu mengangguk lagi.“Terima kasih, Ganendra…”Ia membuka pintu dan bersiap turun.“Langsung pergi saja setelah ini, ya. Jangan berlama-lama di sini… aku takut ada wartawan yang mengintai,” ucapnya cepat, sedikit cemas.“Baiklah, hati-hati, Tuan Putri,” balas Ganendra dengan nada lembut yang membuat wanita itu tersenyum tipis sebelum menutup pintu.Mobil itu perla

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status