Beranda / Romansa / Gara-Gara Bubble Gum, Aku Jatuh Ke Pelukan Bosku / Bab 2.Chat Pertama,Deg-Degan Pertama

Share

Bab 2.Chat Pertama,Deg-Degan Pertama

Penulis: Liymochiyo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-11 19:54:56

Rania menatap layar ponselnya yang menampilkan halaman pendaftaran Bubble Gum. Setelah beberapa menit bengong, ia mendengus pelan.

“Udahlah, daftar aja. Toh nggak ada yang kenal aku di sini.”

Kolom nama pengguna muncul. Rania mengetik sesuatu, lalu menghapus. Mengetik lagi, menghapus lagi.

Akhirnya ia mengetik: “MartabakManis_ExtraKeju”.

“Yaelah, nama apa ini…” gumamnya, lalu malah terkikik sendiri.

Lanjut ke bagian usia. Dengan enteng ia mengurangi dua tahun. “Hehe, biar keliatan lebih muda dikit. Siapa juga yang bakal ngecek KTP aku.”

Lalu muncul kolom bio.

Rania menatap lama, sebelum akhirnya menulis:

“Suka martabak, takut cicak. Lagi nyari temen ngobrol, bukan tukang pinjem duit.”

Begitu melihat hasilnya, Rania langsung menutup muka dengan bantal sambil ngakak.

“Astaga, Ran! Kamu tuh kenapa norak banget?!”gumamnya sambil cekikikan sendiri

Tapi entah kenapa, perasaan ringan itu bikin dadanya hangat. Ia menekan tombol Selesai, lalu menaruh ponsel di samping bantal. Tanpa sadar, senyum konyol masih menempel di wajahnya sampai matanya tertutup. Malam itu ia tertidur sambil cekikikan kecil, menertawakan tingkahnya sendiri.

---

Keesokan paginya, matahari sudah tinggi menembus tirai kamar kos. Rania mengeliat pelan, lalu melirik jam dinding.

07.50.

Sekilas ia masih tenang. Tapi begitu otaknya bekerja, ia langsung melompat dari kasur.

“Ya ampuuuun! Aku kesiangan!”

Ia buru-buru cuci muka, sambil menggerutu.

“Ini semua gara-gara Bubble Gum! Gara-gara norak bikin nama alay, sekarang hampir telat masuk kantor.”

Saking paniknya, ia sampai lupa kalau masih pakai kaos tidur dengan gambar kelinci saat keluar kamar kos untuk memesan ojek online. Tetangga kos hanya bisa melirik sambil menahan senyum.

Sementara itu, di dalam hati Rania hanya ada satu kalimat:

“Ya Tuhan, semoga bos ganteng itu nggak notice aku masuk kantor telat!”

---

Rania berlari kecil memasuki lobi kantor, napasnya sudah ngos-ngosan. Ia berharap bisa menyelinap diam-diam ke meja kerjanya. Sayangnya, nasib berkata lain. Begitu ia menaruh tas di kursi, suara berat yang khas terdengar dari belakang.

“Jam di kantor ini beda sama jam di dunia kamu, Rania?”

Rania kaku. Seluruh ruangan mendadak hening. Pelan-pelan ia menoleh, menemukan tatapan datar bosnya yang menusuk seperti sinar X-ray.

“A-anu, Pak, tadi… motor ojolnya ”

Bos mengangkat alis. “Motor ojol yang bisa bikin kamu telat setengah jam?”

Kalimat itu singkat, tapi sukses bikin Rania ingin menguap ke dalam tanah.

Beberapa rekan kerja pura-pura sibuk menatap layar komputer, tapi jelas bahu mereka berguncang menahan tawa.

Bos menambahkan, dengan nada sarkas halus:

“Kalau kamu rajin telat, mungkin harus saya kasih jam weker kantor ya. Supaya cocok sama jam pribadi kamu.”

Rania hanya bisa nyengir kaku, wajahnya memerah. Dalam hati ia teriak, “Astaga, malu banget! Kenapa sih harus aku yang kena sindir gini?!”

Setelah bos kembali ke ruangannya, suasana mencair. Siska langsung nyolek lengannya.

“Ran, kocak banget sumpah muka kamu tadi. Kayak ketahuan nyontek sama guru killer.”

Rania menunduk sambil mendengus kesal.

“Udah ya, jangan bahas lagi. Ih, sumpah, walaupun dia ganteng, rajin, mapan, aku nggak bakal sudi dijodohin sama orang kayak gitu! Ngeselin banget tau nggak?!”

Seketika, semua teman satu meja menoleh serentak, lalu meledak ketawa.

“Awas loh, Ran… hati-hati sama karma. Jangan-jangan malah jodoh kamu bos itu! Wokawokawok!”

“HAHAHAHAHA!” seluruh ruangan ikut cekikikan, bahkan meja sebelah sampai ikutan heboh.

Rania hanya bisa menutup muka dengan kedua tangan, pipinya panas campur malu dan kesel.

“Ya ampun, jangan doain aneh-aneh dong! Amit-amit!” balas rania sambil manyun

Tapi semakin ia membantah, semakin keras tawa teman-temannya menggema di kantor.

---

Jam Istirahat...

Suasana kantin siang itu riuh. Rania duduk bersama Siska dan beberapa teman lain, sibuk menyendok nasi goreng yang masih mengepul. Ia berusaha melupakan kejadian pagi tadi saat bos menyindirnya habis-habisan.

Tiba-tiba, ponselnya berbunyi. “Ding!”

Sebuah notifikasi Bubble Gum muncul di layar.

Rania melirik sekilas, dan hampir menjatuhkan sendoknya.

Username: PangeranBerkudaPutih

Bio: “Gagah, berani, dan perkasa.”

“Ya tuhan, nama apaan coba ini…” bisiknya sambil menahan tawa.

Tapi lebih kaget lagi saat ia membaca isi chat pertama:

PangeranBerkudaPutih: “Wahai rakyatku, pangeran tampan ini pesan martabak manisnya satu dong… yang manis kayak kamu.”

Rania yang kebetulan sedang minum langsung tersedak parah.

“Uhuk! Uhuk! Uhuk!”

Siska dan teman-temannya panik.

“Ran, kenapa?! Kesedak tulang ayam?!”

“Minum, minum cepet!”

Rania buru-buru meneguk air mineralnya, wajah memerah bukan karena tersedak saja, tapi juga karena berusaha menahan tawa.

“Kenapa sih, Ran? Tiba-tiba batuk begitu?” tanya salah satu temannya curiga.

Dengan cepat Rania menggeleng. “Nggak, nggak apa-apa. Tadi… nasi gorengnya kepedesan aja.”

Siska melipat tangan di dada, menyipitkan mata. “Masa nasi goreng kepedesan bisa bikin kamu nyengir-nyengir gitu?”

Rania menutupi layar ponselnya rapat-rapat di bawah meja. “Hehe… serius, nggak ada apa-apa kok. Makan aja, makan.”

Tapi dalam hati, ia menjerit.

“Ya ampun! Chat apaan itu barusan?! Pangeran tampan apalah… pesen martabak segala… duh, kenapa aku jadi kepikiran?!”

Sisa jam istirahat ia habiskan dengan senyum-senyum sendiri, sementara teman-temannya terus melirik curiga.

---

Setelah makan siang selesai, Rania pura-pura izin ke toilet. Padahal bukan karena kebelet, melainkan demi satu tujuan: membalas chat aneh itu.

Ia berdiri di depan cermin, ponsel digenggam erat.

“Aduh, masa iya aku bales? Tapi kalo nggak dibales, ntar dibilang sombong lagi… Ya udah lah, coba aja.”

Dengan hati-hati, ia mengetik:

“Wahai Pangeran, rakyatmu ini bukan penjual martabak. Tapi kalau kamu mau yang manis, belilah kaca, biar bisa lihat dirimu sendiri.”

Begitu pesan terkirim, Rania langsung menutup mulut, menahan tawa sendiri.

“Ya tuhan,aku kenapa sih jadi norak gini?!” katanya sambil ketawa cekikikan di depan cermin.

---

Sementara itu, di ruangannya yang sepi, sang bos Leodric sedang mengecek notifikasi Bubble Gum di laptop pribadinya. Saat pesan dari

“ MartabakManis_ExtraKeju (username rania)masuk, ia membacanya.

Matanya membesar, lalu pecah tawa.

“Ya ampun… ini orang… balasannya gini banget,” katanya sambil ngakak, tangannya menepuk meja pelan.

Namun, suara ketukan pintu tiba-tiba terdengar.

“Tok tok!”

Leodric sontak panik. Ia langsung duduk tegap, menutup layar laptop, dan kembali memasang wajah datarnya yang cool.

“Masuk.”

Seorang staf masuk hanya untuk mengantar dokumen. Begitu pintu tertutup lagi, Leodric menghela napas lega.

Ia menoleh ke laptopnya yang masih menampilkan balasan Rania.

“Wah, ternyata rakyat jelata ini nggak kalah kocak. Seru juga…” pikirnya sambil tersenyum tipis, berusaha menutupi rasa girangnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gara-Gara Bubble Gum, Aku Jatuh Ke Pelukan Bosku   Bab 18. Di Antara Angin dan Amarah

    Angin pagi di atap itu berhembus lembut, seolah ingin meredakan segala riak kecil yang mulai muncul di hati dua manusia yang berdiri dalam diam. Rania menatap ujung gedung, hembusan angin dingin menyentuh pipinya, membuatnya sedikit tersadar dari ketegangan yang sempat menahan dadanya ketika melihat Leodric berdiri di sana lebih dulu.Leodric, yang sejak tadi hanya memandangi horizon, akhirnya berbicara tanpa menoleh.“Sering ke sini pagi-pagi?” suaranya datar, tapi tidak dingin. Hanya… ingin tahu.Rania mengerjapkan mata pelan sebelum menjawab, “Kadang, Pak. Kalau lagi pengen tenang.”Leodric mengangguk kecil. “Tempat ini memang enak buat kabur sebentar.”Rania tersenyum tipis. “Bapak juga suka ke sini?”Leodric mengangkat alis, sedikit terkejut dengan keberanian kecil itu. “Kita semua butuh ketenangan dari sesuatu, kan. Walau itu sebentar."Ada jeda. Angin kembali berembus, membawa aroma kopi mereka berdua.Untuk pertama kalinya, suasana di antara mereka terasa hangat meski kata-kat

  • Gara-Gara Bubble Gum, Aku Jatuh Ke Pelukan Bosku   Bab 17. Hembusan yang Mengusik Hati

    Pagi setelah pulang dari rumah Ibu, Rania tiba lebih cepat dari biasanya. Waktu masih menunjukkan pukul enam lewat sedikit saat ia memasuki apartemennya kembali subuh tadi untuk tidur sebentar hanya dua puluh menit, tetapi cukup membuat tubuhnya terasa lebih segar dan kepala sedikit lebih ringan. Begitu masuk mobil lagi untuk berangkat ke kantor, ia sempat menatap layar ponsel. Ada satu hal yang harus ia lakukan terlebih dahulu. Sebelum menyalakan mesin mobil, Rania mengetik pesan cepat. Rania: "Bu, aku udah sampai apartemen tadi. Sekarang mau berangkat kerja." "Ibu jangan lupa sarapan ya ❤️" Tak sampai satu menit, balasan masuk. Ibu: "Iya, Nak. Hati-hati di jalan. Jangan maksain diri. Jangan lupa sarapan juga yah nak." Pesan itu membuat Rania tersenyum kecil senyum yang masih membawa kehangatan pelukan dini hari tadi. Rania membalas dengan nada ringan dan manja, tapi tetap sopan. Rania: "Iya, Bu. Aku nurut kok. Nanti sarapan dulu sebelum kerja.❤️" Tak memakan waktu lama pes

  • Gara-Gara Bubble Gum, Aku Jatuh Ke Pelukan Bosku   Bab 16. Satu Hari Bersama Ibu

    Malam setelah hari itu, Rania tidur dengan hati ringan. Tidak ada pikiran yang menyesakkan, tidak ada bayangan masa lalu yang menahan langkahnya. Hanya rasa tenang seperti udara setelah hujan yang sempat ia rasakan pagi tadi.Keesokan harinya adalah hari libur. Tidak ada alarm yang berdering, tidak ada tumpukan laporan di meja kerja. Hanya cahaya matahari yang menembus tirai tipis kamar apartemennya dan suara burung yang terdengar sayup dari luar jendela.Rania menggeliat malas, lalu tersenyum kecil. “Hari ini, pulang ke rumah Ibu aja, deh…”Ia menatap kalender di dinding. Sudah hampir dua bulan sejak terakhir kali pulang. Tanpa pikir panjang, ia mulai berkemas ringan beberapa pakaian, oleh-oleh kecil, dan sekotak kue kesukaan ibunya.Perjalanan memakan waktu sekitar dua jam. Jalanan pagi itu cukup sepi, dan pemandangan di luar jendela perlahan berganti dari gedung tinggi menjadi deretan rumah-rumah sederhana dan pepohonan hijau. Semakin dekat, hatinya terasa makin hangat.Begitu mobi

  • Gara-Gara Bubble Gum, Aku Jatuh Ke Pelukan Bosku   Bab 15. Sisa Hujan di Pagi Hari

    Pagi itu, udara masih membawa aroma tanah basah sisa hujan malam. Langit belum benar-benar cerah, tapi bias cahaya mulai menembus jendela kaca tinggi gedung kantor. Di halaman depan, petugas kebersihan sibuk menyapu daun-daun yang menempel di trotoar, sementara beberapa karyawan berlari kecil agar sepatu mereka tidak basah. Rania melangkah masuk dengan langkah ringan. Rambutnya dikuncir seadanya, wajahnya polos tanpa riasan berlebih, tapi ada sesuatu yang berbeda kali ini. Sorot matanya lebih lembut, tenangnya bukan karena menyerah, tapi karena akhirnya ia berhenti melawan hal-hal yang sudah seharusnya dilepas. Begitu sampai di lantai divisi marketing, aroma kopi dan suara mesin printer menyambutnya. Dari arah pantry, Siska sudah melambaikan tangan lebar-lebar. “Raniaaa! Sini, aku beliin roti keju. Jangan bilang kamu belum sarapan lagi!” Rania terkekeh, menaruh tas di kursi lalu menghampirinya. “Kamu selalu punya timing yang pas banget, Sis.” “Feeling sahabat level tinggi,

  • Gara-Gara Bubble Gum, Aku Jatuh Ke Pelukan Bosku   Bab 14.Saat Hujan Turun Lagi

    Udara malam terasa lembap. Lampu jalan memantul di genangan air yang tersisa setelah hujan sore. Rania berdiri di depan halte bus, memeluk tasnya rapat-rapat sambil menatap ke arah jalan yang ramai tapi berantakan. Entah kenapa malam ini terasa terlalu berat — bukan hanya karena hari yang panjang di kantor, tapi juga karena suasana hati yang masih belum sepenuhnya pulih sejak rapat tadi. Beberapa bus melintas, tapi semuanya penuh. Orang-orang berdesakan di bawah atap halte yang bocor, sebagian memegang payung yang robek, sebagian lagi menggerutu karena aplikasi transportasi tak bisa memesan kendaraan akibat hujan. Rania menghela napas pelan. “Udah lengkap banget deh harinya,” gumamnya getir. “Capek, lembur, hujan, dan sekarang… gak bisa pulang.” Ia mencoba menelpon ojek online, tapi sinyalnya buruk. Hujan turun lagi, kali ini lebih deras. Beberapa penumpang yang tadi menunggu ikut panik mencari tempat berteduh, membuat Rania terdorong keluar dari atap halte yang sempit.

  • Gara-Gara Bubble Gum, Aku Jatuh Ke Pelukan Bosku   Bab 13. Garis yang Tak Terlihat

    Pagi di kantor terasa lebih ringan dari biasanya. Rania datang lebih awal, dengan senyum kecil yang jarang terlihat akhir-akhir ini. Ia menyapa beberapa rekan kerja, membantu satu dua hal kecil, bahkan sempat bercanda ringan dengan Siska. Dari kejauhan, beberapa pegawai saling berbisik, “Kayaknya Kak Rania udah lebih ceria, ya?” “Iya, kemarin sempat murung banget, sekarang kayak balik lagi ke versi lamanya.” Di lantai atas, suasana serupa juga terlihat. Leodric tampak santai, sesekali melempar komentar ringan ke timnya, bahkan sempat tertawa kecil saat rapat pagi, hal yang membuat semua orang sedikit heran. “Pak Leodric ketawa? Wah, catat tanggalnya,” celetuk salah satu staf pelan, membuat suasana ruangan ikut mencair. Namun, kehangatan itu seolah punya batas tak terlihat. Sebab setiap kali Rania dan Leodric berpapasan di lorong atau lift, semuanya kembali dingin dan formal. Hanya sapaan singkat, atau sekadar anggukan sopan. Tidak ada senyum kecil, tidak ada per

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status