Home / Romansa / Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA) / Episode 4-Aturan Daichi Lesmana

Share

Episode 4-Aturan Daichi Lesmana

Author: VhyDheavy
last update Last Updated: 2020-11-22 13:12:37
Ratih melambaikan tangannya pada Gatra, sesaat setelah turun dari mobil pria itu. Tak berselang lama, ia bergegas memasuki pekarangan rumah sederhananya. Sementara Gatra, ia menuju rumahnya sendiri yang berlantai dua di samping rumah Ratih.

Setiap kali berhasil menjemput Ratih, perasaan Gatra seketika menghangat. Meski ia tahu jika sampai saat ini, perasaannya tak tersampaikan dengan baik. Namun dengan begitu, tentu tidak ada kecanggung ketika sedang bersama Ratih. Hubungan baik itupun akan terjalin dalam kurun waktu yang lama, tanpa mengkhawatirkan perihal perpisahan karena cinta.

Baru saja turun dari mobilnya, Gatra sudah dihadang oleh ibu tercinta. Hesvi namanya. Wanita paruh baya itu tengah berkacak pinggang dengan raut yang penuh kemarahan.

“Gatra! Mama 'kan udah bilang, jangan deket-deket sama Ratih. Kamu ngeyel banget, sih!” omel Hesvi pada putra pertamanya tersebut.

Gatra mendengkus kesal. Sedetik kemudian, ia menjawab, “Emang kenapa sih, Ma? Ratih 'kan baik.”

“Pokoknya nggak boleh! Kamu nggak denger gosip yang beredar, hah?! Mengenai Ratih, Gatra!”

“Gosip apaan lagi sih, Ma? Berhenti bergosip yang nggak jelas, Ma. Kalau perlu nggak usah ikut arisan komplek lagi. Mama jadi begini, 'kan. Haaaah ....”

Gatra berjalan menuju rumahnya. Sedangkan Hesvi menyusulnya di belakang. Selalu seperti itu, jika ia ketahuan sedang bersama Ratih. Hesvi tidak pernah menyukai wanita yang saat ini sudah berusia 28 tahun itu. Selain terkenal kasar, Ratih merupakan yatim piatu yang tidak jelas latar belakangnya.

“Gatraaaaa! Mama serius!” ucap Hesvi sembari menarik blazer yang dikenakam oleh putranya tersebut.

Otomatis Gatra menghentikan langkahnya. Ia menghela napas panjang. “Ma! Ratih itu cewek baik-baik, perusahaan di mana dia kerja aja lebih besar daripada perusahaan tempat Gatra kerja. Membuktikan kalau Ratih memiliki moral yang bagus, Ma! Ayolah, jangan termakan omongan tetangga,” jawabnya.

“Hais! Kamu jadi cowok kok polos banget sih, Gatra, Gatra. Bisa jadi 'kan Ratih pakai cara genit buat masuk ke perusahaan itu.”

“Mama!”

“Gatra! Mama serius lho! Dan belum lama ini, Ratih menghajar preman pasar yang suka pungutan liar. Habis semua sama dia, Mama nggak mau kamu sampai habis juga sama Ratih. Apalagi jatuh cinta sama wanita kayak gitu, ah! Serem!”

“Ck, justru bagus dong dengan begitu nggak ada preman lagi di pasar! Mama dan temen-temen gosip Mama nggak perlu takut lagi, 'kan?”

“I-itu ....”

“Mama ... Gatra bilangin ya, kenapa banyak gosip nggak enak mengenai Ratih karena ibu-ibu julid pada takut kalau suaminya kepincut sama Ratih. Lagian, Ratih itu yang nyelametin nyawa Gatra tiga tahun silam. Kalau nggak ada dia, Gatra udah mati di tangan para mafia itu, Ma.”

“Gatra! Kenapa sih ungkit yang dulu-dulu? Dan terus belain cewek bedigasan itu, hah?! Pamornya udah jelek. Jangan terlalu deket sama dia, jangan jatuh cinta sama dia, apalagi kalau sampai berencana menikahi dia, jangan! Titik!”

Hesvi pergi begitu saja meninggalkan Gatra, ia menuju lantai dua rumahnya tersebut.

Gatra berteriak geram. Ia menyesalkan sikap Hesvi yang mudah terpengaruh omongan orang. Sampai-sampai, ibunya itu tidak tahu terima kasih atas jasa Ratih dalam menyelamatkan dirinya. Apa yang salah pada diri Ratih? Mengapa wanita itu memiliki nasib tak bagus? Hidup di komplek perumahan dengan warga yang kurang mengenakkan.

Gatra tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan ia justru selalu diperingatkan untuk menjauhi wanita itu. Bukan hanya dari hesvi, melainkan teman-teman dari ibunya tersebut.

Sementara itu, Ratih masih terdiam di teras rumahnya. Posisi rumah keluarga Gatra yang sangat dekat, membuatnya mendengar setiap omelan yang diucapkan oleh Hesvi.

“Ck, seharusnya gue nggak ikut Gatra tadi. Aaaah! Hari ini kenapa nggak ada untungnya sih?!” ceracau Ratih sembari melangkah untuk masuk ke dalam rumahnya.

Keadaan pintu yang sudah tidak terkunci membuat Ratih mengernyitkan dahi. Ia menghela napas panjang, kemudian mengembuskannya dengan kasar. Sudah pasti bibinya yang datang untuk meminta uang. Rasanya ingin menangis saja bagi Ratih, tetapi ia terlalu malu untuk melakukan hal itu.

Lantas Ratis masuk ke dalam. Ia berusaha tegar dan bersikap sekenanya saja.

****

Suga membatalkan gerakannya untuk membuka pintu ruang pribadi milik Daichi Lesmana yang tidak tertutup dengan rapat. Ia melirik sekilas, tetapi melihat seseorang ada bersama ayah angkatnya tersebut. Tampaknya Rinjani Lesmana Dewi—adik paling bungsu—yang berasal dari panti asuhan serupa.

“Ayah, apa Ayah benar-benar enggak mau menutup bisnis gelap itu?” Suara Rinjani bertanya memastikan perihal bisnis ilegal tersebut pada Lesmana.

Lesmana terdengar menghela napas oleh telinga Suga. Kemudian, ayahnya itu berkata, “Tidak akan, Jani. Jangan bertanya lagi, Ayah sudah memberimu kebebasan tanpa harus melibatkan diri, 'kan? Kenapa masih mendesak Ayah untuk menutup bisnis itu?”

“Jani cuma khawatir, Ayah.”

“Khawatir? Pada siapa? Suga atau Ayah?”

Rinjani terdiam.

“Jani ... jangan mencintai kakakmu sendiri. Kalian memang enggak berasal dari rahim yang sama, tapi kalian sudah menjadi saudara sejak kecil. Ayah tidak pernah menuntutmu melakukan apa pun, karena Ayah menyayangimu.”

“Tapi, Ayah. Bukankah dengan menikahkan kami, Ayah nggak perlu khawatir jika Kak Suga mencintai gadis atau wanita biasa? Dengan begitu identitas Kak Suga akan selalu aman, karena Jani sangat paham.”

Lesmana bergeleng-geleng kepala. Ia tidak habis pikir atas sikap putri angkatnya tersebut. “Jangan ngomong yang nggak masuk akal, Jani. Kamu harus bersyukur karena terlahir sebagai seorang wanita, dengan begitu kamu Ayah perbolehkan menikahi pria mana pun, asal bukan Sugantara, kakakmu sendiri.”

Mendengar perbincangan itu, Suga termenung sebentar. Ia tidak tahu harus berbuat apa pada Rinjani untuk saat ini. Perihal perasaan yang tumbuh dari gadis itu padanya, cukup lumrah untuk terjadi, bukan? Lantaran memang tidak memiliki ikatan darah. Namun mau bagaimanapun, Rinjani tetap adik baginya. Sekalipun Lesmana memberikan izin, Suga tidak akan pernah bisa membalas perasaan itu.

Tapak kaki yang menuju pintu ruangan itu tiba-tiba terdengar. Dengan cepat, Suga bersembunyi di balik dinding ke ruangan lain. Lalu, Rinjani keluar dari sana. Wanita berusia 25 tahun tersebut menghentikan langkah sesaat. Ia menghela napas berat, sepertinya tengah menahan gejolak di dadanya dengan kuat. Detik berikutnya, Rinjani melanjutkan langkah kakinya.

Kini, giliran Suga yang masuk ke dalam. Seperti biasa ia harus melaporkan beberapa hal, ataupun mendapat tugas besar dari Lesmana. Kedatangan Suga disambut sumringah oleh Lesmana. Namun tak lebih dari sekedar tertawa.

“Ada masalah, Putra Ayah?” tanya Lesmana.

Suga tersenyum. “Tidak, Ayah, semua aman dan lancar,” jawabnya.

“Barang itu sudah masuk kapal dengan aman?”

“Tentu, Ayah. Perusahaan juga baik, satu bulan lagi aku akan mengadakan launching produk terbaru.”

Lesmana manggut-manggut, ia merasa puas dengan laporan singkat itu. Sebuah berkas ia terima dari Suga. Bulan ini penjualan produk perusahaannya meningkat dengan pesat. Lesmana merasa bangga, sebab Suga mampu memanfaatkan klien di bisnis gelapnya menjadi klien nyata di perusahaan Daichi Electronic.

“Suga?”

“Ya, Ayah?”

“Duduklah, Nak. Kamu harus istirahat sejenak. Sekaligus, dengarkan informasi dari Ayah.”

Sesungguhnya, Suga merasa enggan duduk berhadapan di ruangan yang sama dengan ayahnya. Namun ia tidak bisa menolak sama sekali. Sembari menelan saliva beberapa kali, ia lantas mendudukkan dirinya di sebuah kursi mewah tepat menghadap Lesmana.

“Suga?”

Suga menatap wajah Lesmana. “Ya?”

“Kamu masih tidak mau membunuh para pengkhianat sekaligus musuhmu?”

“....”

“Ya, ya, Ayah tahu caramu memang luar biasa. Kamu melakukan penyiksaan tiada ampun ke mereka dan menjebloskan mereka ke penjara. Tapi, Nak, jika cara itu selalu kamu gunakan, identitasmu akan terbongkar.”

Suga menggeleng tegas. “Tidak akan, Ayah. Sudah bertahun-tahun Suga melakukan itu, dan selalu aman.”

“Hmm ... anak jenius memang memiliki pendirian yang kuat, ya. Tapi, Suga, bolehkah Ayah bertanya?”

“Tentu.”

“Apakah kamu menggunakan cara itu karena merasa iba dengan mereka? Atau kamu sendiri tidak kuasa untuk melakukan pembunuhan?”

Rahang Suga mengeras. Ia terdiam tanpa bisa memberikan kepastian. Sedikitnya, ia membenarkan kedua dugaan Lesmana. Namun untuk mengangguk ia tidak sanggup. Sugesti yang ia dapatkan sejak kecil membuatnya ketakutan untuk melakukan perlawanan. Jika tak sejalan, maka ayahnya itu akan menghajarnya habis-habisan.

Melihat sang putra yang justru membisu, Lesmana menyeringai. Sudah pasti apa yang ia tanyakan adalah kebenaran. Kendati tidak sejalan dengan otaknya, Lesmana masih bisa menerima. Selain karena tidak pernah membangkang lagi, Suga selalu memuaskan hatinya dengan keberhasilan dari bisnis legal maupun ilegal.

“Tenang saja, Ayah tidak akan marah. Asal kamu selalu menjalankan kedua bisnis itu dengan baik. Membunuh bukan perkara mudah, apalagi untuk seseorang berhati lembut sepertimu,” ucap Lesmana.

Suga hanya bisa menelan saliva.

“Suga ... selalu berbicara formal di manapun berada. Terus bangun citra baikmu. Jangan berbahasa layaknya preman di pasar, kamu harus terlihat berkelas di mata orang-orang biasa. Terus sembunyikan wajah tampanmu itu, habisi dengan caramu bagi siapapun yang tahu.”

“Ba-baik, Ayah.”

“Kenapa lidahmu bergetar? Apa sudah ada yang mengetahui wajah tampanmu itu?”

Dada Suga begitu sesak. Pandangannya menurun dengan perasaan gelisah yang luar biasa.

“Suga?”

Suga terkesiap. “Ah ... tidak ada, Ayah, sama sekali tidak ada.”

“Hmm ... bagus kalau begitu. Satu hal penting yang harus terus ingat, jangan pernah jatuh cinta, Suga. Boleh kamu mengencani gadis manapun, tapi jangan mencintai mereka. Karena—”

“Karena selain membahayakan wanita itu, mereka akan meninggalkanku ketika mengetahui jati diriku sebagai seekor monster.”

Lesmana tertawa. “Hahaha, kamu masih ingat ternyata. Putraku memang jenius dan selalu ingat setiap hal dengan detail.”

Nasib seseorang memang tidak ada yang tahu. Namun bisa diubah, bukan? Rasanya mengubah nasib bukanlah sesuatu yang mudah bagi sosok Sugantara. Apa yang ada di hidupnya sekarang akan menjebak dirinya selama. Jika ia bersikap jujur, maka penjara atau bahkan hukuman mati yang akan ia terima. Ketika ia terus melanjutkan gelarnya sebagai ketua mafia, maka ia akan menjadi seekor monster seumur hidup

Padahal impian Suga cukup sederhana, hanya ingin menjadi manusia biasa. Berbaur dengan banyak orang tanpa menutupi identitas. Tak lagi berbuat kejam layaknya psikopat. Ia hanya ingin hidup dengan wajar. Kenyataannya tak sesuai keinginan. Tak peduli dengan usia yang menginjak 32 tahun, ia belum menikah. Bahkan, tidak akan pernah bisa menikah!

“Ingat, Suga, jika kamu berani membangkang, Ayah akan mengubah kedua adikmu sama seperti dirimu, atau bahkan diri Ayah sendiri. Seekor monster atau seorang psikopat yang keji. Maka teruslah menjadi anak yang berbakti,” ucap Lesmana sebelum Suga beranjak berdiri.

Setelah itu, Suga beranjak. Ia berbalik badan, kemudian melangkah keluar.

“Aku harus membereskan Ratih Kembang,” gumamnya di sela langkah kakinya.

****
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 30-Perbicaraan Penuh Pertentangan Antara Sugantara dan Daichi Lesmana

    Pipi Suga sampai memar karena sambaran tangan Daichi Lesmana yang belum lama ini melampiaskan kemarahan cara memberikan tamparan keras. Namun setelah dipukul, Suga masih saja berdiri tegak, mungkin hanya kepalanya saja yang tertunduk. Bukan hanya perkara seorang wanita saja. Hal yang membuat Daichi Lesmana sampai murka, tidak lain dan tidak bukan adalah Suga yang tidak lekas datang ketika diminta untuk pulang, lebih tepatnya menghadap dirinya. Cara Suga yang membangkang, bahkan meski hal itu jarang Suga lakukan, tetaplah membuat Daichi Lesmana tidak terima. "Apa sekarang kamu sudah mulai berani pada Ayah?!" ucap Daichi Lesmana yang belum berkenan untuk menyudahi kekesalannya. "Kamu pikir, usia Ayah yang sudah tua ini, justru mengurangi kekuasaan dan kekuatan yang Ayah miliki, Sugantara? Tidak! Ayah masih bisa membunuhmu kapan saja, atau mungkin sekadar mengganggu kedua adikmu itu!"Mendengar ancaman yang keluar dari mulut sang ayah angkat, Suga lantas menelan saliva. Kedua telapak t

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 29-Obsesi Sugantara Terhadap Ratih

    "Aku ingin memintamu turun, tapi ...." Usai berkata demikian, Suga berangsur meraih tangan Ratih. Genggaman erat ia lakukan terhadap lentiknya jari-jemari milik wanita itu. Dan ketika ia menoleh, Ratih malah sibuk menatap ke arah depan. "Kamu masih saja merasa canggung ya? Kenapa? Apa suasana di hubungan kita ini benar-benar membuatmu enggak nyaman, Ratih?"Ratih menelan saliva dengan susah-payah. Nyatanya meskipun jago bela diri, pemberani, serta berharga diri tinggi, ia tetap mati kutu ketika Suga memperlakukan dirinya dengan cara yang berbeda. Belum lagi, status hubungannya dengan Suga yang belum jelas, sejatinya membuat Ratih terus berpikir keras; rasanya tidak pantas jika ia dan Suga sampai berciuman ketika tak ada hubungan spesial apa pun, selain atasan dan bawahan. Namun sekali lagi, ia tidak cukup percaya diri untuk menuntut kejelasan hubungan yang ia pikirkan tersebut. "Saya mau turun sekarang, Pak," ucap Ratih setelah sekian detik mampu menentukan langkahnya. Detik berikutn

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 28-Suga yang Juga Belum Berpengalaman

    Jantung Ratih tak bisa berhenti berdebar, sejak Suga merenggut ciuman pertamanya. Bahkan sekarang, ketika telah kembali ke kantor dan jam kerja sudah hampir selesai, Ratih masih belum bisa merasa lebih tenang. Konsenterasinya terus terganggu dengan bayangan keromantisan itu. Sentuhan bibir Suga seolah masih tersisa di bibir, pipi, hingga kening Ratih. Wajahnya kerap memerah setiap kali ia membayangkan itu semua.“Ugh ... bagaimana bisa aku menjadi orang yang semesum ini sih?” ucap Ratih. Detik berikutnya ia lantas mengutuk dirinya sendiri. “Kalau begini terus, aku enggak akan bisa bekerja dengan baik. Ck ....”Usai mengeluh, seulas senyuman justru tampak tertera di bibir Ratih. “Tapi, tadi ... Pak Suga ... apa dia memiliki banyak pengalaman? Kenapa dia selihai itu? Yah, enggak heran sih. Toh, tampang aslinya memang luar biasa tampan. Wanita mana yang akan menolak pesonanya itu?”“Ah, enggak boleh begini terus. Aku harus bekerja. Dan aku harus menemuinya. Mau enggak mau aku memang haru

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 27-Ciuman Pertama Ratih yang Dirampas Sugantara

    "Kenapa malah membawa saya ke apartemen sih, Pak?! Katanya tadi ada kerjaan!" omel Ratih usai dibawa ke apertemen milik atasannya tersebut. Suga tidak menjawab dan justru memasang ekspresi yang cukup datar. Meski kacamata tebalnya belum ia lepaskan, dan poni panjangnya tak ia singkirkan, rona kekesalan terlihat jelas di wajah berpenampilan culunnya tersebut. Sikap Suga tentunya membuat Ratih menjadi heran sekaligus penasaran. Namun untuk kembali mengomel, Ratih sudah tidak berani. Pasalnya, ia sendiri cukup takut dengan apa yang akan Suga lakukan terhadapnya. Terlebih ketika pria itu terus melangkah maju di hadapannya, yang otomatis membuat dirinya terpaksa berjalan mundur. "Aaaakh!" pekik Ratih saat tubuhnya menabrak sebuah meja bundar berukuran lebih kecil daripada meja lain yang juga ada di ruang tamu dari apartemen tersebut. Dengan cepat, Suga menangkap pinggang Ratih, sehingga wanita pemberani itu tak sampai terjatuh. Berkat penyelamatan dadakan yang Suga lakukan, Ratih semak

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 26-Ratih Berasa Diperebutkan-Munculnya Sang Penguntit

    "Baik, Ayah, akan saya usahakan datang secepatnya. Setidaknya sampai urusan saya kelar," ucap Suga pada sang ayah ketika ia diminta untuk pulang, usai ia menjawab panggilan dari ayahnya tersebut. "Pulanglah sekarang. Ayah tahu kamu enggak ada agenda penting! Ayah ingin bicara denganmu, Sugantara!" sahut Daichi Lesmana. Suga menggertakkan giginya usai sejenak menurunkan ponsel dari telinga dan wajahnya. Sebelum memberikan jawaban pada Daichi Lesmana, Suga lantas menatap Ratih yang masih sibuk berbincang dengan Gatra, bahkan saat ini keduanya akan melangsungkan makan siang bersama."Saya akan datang, Ayah," ucap Suga kemudian berangsur mengakhiri panggilan tersebut. Dan seharusnya ia memutar badan, lalu berangkat menuju rumah Daichi Lesmana. Sayangnya, kebimbangan justru terus menyiksa batin dan pikiran seorang Sugantara, yang otomatis membuatnya kebingungan. Ia harus segera merealisasikan perintah Daichi Lesmana, tetapi di sisi lain, ia tidak rela ketika melihat Ratih tertawa bersam

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 25-Melihat Ratih Duduk Berdua Bersama Gatra

    Ratih menuju salah satu restoran yang cukup mahal. Ia mencoba untuk melampiaskan kekesalannya pada Suga dengan membelanjakan sedikit uangnya demi seporsi steak yang lezat. Sekali-kali jajan mahal, tak masalah, bukan? Lagi pula, akhir-akhir ini Ratih juga tergolong lebih hemat, lantaran Suga selalu membayari makan siangnya sekaligus juga memberikan tumpangan untuknya. Hanya saja, dengan sikap yang sebaik itu, masih sangat disayangkan ketika Suga malah bersikap plin-plan. Pria itu sangat ambigu, bukan? Perasaan? Yang benar saja! Mengapa kata perasaan harus keluar dari mulut Suga, jika pada akhirnya tak ada kejelasan apa pun tentang hal tersebut? Yang pada akhirnya malah membuat Ratih semakin tidak habis pikir, bahkan geram. Sikap Suga yang awalnya lebih memilih dirinya daripada ajakan makan siang dari Rinjani, sang adik, mulai tak bisa membuat hati Ratih bergetar lagi."Ck, mungkinkah kebaikannya selama ini padaku memang digunakan untuk menghentikan pendekatan yang dilakukan oleh sang a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status