Share

BAB 22.Di Antara Profesionalisme

Author: Liymochiyo
last update Last Updated: 2025-12-22 07:18:15

Pagi datang tanpa kejutan.

Kantor kembali berjalan seperti biasa terlalu biasa, bahkan.

Rania duduk di mejanya, rapi, fokus, dan tenang. Leodric keluar dari ruangannya dengan langkah terukur, wajah datar, aura atasan yang tak memberi celah untuk ditebak.

Tak ada sapaan pribadi.

Tak ada tatapan terlalu lama.

Namun jarak itu… nyata.

Meeting pagi dimulai tepat waktu.

Rania mempresentasikan laporan dengan suara stabil. Slide berganti rapi, data tersusun jelas. Leodric mendengarkan sambil sesekali memberi catatan singkat.

“Di bagian ini, tolong perjelas asumsi angkanya,” ucap Leodric, profesional.

“Baik, Pak. Akan saya revisi,” jawab Rania tanpa ragu.

Mereka bekerja seperti dua profesional yang sempurna.Tidak dingin.Tidak hangat.Netral.

Namun bagi mata yang jeli, ada sesuatu yang berbeda, tidak ada lagi senyum kecil, tidak ada lagi bahasa tubuh yang lunak. Semua tertata, semua dibatasi.

Clara memperhatikan dari sudut ruangan.

Ia tersenyum tipis.

Setelah meeting usai, Rania membereskan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gara-Gara Bubble Gum, Aku Jatuh Ke Pelukan Bosku   BAB 22.Di Antara Profesionalisme

    Pagi datang tanpa kejutan.Kantor kembali berjalan seperti biasa terlalu biasa, bahkan. Rania duduk di mejanya, rapi, fokus, dan tenang. Leodric keluar dari ruangannya dengan langkah terukur, wajah datar, aura atasan yang tak memberi celah untuk ditebak.Tak ada sapaan pribadi.Tak ada tatapan terlalu lama.Namun jarak itu… nyata. Meeting pagi dimulai tepat waktu.Rania mempresentasikan laporan dengan suara stabil. Slide berganti rapi, data tersusun jelas. Leodric mendengarkan sambil sesekali memberi catatan singkat.“Di bagian ini, tolong perjelas asumsi angkanya,” ucap Leodric, profesional.“Baik, Pak. Akan saya revisi,” jawab Rania tanpa ragu.Mereka bekerja seperti dua profesional yang sempurna.Tidak dingin.Tidak hangat.Netral.Namun bagi mata yang jeli, ada sesuatu yang berbeda, tidak ada lagi senyum kecil, tidak ada lagi bahasa tubuh yang lunak. Semua tertata, semua dibatasi.Clara memperhatikan dari sudut ruangan.Ia tersenyum tipis.Setelah meeting usai, Rania membereskan

  • Gara-Gara Bubble Gum, Aku Jatuh Ke Pelukan Bosku   Bab 21. Yang Tersembunyi

    Hari itu kantor kembali dipenuhi ritme biasa suara keyboard, telepon yang berbunyi, dan langkah-langkah orang yang lalu lalang. Namun bagi Rania, semuanya terasa lebih… penuh.Pekerjaan menumpuk. Laporan bulanan, revisi legal, meeting dadakan,semuanya datang bersamaan seperti gelombang. Tapi ia fokus. Terlalu fokus.Lebih dari biasanya.Rania menunduk pada layar, jarinya bergerak cepat, menghitung, menulis, mengetik, memeriksa ulang tanpa jeda. Pandangannya tajam, ekspresinya serius. Ia tidak sedang menghindari siapa pun.Ia hanya… mencoba hidup normal lagi.Atau setidaknya berpura-pura.---Di sisi lain ruang kerja…Leodric sedang membaca laporan klien, namun matanya tidak benar-benar mengikuti kalimat di hadapannya. Ia mengetuk meja dengan ujung pena kebiasaan yang hanya muncul ketika pikirannya kacau.Ia mencoba terlihat fokus.Coba tetap jadi atasan yang profesional.Namun setiap kali ia mengalihkan pandangan, matanya selalu… selalu kembali ke arah meja tertentu.Meja yang hari it

  • Gara-Gara Bubble Gum, Aku Jatuh Ke Pelukan Bosku   BAB 20. Jarak yang Sengaja Diciptakan

    Sehari setelah kejadian itu, kantor terasa berbeda.Bukan karena banyak pekerjaan…Bukan karena suasana lebih sunyi…Tapi karena Rania dan Leodric berjalan melewati satu sama lain tanpa sedikit pun kontak.Rania datang lebih pagi dari biasanya. Ia meletakkan tasnya, menyalakan komputer, dan langsung bekerja tanpa mengangkat kepala. Senyum sopan yang biasanya muncul setiap kali ia melihat orang lewat, hari itu hilang.Ia menjaga wajahnya tetap datar.Tidak menunjukkan ekspresi kecewa, marah, apalagi sakit hati.Rania resmi membangun tembok.---“Ran, ini dokumen buat divisi legal,” kata Siska sambil menaruh setumpuk berkas di meja Rania. “Kamu yang revisi ya.” Ucap Siska lagi, sebelum ia menanyakan dengan sikap Rania yang menurutnya aneh.“Siap,” jawab Rania cepat, nada suaranya datar, tanpa ekspresi.Siska mengerutkan dahi. “Kamu nggak apa-apa? Kok kayak… ga bersemangat gitu.”Rania memaksakan senyum, tipis, hambar.“Aku cuma capek.” Jawab Rania dengan datar.Siska menatapnya sejenak,

  • Gara-Gara Bubble Gum, Aku Jatuh Ke Pelukan Bosku   Bab 19. Perang Dingin

    Pagi itu datang terlalu cepat.Rania mengerjapkan mata pelan. Punggungnya terasa hangat… anehnya. Saat ia mengangkat kepala dari lengannya, selimut tipis itu melorot perlahan dari pundaknya.Rania membeku.Selimut?Ia bahkan tidak mengambil selimut semalam.Jantungnya berdetak panik ketika ia melihat layar monitor yang masih menyala. Jam kecil di pojok kanan menunjukkan 05:42.“Ya Tuhan…” bisiknya. “Aku ketiduran?”Ia buru-buru merapikan kertas yang berserakan. Tangannya baru menyentuh stabilo saat sesuatu di samping keyboard membuatnya terdiam.Segelas kopi dingin dalam kaleng... masih meninggalkan embun samar.Rania mengerutkan kening.Itu bukan punyaku…Sebelum pikirannya melayang lebih jauh, terdengar suara pintu dari arah ruang kerja Leodric.Rania langsung menegang.Perlahan seperti adegan yang muncul di kepalanya, yang justru ingin ia hindari, pintu itu pun terbuka. Leodric keluar sambil merapikan kemejanya. Rambutnya sedikit kusut, ekspresi lelah, namun ada sesuatu yang tersis

  • Gara-Gara Bubble Gum, Aku Jatuh Ke Pelukan Bosku   Bab 18. Di Antara Angin dan Amarah

    Angin pagi di atap itu berhembus lembut, seolah ingin meredakan segala riak kecil yang mulai muncul di hati dua manusia yang berdiri dalam diam. Rania menatap ujung gedung, hembusan angin dingin menyentuh pipinya, membuatnya sedikit tersadar dari ketegangan yang sempat menahan dadanya ketika melihat Leodric berdiri di sana lebih dulu.Leodric, yang sejak tadi hanya memandangi horizon, akhirnya berbicara tanpa menoleh.“Sering ke sini pagi-pagi?” suaranya datar, tapi tidak dingin. Hanya… ingin tahu.Rania mengerjapkan mata pelan sebelum menjawab, “Kadang, Pak. Kalau lagi pengen tenang.”Leodric mengangguk kecil. “Tempat ini memang enak buat kabur sebentar.”Rania tersenyum tipis. “Bapak juga suka ke sini?”Leodric mengangkat alis, sedikit terkejut dengan keberanian kecil itu. “Kita semua butuh ketenangan dari sesuatu, kan. Walau itu sebentar."Ada jeda. Angin kembali berembus, membawa aroma kopi mereka berdua.Untuk pertama kalinya, suasana di antara mereka terasa hangat meski kata-kat

  • Gara-Gara Bubble Gum, Aku Jatuh Ke Pelukan Bosku   Bab 17. Hembusan yang Mengusik Hati

    Pagi setelah pulang dari rumah Ibu, Rania tiba lebih cepat dari biasanya. Waktu masih menunjukkan pukul enam lewat sedikit saat ia memasuki apartemennya kembali subuh tadi untuk tidur sebentar hanya dua puluh menit, tetapi cukup membuat tubuhnya terasa lebih segar dan kepala sedikit lebih ringan. Begitu masuk mobil lagi untuk berangkat ke kantor, ia sempat menatap layar ponsel. Ada satu hal yang harus ia lakukan terlebih dahulu. Sebelum menyalakan mesin mobil, Rania mengetik pesan cepat. Rania: "Bu, aku udah sampai apartemen tadi. Sekarang mau berangkat kerja." "Ibu jangan lupa sarapan ya ❤️" Tak sampai satu menit, balasan masuk. Ibu: "Iya, Nak. Hati-hati di jalan. Jangan maksain diri. Jangan lupa sarapan juga yah nak." Pesan itu membuat Rania tersenyum kecil senyum yang masih membawa kehangatan pelukan dini hari tadi. Rania membalas dengan nada ringan dan manja, tapi tetap sopan. Rania: "Iya, Bu. Aku nurut kok. Nanti sarapan dulu sebelum kerja.❤️" Tak memakan waktu lama pes

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status