Share

Gara-Gara Bubble Gum, Aku Jatuh Ke Pelukan Bosku
Gara-Gara Bubble Gum, Aku Jatuh Ke Pelukan Bosku
Penulis: Liymochiyo

Bab 1.Permen Karet Virtual

Penulis: Liymochiyo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-11 19:54:41

Rania tidak pernah berniat terlibat dalam drama percintaan apa pun.

Tidak tahun ini. Tidak bulan ini.

Dan jelas… tidak lewat aplikasi kencan dengan logo balon pink.

Tapi hidup sering iseng.

Malam itu, sebelum semuanya berantakan manis, Rania menatap layar ponselnya sambil memeluk guling lelah setelah pekerjaan tak berujung, diomelin bos ganteng yang menyebalkan, dan ditambah undangan pernikahan dari mantan gebetan yang membuat hatinya nyut-nyutan.

Ia belum tahu bahwa semua itu akan membawanya pada sesuatu yang sama sekali tidak ia duga.

---

Pagi Hari di Kantor

“Eh liat nih! Match aku cakep banget!”

Suara tawa riuh dari meja sebelah membuat Rania mendongak. Siska dan beberapa rekan kerja sedang menunduk ke ponsel masing-masing.

“Aplikasi apa sih?” tanya seseorang.

“Bubble Gum,” jawab Siska bangga. “Kalau cocok lengket, kalau enggak… pecah.”

Rania mendengus kecil.

“Aplikasi kencan lagi? Nanti ujung-ujungnya juga zonk.”

Siska mendecak. “Ya ampun, Ran. Hidup tuh jangan serius mulu. Ini seru banget, sumpah!”

Rania pura-pura kembali fokus ke laptop, tapi kupingnya tetap menangkap semua obrolan itu.

Ada sedikit, sangat sedikit, rasa penasaran yang muncul.

Namun sebelum ia sempat tenggelam lebih jauh, pintu ruang direktur terbuka.

Seorang pria tinggi, rapi, dan dingin seperti AC 16 derajat muncul. Tatapannya menusuk seluruh ruangan.

“Masih pagi. Fokus kerja dulu. Ngobrolnya nanti saat istirahat,” ucapnya datar tapi tegas.

Sekejap, kantor yang riuh berubah hening.

Rania menelan ludah.

Tidak tahu kenapa, setiap kali pria itu muncul, jantungnya berdebar sedikit lebih cepat.

Setelah bos kembali masuk, kantornya pelan-pelan kembali berisik.

“Ya ampun tatapannya…” bisik salah satu staf.

“Sumpah, ganteng banget sih,” celetuk yang lain.

“Aku rela dimarahin tiap hari asal ditatap gitu,” tambah yang lain sambil ngakak.

Rania tersenyum kecut.

Sayangnya, ia tau betul siapa yang paling sering kena marah.

---

Jam Istirahat

Di kantin, Siska cekikikan sendiri sambil melihat ponsel.

“Heh, kamu kenapa?” tanya Rania.

“Chat sama match baru,” jawabnya sambil tersipu.

Rania hanya geleng-geleng, tapi rasa penasarannya makin tumbuh.

---

Sore hari, setelah kerja, Rania pulang dengan langkah berat. Sampai kos, ia rebah di kasur.

Biasanya ia buka drama, tapi kali ini iklan Bubble Gum tiba-tiba muncul di ponselnya.

Pink. Cerah. Norak.

Dan entah kenapa… menggoda.

Ia baru mau menutup iklan tapi tiba-tiba ponselnya berdering.

“Ran? Lagi apa?” suara ibunya lembut.

Setelah obrolan singkat, sang ibu berkata:

“Mamah cuma mau kamu bahagia. Kalau capek kerja terus ya wajar… tapi jangan lupa jaga hati kamu juga.”

Kalimat itu menghantam lebih dalam dari yang ia kira.

Setelah telepon berakhir, Rania menatap langit-langit kamar. Suara ibu seakan masih menggema.

Lalu sebuah notifikasi masuk.

Email.

Ia buka…

dan napasnya tercekat.

"Undangan Pernikahan

Adrian & Livia"

Dengan penuh sukacita, kami mengundang Anda untuk hadir

dalam acara pernikahan kami yang akan diselenggarakan di:

Aurelia Garden Hall

Merupakan kehormatan bagi kami apabila Anda bersedia hadir

dan memberikan doa serta restu untuk pernikahan kami.

Hormat kami,

Adrian & Livia

Dunia hening seketika.

Ia menutup mata.

Berusaha menahan sesak yang pecah dari dalam dada.

Ia tidak menangis. Tapi rasanya seperti ada yang tertusuk

---

Dengan perasaan campur aduk marah, sedih, kesepian ia membuka App Store.

“Bubble Gum…”

Logo balon pink itu muncul, tampak seperti mengejek sekaligus menghibur.

Rania menarik napas panjang.

“Ah, konyol… tapi ya sudahlah.”

Ia menekan tombol d******d.

Detik itu juga, hidupnya resmi berubah arah.

Ia tidak tahu bahwa seseorang di ruang direktur, yang tatapannya selalu membuat kantor berubah beku, sedang membuka aplikasi yang sama.

Ia tidak tahu bahwa username konyolnya nanti MartabakManis_ExtraKeju akan membuat seseorang tertawa ngakak.

Ia juga tidak tahu bahwa chat pertama dari pria bernama absurd PangeranBerkudaPutih akan membuat hatinya berdetak lebih cepat dari jam kantor yang selalu ia benci.

Yang ia tahu hanyalah....

Semua ini dimulai dari sebuah aplikasi, satu ketukan jari, dan sedikit… rasa kesepian.

Dan dari keputusan kecil itulah, hubungan paling kacau, paling manis, dan paling tidak terduga dalam hidupnya akhirnya dimulai.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gara-Gara Bubble Gum, Aku Jatuh Ke Pelukan Bosku   Bab 18. Di Antara Angin dan Amarah

    Angin pagi di atap itu berhembus lembut, seolah ingin meredakan segala riak kecil yang mulai muncul di hati dua manusia yang berdiri dalam diam. Rania menatap ujung gedung, hembusan angin dingin menyentuh pipinya, membuatnya sedikit tersadar dari ketegangan yang sempat menahan dadanya ketika melihat Leodric berdiri di sana lebih dulu.Leodric, yang sejak tadi hanya memandangi horizon, akhirnya berbicara tanpa menoleh.“Sering ke sini pagi-pagi?” suaranya datar, tapi tidak dingin. Hanya… ingin tahu.Rania mengerjapkan mata pelan sebelum menjawab, “Kadang, Pak. Kalau lagi pengen tenang.”Leodric mengangguk kecil. “Tempat ini memang enak buat kabur sebentar.”Rania tersenyum tipis. “Bapak juga suka ke sini?”Leodric mengangkat alis, sedikit terkejut dengan keberanian kecil itu. “Kita semua butuh ketenangan dari sesuatu, kan. Walau itu sebentar."Ada jeda. Angin kembali berembus, membawa aroma kopi mereka berdua.Untuk pertama kalinya, suasana di antara mereka terasa hangat meski kata-kat

  • Gara-Gara Bubble Gum, Aku Jatuh Ke Pelukan Bosku   Bab 17. Hembusan yang Mengusik Hati

    Pagi setelah pulang dari rumah Ibu, Rania tiba lebih cepat dari biasanya. Waktu masih menunjukkan pukul enam lewat sedikit saat ia memasuki apartemennya kembali subuh tadi untuk tidur sebentar hanya dua puluh menit, tetapi cukup membuat tubuhnya terasa lebih segar dan kepala sedikit lebih ringan. Begitu masuk mobil lagi untuk berangkat ke kantor, ia sempat menatap layar ponsel. Ada satu hal yang harus ia lakukan terlebih dahulu. Sebelum menyalakan mesin mobil, Rania mengetik pesan cepat. Rania: "Bu, aku udah sampai apartemen tadi. Sekarang mau berangkat kerja." "Ibu jangan lupa sarapan ya ❤️" Tak sampai satu menit, balasan masuk. Ibu: "Iya, Nak. Hati-hati di jalan. Jangan maksain diri. Jangan lupa sarapan juga yah nak." Pesan itu membuat Rania tersenyum kecil senyum yang masih membawa kehangatan pelukan dini hari tadi. Rania membalas dengan nada ringan dan manja, tapi tetap sopan. Rania: "Iya, Bu. Aku nurut kok. Nanti sarapan dulu sebelum kerja.❤️" Tak memakan waktu lama pes

  • Gara-Gara Bubble Gum, Aku Jatuh Ke Pelukan Bosku   Bab 16. Satu Hari Bersama Ibu

    Malam setelah hari itu, Rania tidur dengan hati ringan. Tidak ada pikiran yang menyesakkan, tidak ada bayangan masa lalu yang menahan langkahnya. Hanya rasa tenang seperti udara setelah hujan yang sempat ia rasakan pagi tadi.Keesokan harinya adalah hari libur. Tidak ada alarm yang berdering, tidak ada tumpukan laporan di meja kerja. Hanya cahaya matahari yang menembus tirai tipis kamar apartemennya dan suara burung yang terdengar sayup dari luar jendela.Rania menggeliat malas, lalu tersenyum kecil. “Hari ini, pulang ke rumah Ibu aja, deh…”Ia menatap kalender di dinding. Sudah hampir dua bulan sejak terakhir kali pulang. Tanpa pikir panjang, ia mulai berkemas ringan beberapa pakaian, oleh-oleh kecil, dan sekotak kue kesukaan ibunya.Perjalanan memakan waktu sekitar dua jam. Jalanan pagi itu cukup sepi, dan pemandangan di luar jendela perlahan berganti dari gedung tinggi menjadi deretan rumah-rumah sederhana dan pepohonan hijau. Semakin dekat, hatinya terasa makin hangat.Begitu mobi

  • Gara-Gara Bubble Gum, Aku Jatuh Ke Pelukan Bosku   Bab 15. Sisa Hujan di Pagi Hari

    Pagi itu, udara masih membawa aroma tanah basah sisa hujan malam. Langit belum benar-benar cerah, tapi bias cahaya mulai menembus jendela kaca tinggi gedung kantor. Di halaman depan, petugas kebersihan sibuk menyapu daun-daun yang menempel di trotoar, sementara beberapa karyawan berlari kecil agar sepatu mereka tidak basah. Rania melangkah masuk dengan langkah ringan. Rambutnya dikuncir seadanya, wajahnya polos tanpa riasan berlebih, tapi ada sesuatu yang berbeda kali ini. Sorot matanya lebih lembut, tenangnya bukan karena menyerah, tapi karena akhirnya ia berhenti melawan hal-hal yang sudah seharusnya dilepas. Begitu sampai di lantai divisi marketing, aroma kopi dan suara mesin printer menyambutnya. Dari arah pantry, Siska sudah melambaikan tangan lebar-lebar. “Raniaaa! Sini, aku beliin roti keju. Jangan bilang kamu belum sarapan lagi!” Rania terkekeh, menaruh tas di kursi lalu menghampirinya. “Kamu selalu punya timing yang pas banget, Sis.” “Feeling sahabat level tinggi,

  • Gara-Gara Bubble Gum, Aku Jatuh Ke Pelukan Bosku   Bab 14.Saat Hujan Turun Lagi

    Udara malam terasa lembap. Lampu jalan memantul di genangan air yang tersisa setelah hujan sore. Rania berdiri di depan halte bus, memeluk tasnya rapat-rapat sambil menatap ke arah jalan yang ramai tapi berantakan. Entah kenapa malam ini terasa terlalu berat — bukan hanya karena hari yang panjang di kantor, tapi juga karena suasana hati yang masih belum sepenuhnya pulih sejak rapat tadi. Beberapa bus melintas, tapi semuanya penuh. Orang-orang berdesakan di bawah atap halte yang bocor, sebagian memegang payung yang robek, sebagian lagi menggerutu karena aplikasi transportasi tak bisa memesan kendaraan akibat hujan. Rania menghela napas pelan. “Udah lengkap banget deh harinya,” gumamnya getir. “Capek, lembur, hujan, dan sekarang… gak bisa pulang.” Ia mencoba menelpon ojek online, tapi sinyalnya buruk. Hujan turun lagi, kali ini lebih deras. Beberapa penumpang yang tadi menunggu ikut panik mencari tempat berteduh, membuat Rania terdorong keluar dari atap halte yang sempit.

  • Gara-Gara Bubble Gum, Aku Jatuh Ke Pelukan Bosku   Bab 13. Garis yang Tak Terlihat

    Pagi di kantor terasa lebih ringan dari biasanya. Rania datang lebih awal, dengan senyum kecil yang jarang terlihat akhir-akhir ini. Ia menyapa beberapa rekan kerja, membantu satu dua hal kecil, bahkan sempat bercanda ringan dengan Siska. Dari kejauhan, beberapa pegawai saling berbisik, “Kayaknya Kak Rania udah lebih ceria, ya?” “Iya, kemarin sempat murung banget, sekarang kayak balik lagi ke versi lamanya.” Di lantai atas, suasana serupa juga terlihat. Leodric tampak santai, sesekali melempar komentar ringan ke timnya, bahkan sempat tertawa kecil saat rapat pagi, hal yang membuat semua orang sedikit heran. “Pak Leodric ketawa? Wah, catat tanggalnya,” celetuk salah satu staf pelan, membuat suasana ruangan ikut mencair. Namun, kehangatan itu seolah punya batas tak terlihat. Sebab setiap kali Rania dan Leodric berpapasan di lorong atau lift, semuanya kembali dingin dan formal. Hanya sapaan singkat, atau sekadar anggukan sopan. Tidak ada senyum kecil, tidak ada per

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status