Setelah sampai di rumah, aku langsung menghapus semua hal yang berhubungan dengan Grup Jarvis, benar-benar mengucapkan selamat tinggal pada semua suka duka ini.Sebagai orang yang berpengalaman di dunia kerja, aku sangat memahami satu hal. Jika skandal tentang Jonathan, yang selalu terlihat bersih, terungkap, yang akan menerima semua serangan hanyalah diriku, tak peduli apa pun kebenarannya.Jadi, anggap saja semuanya hanya mimpi buruk.Pada akhirnya, aku tetap tidak menggunakan kartu ATM dari Cindy, melainkan menggunakan uang dari Jonathan untuk membeli banyak barang yang dibutuhkan anakku.Selain telepon yang terus masuk dari nomor yang berganti-ganti, hari-hariku merawat anakku bisa dikatakan cukup damai.Namun, setelah memblokir nomor yang tak terhitung banyaknya, Jonathan yang memiliki kemampuan luar biasa akhirnya berhasil menemukan alamatku."Bu Linda."Aku tidak menyangka dia akan datang mencariku secepat ini. Padahal aku sudah menjelaskan semuanya dengan baik dalam surat pengu
Entah mengapa hatiku merasa agak tidak nyaman.Namun, Cindy sudah berjalan mendekat. Wajahnya yang dirias dengan sempurna tampak dipenuhi kesombongan. Dia melirik ke arah Kevin."Bu Linda sedang minum kopi bersama suaminya, ya."Cindy menekankan kata "suami" dengan sangat berat, seolah-olah menegaskan sesuatu. Matanya yang indah tampak menyiratkan makna tertentu.Aku lupa membantah, sementara Kevin mengundangnya dengan sopan."Nona Cindy adalah teman Linda. Apa kamu mau minum kopi bersama?""Nggak perlu." Cindy menatap dekorasi kafe dengan pandangan meremehkan, lalu melanjutkan, "Aku hanya ingin membicarakan beberapa hal dengan Bu Linda."Setelah mendengar ini, Kevin terpaksa berpisah denganku dengan penuh penyesalan. Sementara itu, Cindy tampak duduk dengan santai.Riasan cantiknya tidak bisa menyembunyikan pandangan merendahkan dari sudut mata dan alis Cindy. Tatapan ini sepenuhnya ditujukan hanya kepadaku.Firasat buruk di hatiku terasa makin berat.Aku berkata, "Nona Cindy, meskipu
"Anak pintar."Ketika pulang kerja, aku melihat anakku yang gemuk terbaring di buaian, berusaha untuk digendong dengan cara yang bisa menyentuh hati siapa pun.Seketika itu juga, aku tidak merasa lelah lagi. Aku mengambil anakku dari tangan ibuku yang kelelahan, menepuk-nepuknya dengan lembut."Anakku, anakku, Ibu sudah pulang," ujarku.Anakku tampaknya tidak mengerti, hanya bisa tersenyum lebar dengan kedua mata besarnya. Matanya memiliki pupil yang sangat hitam, terlihat besar dan bercahaya, tetapi tidak seperti milikku.Setiap kali aku terpana melihat matanya, aku selalu teringat malam yang penuh kekacauan itu. Di bawah pengaruh alkohol, pertemuan tidak sengaja antara pria dan wanita asing yang berujung kegilaan semalam suntuk.Setelah mengambil keputusan, aku melakukan hal paling berani dalam hidupku, yaitu melahirkan anak ini.Pria itu juga sepertinya memiliki sepasang mata yang indah seperti ini."Bagaimana pekerjaanmu?" tanya ibuku sambil menopang pinggangnya dengan tangannya. "
Menginginkan apanya?Ini begitu besar, bagaimana mungkin teman wanita Jonathan sebelumnya bisa bertahan?Wajahku memerah karena rasa malu, membuatku ingin bangkit melarikan diri. Namun, sayangnya semua sudah terlambat. Jonathan tampaknya telah memutuskan untuk melewati batasan itu hari ini. Dia memeluk erat tubuhku yang lemas.Aku berkata dengan ketakutan, "Uh, Pak Jonathan … kita sudah sepakat ….""Hm? Kesepakatan apa?" Dia menunjukkan senyuman di bibir tipisnya yang seksi. "Bagaimana kalau aku membuatkan secangkir untuk Bu Linda?"Pinggangku yang lembut dijepit dengan erat. Aku berusaha melarikan diri dengan ketakutan, tetapi di dalam kantor ini, di mana aku bisa bersembunyi?Ikat pinggang itu perlahan-lahan ditarik. Napas Jonathan tampak berat."Nggak!"Aku ingin berteriak ketakutan, tetapi Jonathan yakin aku pasti tidak akan berani. Dia melepasksn celananya, merobek celanaku juga.Tidak ada jalan kembali sekarang …."Tok, tok, tok."Tepat pada saat itu, seseorang mengetuk pintu kan
Sikap Jonathan menjadi makin keterlaluan setiap harinya.Bagaimana bisa pekerjaan ini dikatakan sebagai sebuah pekerjaan?Pekerjaan utamaku hanyalah menambahkan susu ke dalam kopi. Jonathan ini seperti tidak bosan-bosannya meminum kopi. Setiap hari, dia harus meminum secangkir kopi.Mengapa dia tidak meminumnya sampai mati saja?Aku berpikir dengan penuh amarah.Jonathan seperti bisa selalu mengetahui apa yang aku pikirkan. Perilakunya menjadi makin terbuka. Kesepakatan tak terucapkan untuk menambahkan susu juga secara bertahap dilengkapi oleh trik lain darinya.Aku benar-benar khawatir suatu hari dia akan melakukan hal terlarang itu. Beberapa kali, aku ingin menghentikannya, tetapi bagaimana aku bisa menghentikannya?Setelah beberapa hari, Melissa menarikku ke toilet, memberitahuku dengan suara pelan."Beritanya sudah tersebar luas ke seluruh perusahaan. Mereka semua mengatakan kalau kamu memiliki hubungan dengan Pak Jonathan, juga akan segera menjadi istrinya."Ketika aku mendengar k
Setelah menjalani hari ini dengan perasaan putus asa, aku mempertimbangkan segalanya semalaman. Namun, aku masih belum berani mengajukan pengunduran diri.Meskipun tindakan Jonathan berlebihan, aku hanya bisa menggertakkan gigi, menelan segala kepahitan ketika melihat wajah anakku yang menggemaskan."Anak kesayanganku, Ibu pergi … bekerja dulu."Anakku seolah-olah bisa mengerti. Dia mengedipkan mata besarnya yang seperti anggur sambil terkikik. Dia juga tidak marah ketika ibuku menggendongnya untuk mengganti popoknya.Aku menjadi makin gugup ketika menambahkan susu terlebih dahulu ke dalam kopi yang aku siapkan. Namun, Jonathan bahkan tidak melihatnya, melainkan menatap dadaku yang seakan ingin meledak.Kali ini, aku sudah menjahit kancing kemejaku dengan kuat.Aku berkata dengan panik, "Aku … sudah menambahkannya."Jonathan mengetuk meja dengan buku-buku jarinya, lalu membalas, "Aku suka minum yang segar."Bagaimana dia bisa ... bagaimana dia bisa melakukan ini?Wajahku merona karena