Share

KAKAK IPARKU TUMBALKU

Aku memutuskan untuk tak jadi pergi ke rumah mertuaku, percuma saja pasti aku yang akan dimarahi oleh Ibu.

Ting...

Gawaiku berbunyi, sebuah pesan whatsup masuk.

[Assalamualaikum, Dek ini Mas Pras.]

Mas Pras? Mau apalagi suami kakak iparku mengirimi aku pesan. Paling-paling mau berkotbah karena istrinya barusan marah dan protes-protes dihadapanku.

Akhirnya kubalas juga pesannya walaupun malas rasanya.

[Waalaikumsalam.]

Mas Pras mulai mengetik balasannya kembali

[Dek, barusan Mbak Retno ke rumahmu ya? Maaf ya dek sama sikap dia ke kamu. Barusan dia curhat panjang lebar sama aku. Ko malah aku yang pusing banget dengernya.]

[Udah lama sebenernya aku mau ngobrol-ngobrol sama kamu. Akutuh kasian gitu loh dek sama kamu, aku ngerti berada dalam lingkungan keluarga ini seperti apa rasanya.]

Waduh, ini nggak salah apa ya seorang Mas Pras merasakan seperti apa yang aku rasakan juga, tuh bener kan bukan cuma aku yang gila terjebak didalam keluarga ini. Aku bales dulu ah ...

[Iya, Mas gimana ya aku juga udah nyerah sama keadaan ini Mas.]

Sengaja kubalas pesan Mas Pras dengan singkat, karena takut kalau-kalau ternyata aku dijebak oleh Mba Retno menggunakan gawai Mas Pras. Sekarang aku harus lebih pintar dari mereka.

[Oia, Dek sebagai rasa simpatiku untuk kamu boleh nggak Mas bantu kamu sedikit. Mas ada rejeki lebih nih. Boleh ya Mas transfer ke kamu Dek? Mas malah lebih ngga tega sama kamu Dek. Jangan tersinggung ya, Mas cuma mau buktiin kalo kita sebenernya sama-sama menderita kan Dek sebagai menantu?]

Duuuh ... jujur, Mas Pras ini sebenarnya membuat hatiku galau. Antara mau menerima bantuannya karena butuh atau jangan diterima karena nantinya bakalan jadi masalah. 

Aku berfikir beberapa lama untuk membalas pesan Mas Pras. Kira-kira enaknya diterima atau tidak?

[Mas, maaf tapi kan Mba Retno sendiri sedang butuh untuk sekolah Alif, bukan? Lebih baik Mas prioritaskan untuk anak Mas dulu saja.]

Aku berusaha sebisa mungkin untuk lebih bijaksana.

[Mba Retno bilang begitu Dek? Loh kamu tau nggak sih, uang aku itu dipake Retno buat gayanya dengan teman-teman sosialitanya itu loh, Dek. Sedikit-sedikit beli tas Mas, beli baju lah Mas. Makanya aku ini pusing. Mending uangku buat kamu Dek yang selalu dijatah sepuluh ribu sama Si Aca.]

Ya Tuhan, memang kelakuan kakak dan adik ini nggak jauh beda. Gemas aku lama-lama.

[Ooo ... gitu toh, Mas. Gimana ya Mas, Mas itu kan suaminya kakak iparku. Nanti kalo ketahuan Mba Retno malah jadi ribut ini Mas.]

Mas Pras terlihat mengetik balasan pesanku lagi.

[Nggak apa-apa, Dek. Mas janji ngga akan bilang-bilang ko. Sini kirim nomor rekeningmu ya, Dek.]

Sungguh Mas Pras membuatku galau, ingin rasanya aku meminta pendapat seseorang tapi siapa? Sebaiknya aku berikan nomor rekeningku atau jangan? Tapi ini sepertinya kesempatanku untuk membalas dendam pada kakak iparku yang menyebalkan itu.

[Ini nomor rekeningku, Mas. Bank ABC 0909087768.]

Aku sungguh butuh suntikan dana, mungkin ini jalan rejekiku. Aku tak tahu harus bagaimana, karena sejak awal aku meminta ijin untuk bekerja pun sudah dilarang oleh suami dan ibu mertuaku. 

Aku ingat ibu mertuaku pernah berkata, saat aku meminta ijin untuk bekerja dulu. "Malu-maluin, suami bekerja ditempat bergengsi masa istrinya harus kerja juga diluar."

*

[Oke, Dek sudah masuk? Semoga Dek Fa senang. Oke Mas kerja dulu ya Dek.]

Ting ...

Bunyi notifikasi sms bangkingku masuk. Tertulis disitu 

<KREDIT Rp.2.000.000,00 pada rek. 1 TB xxx768 tgl. 26/01/2021,jam 09:43:23 TRANSAKSI ONLINE PAKE DEBIT AJA HUB 4500.

Wow ya Tuhan, mataku terbelalak melihat jumlah uang yang Mas Pras transfer untukku. Rejeki memang nggak kemana. Aku langsung bersemangat membalas pesan Mas Pras kali ini.

[Makasih ya, Mas. Ini banyak sekali loh Mas. Semoga rejeki Mas selalu lancar ya.]

Kira-kira uang sebanyak itu aku pake buat kemana ya hari ini?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status