Page 3 . New King
"Ketika kita bertemu kembali, bagaimana aku harus menghadapimu? Dengan diam, tangisan atau hunusan pedang?"***
Belum sempat aku mengerjapkan mata pria di sebelahku sudah bergerak secepat angin, penglihatanku tidak bisa menangkap bayangnya, terlalu cepat.Detik berikutnya yang aku dengar adalah suara desingan benda logam seperti memotong udara. Pria dengan badan besar yang menggertak beberapa saat lalu tersungkur menghantam aspal. Pria itu mengerang kesakitan menutupi bagian dadanya dengan sebelah tangan.
Darah!
Pria berbadan besar itu berdarah!
Ada banyak darah yang mengalir dari celah tangannya!Aku tidak tahu harus merasa takut atau merasa lega. Tapi, jika pria aneh maksudku, Limmerence ini tidak datang, pastinya aku yang ada di aspal dengan lumuran darah.
"Saya minta maaf jika saya sedikit keras, tapi saya pastikan kau masih hidup, setidaknya."
"P ... pria itu berdarah banyak sekali, apa dia baik-baik saja!?""Apa dia terlihat baik-baik saja untuk Anda? Saya hanya katakan setidaknya dia masih hidup."Apa semua Limmerence seperti ini? Dia bahkan terlihat seperti kriminal kelas atas dibanding penyelamat.
"Zarkesh!
Ck, aku sudah katakan padamu, dia itu benar-benar Savior! Kenapa kau malah ... sudahlah, bangun! Ayo bangun dan pergi dari sini!""Jadi, sudah percaya? Baguslah, saya juga tidak ingin melanjutkan kegiatan yang hasilnya sudah pasti ini. Pergilah selagi aku berikan kalian kesempatan umtuk pergi. Tapi sekali lagi saya ingin beritahu, jika saya berada di sisi pemimpin baru."Suaranya terdengar berat dan penuh penekanan, seperti suara pengisi tokoh jahat dalam film. Hanya suara, iya benar, hanya suaranya saja, aku tidak sedang mengatakan jika Limmerence yang ada di sampingku ini jahat, hanya ... tidak sabar saja."Aku mengerti, tapi sebelum kami pergi, aku ingin tanya satu hal padamu, kemana kau pergi menghilang selama dua tahun itu?""Wajib militer."Aku yakin makhluk ini tidak mau mengatakan yang sebenarnya, tapi maksudku, Limmerence mana yang ikut wajib militer!? Dan lagi kau pikir ini ada di mana!? Memangnya kita ada di negeri para idola itu!?Kalau saja makhluk ini bukan Limmerence, aku pasti sudah meneriakkinya karena alasan konyol memalukan itu."Lalu, kenapa kau berada di pihak pemimpin baru tidak berbakat itu!? Kau adalah calon pemimpin baru yang paling kuat, kenapa?"Hening.Tidak ada jawaban selama beberapa detik setelah kakak cantik ini bertanya, sepertinya pertanyaan kali ini serius. Aku tidak tersinggung dengan kata-kata kakak cantik ini, aku memang hanya manusia biasa. Tapi tidak seperti aku yang memilih aku akan jadi pemimpin baru mereka atau apa, aku bahkan tidak mengerti kenapa dan bagaimana hal ini terjadi padaku.Apa aku hanya jadi cadangan? Atau jadi umpan!?
Bahkan Limmerence bernama Savior ini kesulitan untuk menjawabnya atau ..."Saya cukup yakin jika saya hanya mengizinkan satu pertanyaan, rupanya kalian benar-benar sedang menguji kesabaran saya."... atau dia hanya tidak mau menjawabnya dan sedang melampiaskan amarahnya. Ya Tuhan, aku baru tahu jika Limmerence punya kesabaran secuil ini."Kami akan pergi sekarang!"Sayang sekali, pada akhirnya aku tidak bisa berkenalan dengan kakak cantik itu. Dan aku juga berharap jika pria yang harusnya diobati tapi malah diseret itu akan baik-baik saja.Hah.
"Pertemuan ini tidak sesuai dengan rencana saya, tapi senang bertemu dengan Anda, tuan Rayshane."***"Ray!
Rayshane! Rayshane bangun! Kau pikir ini masih jam enam pagi!? Bangun!"Krek-Bagaimana perempuan ini bisa begitu bersemangat di pagi buta? Aku lega pintu rumahku terbuat dari kayu kualitas bagus, kalau tidak, pasti sudah hancur sejak Naya menggedornya sekuat tenaga.
"Ray? Kau baik-baik saja? Wajahmu pucat."
"Aku baik-baik saja, hanya butuh istirahat sehari. Kau bisa katakan pada wali kelas?"
"Kau yakin tidak mau ke dokter? Aku bisa ... "
Bisa?Hm? Apa? Ke mana matamu meli ... hat! Astaga!Brak!Hah.
Hah."Sedang apa di sana!? Sembunyi! Temanku bisa melihatmu!"Wajar saja bola mata Naya seperti mau keluar, dia melihat pria dengan balutan kain putih yang bahkan tidak dijahit - hanya dililit dan diikat - berambut panjang dan bertopeng aneh ada di rumahku!"Apa Anda malu jika teman Anda melihat saya ada di sini? Bukankah kita sudah melewati malam bersama?"Apa genre cerita ini sudah berganti? Apa jangan-jangan aku berada dalam cerita "Pico milikku"?Kata-katanya tidak salah tapi tidak benar juga!"Rayshane!
Buka pintunya atau aku hancurkan pintunya agar aku bisa masuk!?""Jangan pintunya! Aku tidak punya uang untuk mengganti pintunya!"
Krak-
"Mana pria tadi?""Pria mana?"
"Kau pikir mataku buta? Mana pria bertopeng yang tidak pakai baju tadi?"
"Kau terlalu banyak berkhayal Naya, aku benar-benar butuh istirahat."
"Ck, baiklah. Kau bisa hubungi aku jika kau butuh apa-apa, aku pergi dulu."
"Iya, aku tahu. Hati-hati di jalan, lohat ke depan, jalanmu itu lihat ke depan, aku tidak sembunyikan apapun. Selamat jalan!"
Beruntung Naya yang melihat, kalau tadi yang muncul adalah Diaval.Aku tidak tahu harus bagaimana, aku sendiri tidak tahu apa yang sedang terjadi, apalagi harus menjelaskannya pada orang lain?Sepertinya kehidupan damaiku akan berhenti sementara mulai hari ini.
Aku berharap semuanya cepat berlalu dan aku kembali pada hidup tenangku."Baiklah, sekarang saatnya mendengar penjelasan. Ada apa sebenarnya? Apa maksud mereka jika aku adalah pemimpin yang baru? Kenapa mereka mau membunuhku?"Aku mengumpulkan semua keberanian yang aku punya, aku tidak tahu apa yang akan aku dengar. Yang jelas ini bukan masalah kecil, setidaknya aku punya Limmerence di sampingku. Aku siap untuk mendengarkan kenyataan.Di suatu hari tanpa sengaja Di suatu hari tanpa sengaja senja menghampiri kau dan aku.Kau berdiri, tegak kulihat.Aku duduk, gemetar. Di suatu hari tanpa sengaja teriakan itu terdengar.Siapa? Aku jawabmu.Kau takut dan aku ragu. Di suatu hari tanpa sengaja hujan datang.Kau bilang hari akan cerah, kau bilang matahari akan bersinar.Salah, aku yang percaya, bukan kau yang mengatakannya. Di suatu hari tanpa sengaja aku melihatmu berlari.Tidak begitu cepat, tapi tidak kukejar.Ada apa? Bukan begitu.Aku berdiri, gemetar. Di suatu hari tanpa sengaja kita kembali berdiri di tempat yang sama.Angin berbisik, memintaku pergi.Kau duduk, tegap. Di suatu hari tanpa sengaja senja menghampiri kau dan aku.Kau tidak lagi berdiri dan aku tidak lagi duduk.Di tanah lapang, di bawah matahari yang tenggelam.Kau matahari dan aku hujan.
Page twenty four - Ending "Kenapa kehidupan beranjak dari gelap?""Ia ingin lebih baik, katanya." *** Dua makhluk yang ditinggalkan itu tidak saling bertanya, tidak saling menatap hanya diam menghabiskan waktu di antara mereka. Hingga malam pun terlewat, menjelang pagi dengan matahari yang muncul seolah tidak terjadi apa-apa. Sepasang mata terasa lelah, Limmerence yang ikut berjaga semalaman itu melewatkan salam pertamanya pada pimpinan baru mereka. Tidak apa pikirnya, ia dapat tugas yang lain dari raja. Sementara sepasang mata yang lain tidak mau tertutup, ia tetap memaksa untuk terjaga. Tidak tahu apa dan tidak tahu kenapa, seakan dia yang belum menerima kenyataan yang ada. Benarkah? Benarkah yang terjadi? Ia selalu menanyakan hal yang sama, ia selalu bertanya pada dirinya sendiri tanpa bisa menjawab. "Semuanya sudah berlalu. Sudah lewat, sudah terjadi. Seperti katanya, jika kau memen
Page twenty three - In Between "Kenapa kehidupan beranjak dari gelap?""Ia ingin lebih baik, katanya." *** "Aku tidak akan minggir, aku juga tidak akan ragu untuk menghentikanmu. Tuanku sudah memberi perintah, ia yang akan memberi hukuman pada Bellial." Dammian menatap lurus pada sosok yang sama dengannya, sosok Doppelganger, perwujudan dari kekuatan yang di anugerahkan pada Savior dan Bellial. Judas diam, tidak ia menjawab tidak juga ia bergerak seolah ia yang tidak menolak keputusan yang Savior buat. "Judas, aku tahu. Aku tahu kau merasa sedih karena tuanmu, aku tahu kau ingin dia bahagia lebih dari siapa pun. Aku tahu jika kau, benar-benar peduli padanya, tapi jika kau diam, kau tidak akan pernah bisa menyelamatkannya." "Tuanku, tidak seperti tuanmu Dammian. Dia tidak pernah menganggapku sebagai teman atau saudara, dia hanya menganggapku sebagai alat. Aku adalah senjatanya, kekuatannya, hanya itu. Aku t
Page twenty two - The Truth "Aku menembakkan peluru ke kepala yang harusnya aku lindungi dengan topi, dan aku membiarkan diriku tertabrak agar aku dibawa lari." *** "Callahad ... " Suara itu terdengar tenang, tidak bernada tinggi tidak juga bernada takut seperti sebelumnya. Seolah yang berdiri di hadapan tiga makhluk tersebut adalah orang yang tidak lagi sama. "Rayshane?" Diaval menatap pria yang ada di hadapannya, memastikan jika pria ini benar-benar saudaranya, benar-benar orang yang ia kenal sejak ia kecil. "Maaf ... saya tidak bermaksud membohongimu selama ini. Tetapi, saya tidak pernah benar-benar berbohong. Saya memperlakukanmu sebagaimana saya, sebagaimana saya yang menjalani kehidupan baru. Saya hanya meminjam nama itu." Pria yang seharusnya ketakutan dan menangis itu kini menatap Diaval dengan tatapan sulitnya, nada bicaranya tenang dan terasa asing untuk Diaval. Sementara makhluk yang Diaval yak
Page twenty one - Salvation "Rayshane, kenapa kau ini pelit sekali? Bukankah kalau kau kehabisan uang, kau bisa minta pada heirs brutal itu?" "Aku tidak pelit tapi perhitungan. Coba berkaca, kau itu menghabiskan makanan pokokku untuk satu minggu dalam satu hari!" *** Aku berlari, yang aku tahu aku harus menemukan Callahad. Aku berlari dan tidak sekali pun menoleh ke belakang. Tidak juga kudengarkan teriakan Savior ataupun Diaval yang mencoba menghentikanku. Bagaimana ini?Bagaimana ini? Ada yang tewas, ada yang tiada. Bagaimana ini?Semuanya karena aku, semuanya terjadi karena aku yang tidak berguna. Harusnya aku menyerah saja sejak dulu. Harusnya aku mati saja, harusnya aku saja yang mati. Callahad! Langkah kakiku terhenti, aku hampir tersungkur jika bukan karena Savior yang menangkap salah satu lenganku. Di belakangnya Cassian dan Diaval menyusul. "Tuan ... "
Page twenty - World Behind Aku bertindak terlalu jauh saat mencintaimu, aku bertindak terlalu jauh saat aku mencium tanah yang bekas kau injak, aku bertindak terlalu jauh menunggu mata kita saling menatap. *** Aku masih menunggu Savior, sudah tiga puluh menit berlalu dan dia belum muncul juga. Aku tahu Savior jauh lebih kuat dari Callahad, jadi, tidak mungkin Savior kalah, 'kan? Aku menggigiti bibir bawah karena gugup, mengingat malam semakin gelap dan angin semakin dingin. Aku sengaja fokus menatap dua kakiku, memperhatikan bagaimana bentuk jari kaki, kuku juga sepasang sandal yang sudah aku pakai sejak tiga tahun lalu. Bukan menghemat, tapi sandal ini sandal keberuntungan. Kenapa Savior lama sekali? Apa dia sengaja? Apa dia meninggalkanku karena marah? "Tuan?" Aku terlonjak, hampir saja aku memukul makhluk yang memanggilku dengan balok kayu. "Savior ... hah. Astaga, kau tidak bisa ya muncul dengan normal?