Happy Reading
*****Mengesampingkan segala ego dan rasa khawatir yang menyelimuti, Yanti menyapa sahabat suaminya. Saling menyebutkan nama masing-masing dan mulai berdiskusi tentang pekerjaan. Bagaimana cara memasarkan, pemetaan segmen konsumen yang akan menjadi target produk. Semua dibahas oleh perempuan itu.
Supplier barang-barang yang akan memasok pada usahanya dan juga penjual barang setengah jadi. Nama-nama orang tersebut dan asal kota mereka diinfokan pada Yanti.
"Jadi, kamu beneran mau pindah haluan, Yo?" tanya sahabat Ismoyo, Safira.
"Aku sih nggak pindah haluan. Istriku yang akan menjalankan usaha itu nantinya," jawab si lelaki yang sejak tadi setia menemani Yanti.<
Happy Reading*****Yanti memijat pelipisnya ringan. Ada banyak kekhawatiran yang akhir-akhir ini mengganjal pada hatinya. Foto-foto sang suami dengan beberapa perempuan terus dikirimkan oleh Ilyana. Namun, anehnya Ismoyo tetap memperlakukan perempuan itu dengan manis.Jadwal kerja dan pulang juga teratur, tak ada perubahan yang mencolok dalam diri lelaki itu. Jadi, bagaimana dia harus bertindak. Siapa yang harus dipercaya oleh perempuan itu? Semua jawabannya masih mengambang.Dua bulan ini, Ismoyo memang terlihat lebih sibuk. Hal itu dikarenakan dia sedang mencari tempat untuk membuka usaha bagi Yanti. Sikap dan perlakuaannya juga makin hari makin romantis dan terasa sekali rasa sayangnya pada si istri.
Happy Reading*****Sampai di rumah, Yanti enggan mengajak suaminya berbicara. Emosinya masih bergejolak saat mengetahui orang yang dipercaya berbuat seperti tadi di depan mata. Perempuan itu segera menyiapkan makan malam untuk keluarga karena mereka datang setelah azan magrib berkumandang."Ma, aku bisa jelasin semua. Ini nggak seperti bayanganmu," kata Ismoyo sambil memegang tangan si istri yang sibuk memanaskan makanan mereka. "Kita bicara nanti, Mas. Setelah ini aku mau salat dulu." Yanti membuang muka."Sayang, denger dulu." Ismoyo mencengkeram tangan Yanti."Mas, aku bakalan denger penjelasan njenengan setelah ini, tapi aku mau salat dulu. Nggeh?"
Happy Reading*****Hari berganti begitu cepat bagi Ismoyo dan Yanti. Perempuan itu tak lagi pusing memikirkan sang suami yang masih belum berubah, meskipun perlakuan lelaki itu tak sedikit pun berkurang bahkan mungkin lebih dari hari-hari sebelumnya. Namun, setiap kali perempuan itu ingin sepenuhnya mempercayai, saat itu juga Ilyana selalu mengirimkan foto kemesraan Ismoyo dengan perempuan lain.Usaha perempuan itu juga sudah mulai berjalan, meskipun masih banyak yang membeli lewat aplikasi online. Namun, Yanti sangat bersyukur laba penjualan produknya bisa memenuhi kebutuhan anak-anak. Berbekal ilmu yang sudah diajarkan oleh sahabat suaminya, dia terus berinovasi dalam usaha.Tak mengapa jika toko yang dimilikinya kini masih be
Happy Reading*****"Mas aku bisa jelaskan semua," pinta Yanti sekali lagi.Lelaki yang bergelar suami itu menarik paksa istrinya untuk pulang. Beberapa pengunjung sempat mendekati ketiganya dan menonton pertikaian itu. Namun, saat Ismoyo mengusir, mereka segera membubarkan diri.Basuki terdiam, walau bagaimanapun dia ikut andil bersalah dalam hal ini. Sekalipun Yanti adalah mantan istri, tak seharusnya lelaki itu memegang tangan. Ingin menjelaskan pada Ismoyo, nyali menciut. Wajah kemarahan si bos jelas memperkeruh suasana nantinya."Tutup toko tepat seperti biasa. Kuncinya kamu bawa pulang, besok Ibu berangkat agak siangan," perintah Ismoyo pada si karyawan yang terbengong di meja
Happy Reading*****Dalam keadaan setengah sadar, Ismoyo mengoceh tak karuan. Mulai dari mencaci Basuki dan Ilyana hingga mencaci sang mantan sendiri. Yanti dan Rukayah, hanya diam menanggapi. Membalas perkataan orang mabuk sama dengan kesia-siaan.Kebiasaan suaminya yang seperti ini terus terang baru diketahui Yanti. Perkenalan selama enam bulan dengan lelaki itu, sama sekali tak ditemukan perangai buruk. Namun, yang dilihatnya kini satu sisi berbeda dari Ismoyo. Tak sadar air mata turun membasahi pipi, betapa perempuan itu sungguh tidak beruntung.Dua kali menikah, dua kali pula dia mendapatkan suami yang kurang baik. Walupun sikap Basuki dan Ismoyo sangat ja
Happy Reading*****Yanti mengucap basmalah sebelum mengenakan gamis dan jilbab. Mulai detik ini juga, perempuan itu membulatkan tekad untuk menutup seluruh aurat sesuai dengan kewajiban syariat.Memantapkan langkah pergi menemui sang suami. Sebelumnya, perempuan itu sudah menghubungi Ismoyo dan mengatakan akan datang ke minimarket walau lewat chat. Hari ini semua harus jelas, apa sebenarnya di balik semua ini.Bersama sopir yang sudah menjemput, Yanti berangkat ke minimarket. Namun, sesampainya di sana, para karyawan mengatakan si bos lagi keluar bersama Dania. Tanpa berpikir panjang, perempuan itu langsung menghubungi adik iparnya.
Happy Reading*****"Bodoh, sih. Tiap rencana yang kamu susun selalu gagal, Nia," kata Widya di rumahnya yang baru saja mendapatkan laporan dari wanita yang disewa untuk menemani Ismoyo."Halah kayak kamu enggak. Masih mending rencanaku daripada rencanamu. Lagian masku udah nggak nggape omonganmu lagi. Buktinya kamu sering dicuekin," balas Dania tak mau kalah.Seorang perempuan dengan pakaian yang begitu ketat, meskipun masih dalam batas kesopanan masuk ke rumah Widya. "Kalian berdua itu selalu aja ribut. Kenapa, sih? Nggak pengen ngadirin pesta?"Keduanya menoleh dan menjawab berbarengan. "Di mana?""Urusan seneng-sene
Happy Reading*****Peluh mulai menetes di pipi Ismoyo. Tiga hari sudah dia mencari keberadaan sang istri. Rumah mertuanya sudah didatangi, ke toko juga hampir tiap hari dilakukan oleh lelaki itu. Namun, Yanti masih juga belum terdeteksi keberadaannya.Lelaki itu benar-benar pusing saat ini. Masalah cicilan kredit pada bank saja belum terselesaikan. Uang yang terkumpul masih kurang setengahnya. Jika mengandalkan pendapatan dari dua minimarket yang dimiliki akan tetap kurang. Ismoyo memijit ringan pelipisnya. Akhir-akhir ini sering sekali dia mengalami sakit kepala.*****"Oke. Aku setuju dengan permintaanmu. Saat pembayaran nanti kamu harus mengajakku," ucap seorang perempua