Gong Xiao Fan terkejut melihat tatapan mata Sukma Geni yang tidak lagi ramah. Dia sedikit menyesal karena telah berkata kurang menyenangkan kepada wanita tersebut. Entah kenapa, meski sudah menggunakan jurus terlarang Membakar Jiwa, Xiao Fan masih merasa kekuatannya tak cukup kuat untuk mengalahkan Sukma Geni yang sudah mulai serius. "Aku sudah berusaha menjadi kakak yang baik meskipun itu menjijikkan bagiku. Tapi kau rupanya lebih memilih aku yang lain... Sekarang, aku ingin menguji kekuatan jurus terlarang milikmu itu!" ucap Sukma Geni lalu sesaat kemudian tubuh menghilang dari pandangan. Terdengar suara para penonton yang kaget saat wanita itu menghilang. Xiao Fan juga tak kalah kaget karena dia yang berada tepat didepan Ratu Jagat Lelembut tersebut saat itu. "Kemana dia pergi!?” batin pemuda itu sambil menoleh ke kanan dan kekiri. Tiba-tiba dia merasakan ada kekuatan yang sangat besar datang dari atas. Dengan cepat Xiao Fan menyingkir dari tempat dia berdiri. Saat itulah, satu
Raksa Geni dan Dewi Cakra saling bertatap mata. Pria muda dengan paras tampan itu tersenyum menatap wanita cantik yang ada di hadapannya. "Tak kusangka, kita harus berhadapan." kata Raksa Geni putra Dewi Ambarwati. "Tidak masalah. Anggap saja ini latihan seperti yang biasa kita lakukan. Tak perlu segan meski aku lebih lemah darimu," sahut Dewi Cakra Geni putri Mahadewi. Dia adalah adik dari Raya Geni si pemilik petir hitam. "Baiklah. Kau juga, jangan kau tahan kekuatanmu. Disini kita akan saling menunjukkan kekuatan masing-masing. Bukankan tujuan kita berlatih bersama ada untuk berada disini?" kata Raksa Geni. Dewi Cakra Geni tersenyum manis. Lalu dia pun bersiap-siap dengan pasang kuda-kuda menyerang. "Kalau begitu, biarkan aku menyerangmu lebih dulu." ucap Dewi Cakra. Raksa Geni mengangguk. Dewi Cakra Geni langsung melesat menyerang pemenang turnamen yang sama 100 tahun lalu. Set! Tubuh Dewi Cakra yang bergerak cepat lalu kakinya nenendang kearah dagu lawan. Raksa Geni memu
Anoman tersenyum kecil melihat keakraban dua anak Batara Geni meskipun berbeda ibu tersebut. "Menarik," ucapnya dalam hati. Dia pun segera mengumumkan kepada semua penonton di gelanggang tersebut bahwa pemenang di duel itu dimenangkan oleh Raksa Geni, juara bertahan Probo Lintang saat ini. Setelah dua anak Batara Geni itu kembali ke tempat mereka dan mendapat perawatan dari para tabib dibawah pengawasan Dewi Chang Yun, Anoman pun mempersilahkan para peserta bernomor 3 untuk naik ke atas arena. Hua Tian Geni berdiri. Semua menatap kearahnya dan menanti, siapa yang akan berdiri lagi. Namun sampai Hua Tian pergi menuju ke arena, belum ada satu pun anak Batara Geni yang bangkit berdiri. Barulah setelah terdengar saling bisik dari mereka, sosok yang membuat Bara dan Gandi sama-sama mengepalkan tinju itu berdiri sambil sedekap tangan. Terlihat sangat santai. Sosok berpakaian kuning berambut kuning itu melompat di udara dan menghilang. Saat muncul kembali, dia sudah berada di atas pang
Hua Tian yang tak menyangka serangan kedua Kojiro begitu cepat hanya bisa mengandalkan pelindung petir miliknya untuk menahan serangan tinju pria berambut kuning tersebut. Blaaar!Terdengar ledakan petir yang menggelegar saat tinju Kojiro dengan kekuatan petir kuning miliknya menghantam pelindung petir milik Hua Tian dengan kerasnya. Tubuh pria itu langsung terpental ke belakang dengan deras. Darah muncrat dari mulutnya pertanda dia sudah terluka dalam."Sial...!" umpat Hua Tian sambil menahan tubuhnya menggunakan pedang Api Biru yan dia tancapkan di lantai arena agar tidak terus terdorong ke belakang. Sraaak!Melihat pedang itu mampu menembus lantai arena, kedua mata Kojiro Geni langsung menyipit."Saat tinju Sukma Geni menghantam lantai itu, tak ada jejak kehancuran sama sekali. Aku pikir lantai ini sangat kuat. Apakah itu berarti pedang di tangan begundal ini lebih kuat dari yang aku duga?" batin Kojiro sambil terus menatap kearah Hua Tian yang akhirnya berhenti terdorong setelah
Semua orang menatap kearah arena dimana telah terjadi sesuatu yang sangat cepat yang tak terlihat oleh mata. Kojiro telah menyerang Hua Tian dengan kecepatan luar biasa mengerikan. Serangan tersebut tak mampu ditangkis oleh putra Dewi Song Hua sehingga dengan mudah Pedang Kusanagi menebas tubuh kakak Song Yue tersebut.Hua Tian masih terdiam terpaku di tempatnya sementara di tribun telah ramai teriakan histeris Sua Ning adiknya. Setelah beberapa saat, Hua Tian pun tumbang. Dan yang membuat ngeri adalah, tubuh pria tersebut terbelah dari bahu kanan hingga ke perut sebelah kiri.Brugh!Suara tubuh Hua Tian yang jatuh dengan tubuh terpotong menjadi dua membuat semua orang berseru ngeri. Jaka Geni yang melihat itu benar-benar terkejut."Bagaimana aku bisa tidak melihat takdir dia...?" batin Jaka Geni sambil bangkit berdiri.Semua orang terlihat panik. Sementara Dewi Song Hua nampak terdiam dengan mata menatap nanar kearah Kojiro. Begitu juga dengan Lian Xie dan beberapa orang lainnya. Mer
Gandi terkejut mendengar teriakan keras Bara Sena yang tepat di telinga sebelah kirinya. Dia menoleh dan memaki panjang pendek kepada Pendekar Golok Iblis tersebut. Setelah sempat melirik dan tersenyum kearah Kahiyang Dewi, pemuda itu pun melompat di udara dan langsung menerjang kearah langit dimana Pedang Es berukuran raksasa tengah melayang turun ke bawah. Sementara, Bara berusaha untuk membujuk Lian Xie untuk menghentikan Pedang tersebut. Akan tetapi bujukan nya tidak mempan sama sekali. "Lian Xie, jika kau terus melakukan ini, banyak orang yang akan berjatuhan. Itu artinya kau akan menjadi seorang penjahat besar di dunia ini. Hentikan sekarang atau aku akan mencium dirimu." kata Bara Seliarang sudah kehabisan akal. Xue Ruo dan Kahiyang Dewi sama-sama terkejut mendengar apa yang Bara Sena katakan. "Hei! Apakah kau akan merebut dia dari Cakara yang sudah menemanimu sejak lama!?” seru Kahiyang Dewi. Lian Xie yang mendengar dirinya akan dicium oleh Bara Sena seketika menghentik
Jaka Geni tak mempedulikan Kojiro yang berlutut sambil mengerang kesakitan. Perhatiannya terpusat pada tubuh Hua Tian yang terbelah menjadi dua dari bahu kanan menyilang ke perut sebelah kiri.Iyana Tunggadewi alias Dewi Kematian langsung mendekat tanpa menunggu aba-aba dari Batara Geni. Kedua mata wanita berparas ayu itu terpejam dengan kedua telapak tangan menyatu didepan dada."Jiwanya masih ada disini. Untungnya Pedang Kusanagi tidak menyegel jiwa Hua Tian." kata Iyana."Baguslah. Kalau begitu, kita bisa mengembalikannya lagi ke dunia ini." kata Jaka Geni.Matanya melirik kearah Kojiro yang tengah terikat kedua tangannya oleh rantai petir merah yang tentu saja sangat menyiksa. Dewi Amaterasu yang tahu hal itu segera mendekat dan memohon kepada Jaka Geni untuk melepaskan putranya."Kakang, tolong lepaskan dia...Dia memang suka kurang ajar dan tidak patuh. Tapi aku yakin, dia tidak berniat membunuh Hua Tian!" kata Dewi Amaterasu.Batara Geni memejamkan matanya. Senyum tipis mengemba
Setelah usaha yang dilakukan oleh Jaka Geni dan istrinya Iyana Tungadewi, akhirnya Hua Tian Geni, anak pertama dari Dewi Song Hua berhasil bangkit kembali dari kematian. Pemuda itu tak menyangka sama sekali dia akan hidup kembali setelah jiwanya sempat diseret oleh Dua Pengawal seram dari Dunia Kematian."Ayah...Ibu Iyana..." lirih Hua Tian dengan mata berkaca-kaca menatap kedua orang yang telah menyelamatkan dirinya tersebut. Lalu tatapan matanya tertuju pada Dewi Song Hua dan kedua adiknya yang telah berada di sana. Mereka berempat pun saling berpelukan. Song Yue yang awalnya masih belum akrab dengan sang kakak akhirnya baru menyadari perasaan kehilangan sehingga dia pun tanpa ragu memeluk kakaknya yang baru bangkit dari kematian tersebut."Beruntung Batara Geni menyelamatkan nyawamu nak..." ucap Dewi Song Hua.Hua Tian mengangguk dan tersenyum kearah ibunya. Orang yang paling dia hormati di dunia ini."Aku kalah bu...Kojiro terlalu kuat." ucapnya dengan nada lesu."Tak masalah. Kau
Tubuh Dewi Nagini memancarkan kekuatan yang luar biasa besar. Bahkan tak hanya satu saja tornado air yang tercipta karena kekuatan dari tubuhnya tersebut. Ada sepuluh tornado air raksasa yang muncul dengan suara bergemuruh dahsyat di kawasan Lembah Kabut Biru. Kabut yang ada di sana pun ikut terseret oleh pusaran air raksasa itu. Dan ternyata, fenomena luar biasa itu tak cukup sampai disitu saja.Dari arah langit di atas Lembah tersebut, muncul pusaran awan hitam raksasa. Gandi yang melihat hal itu tak mengerti apa yang ada di balik pusaran awan hitam tersebut. Dia justru menyamakan pusaran awan hitam itu dengan fenomena saat kemunculan Pedang Guntur Saketi miliknya. Disaat dia tengah memusatkan pandangan matanya kearah langit sana, tiba-tiba pemuda itu merasakan desiran angin dari arah belakang."Tak perlu khawatir anak muda...Kekasihmu sedang menghadapi ujian sebelum dia menembus Ranah Alam Semesta. Ujian ini biasa di alami oleh Dewa yang akan naik ke tingkat selanjutnya menggunakan
Gandi dan Nagini berusaha untuk melepaskan diri dari jeratan aneh yang menyeret tubuh mereka berdua. Namun usaha itu sia-sia saja. Karena Gandi dan Nagini sama-sama merasa kalau kekuatan jiwa keduanya tersegel dan tak bisa digunakan. Alhasil mereka pun diseret oleh kekuatan aneh hingga ke dasar kolam dengan mudah. Dan ternyata, kolam itu sangatlah dalam.Keadaan di dalam dasar kolam sendiri cukup gelap karena semakin tak ada cahaya masuk. Kekuatan aneh yang muncul dari dasar kolam pun semakin Gandi rasakan. Itu adalah kekuatan yang sangat besar seolah-olah mereka berdua berada di atas telapak tangan sosok raksasa."Nagini, sepertinya Mata Air Suci ini memang sengaja menuntun kita untuk masuk lebih dalam hingga ke dasar kolam ini. Mungkin ada sesuatu yang menarik di bawah sana." kata Gandi melalui telepati. Nagini menoleh kearah pemuda itu."Tapi Mata Air Suci ini menyegel kekuatan kita. Untuk apa dia melakukan itu Jika memang memiliki tujuan yang baik?" tanya Nagini yang sudah cukup p
Gandi dan Nagini keluar dari dalam Istana HItam milik Mayadwipa. Setelah sekian lama terkurung di dalam tungku hitam raksasa, akhirnya wanita cantik itu bisa menghirup udara bebas di luar istana yang menyeramkan tersebut. Istana hitam itu nampak lengang dan sepi. Tak ada kehidupan sama sekali di tempat tersebut. Sudah tak ada lagi pengikut Mayadwipa yang tersisa di Istana karena sebelumnya semua pasukan telah dikerahkan untuk berperang."Keadaan di tempat ini sudah sangat berubah sejak aku datang. Istana itu, sebelumnya aku tak pernah melihat istana hitam setinggi ini." ucap Nagini sambil menatap kearah menara istana hitam yang menjulang tinggi ke langit. Gandi tersenyum melihat Nagini yang tengah bahagia. Tiba-tiba dia teringat sesuatu yang sebelumnya sempat mereka bahas di dalam Istana hitam tersebut."Nagini, apakah ada petunjuk mengenai Mata Air Suci itu? Mungkin kau masih mengingatnya dari peta harta Karun milik mantan kekasihmu dulu?" tanya Gandi.Nagini menatap kearah pemuda i
Sementara itu di Dunia Penyimpanan...Bara Sena bangkit berdiri dengan napas yang terengah-engah. Aura petir merah nampak membungkus tubuhnya. Wajahnya mengernyit menahan rasa sakit karena kekuatan Batara Geni tersebut. Namun kekuatan petir itu tak membuatnya terluka parah."Meski kedua Iblis telah berhasil di murnikan menjadi kekuatan sejati milikmu, ternyata jurus-jurus dan pukulan Sakti milik mereka masih bisa kau gunakan walaupun inti kekuatan itu berbeda dari yang aslinya," kata Batara Geni yang masih melayang di udara sambil menatap kearah Dewa Cahaya yang baru saja keluar dari reruntuhan batu.Bara mengusap darah yang keluar dari sela bibirnya. Tubuhnya saat ini masih dalam wujud Dewa Cahaya dengan dua pasang sayap berukuran besar. Cahaya terang juga terpancar dari tubuhnya. Jika lawannya bukan Batara Geni, mungkin saja cahaya itu bisa mengelabui lawan karena silau."Tak kusangka, menghadapimu menjadi semakin sulit meski kekuatanku sudah kembali sepenuhnya. Kau memang luar bias
Gandi Wiratama keluar dari dalam Alam Jiwa setelah urusan disana selesai. Sebelumnya, ada beberapa permintaan dari Ki Ageng Samudra Biru kepada Raja Naga Air tersebut terkait tentang masa depan Dewi Nagini. Hal itu sempat di bicarakan oleh Naga Kuno itu di dalam Alam jiwa setelah Nagini keluar lebih dulu."Gandi, Nagini adalah murid yang sangat aku sayangi. Bagiku, dia sudah seperti anak kandungku sendiri...Selain itu, aku merasa bahwa aku terlalu keras padanya di masa lalu. Waktu itu, aku tidak memperbolehkan dia menjalin hubungan dengan Naga yang lain...Padahal kala itu, ada seorang Naga Air yang ingin meminangnya. Tapi sekarang, aku justru memikirkannya setelah melihat keadaan muridku ini..." kata Ki Ageng."Apakah maksudmu, aku harus menjadi suaminya?" tanya Gandi tanpa pikir panjang. Namun Ki Ageng tak mengelak mendengar pertanyaan tersebut."Bisa jadi begitu. Hanya dengan itu juga, Alam Jiwa Nagini bisa kembali membaik lebih cepat..." ucap Naga Kuno tersebut. Kedua alis Gandi na
Gandi melayang turun dan mendarat di depan Nagini. Pemuda itu menatap sejenak wajah cantik tersebut membuat wanita itu sedikit canggung. Namun dia pun membalas tatapan mata tajam Raja Naga Air sambil menahan senyum."Apa kau baik-baik saja?" tanya Gandi sambil terus menatap wajah Nagini yang memang sangat cantik. Wanita Naga Air itu mengangguk pelan. Gandi menarik napas lega."Aku tak tahu kenapa Ki Ageng merahasiakan cara untuk membuat wanita ini kembali pulih dengan cepat...Apakah cara itu mempunyai dampak yang sangat buruk?" batin Gandi."Aku baik-baik saja. Tapi, kenapa kau menghentikan pertarungan kami? Aku belum puas sebelum memberinya pelajaran!" kata Nagini dengan suara yang sedikit meninggi. Sambil berucap, jarinya menunjuk ke arah pilar emas raksasa dimana Empu Jagat tengah duduk dan uncang-uncang di atas pilar raksasa tersebut. Gandi tersenyum sambil menoleh kearah Empu Jagat. Pria tambun itu pun melayang turun dan mendarat beberapa langkah di belakang Gandi. Tiba-tiba saja
Nagini mendekati Empu Jagat Martapura yang masih melotot kearahnya. Wanita berparas cantik itu menatap pria tambun tersebut dengan seksama sambil berpikir siapa sebenarnya pria bertubuh gemuk itu. Dan kenapa dia bisa berada di Alam Jiwa milik Gandi."Siapa kau? Kenapa di alam jiwa pemuda itu ada pria tua seperti dirimu? Kau juga bukan hanya seorang pria tua, tapi kau memiliki jiwa yang sangat kuat. Sayangnya, jiwamu suda sangat tipis. Mungkin, usiamu tidak kurang dari 1000 hari lagi," kata Nagini ketus membuat Empu Jagat terkejut."Bagaimana bisa kau tahu berapa lama lagi aku hidup!? Bahkan Dewa pun tidak bisa melihatnya meski menggunakan teropong masa depan! Darimana kau mengetahuinya!? Katakan!" seru Eyang Jagat. Nagini tersenyum kecil sambil menggeleng-gelengkan kepala."Itu rahasia. Aku tidak mengenal dirimu, untuk apa aku mengatakannya?" sahut wanita itu yang lagi-lagi dengan suara ketus membuat Eyang Jagat menggaruk-garuk kepala."Uh...Memang benar, aku juga belum tahu siapa dir
Gandi melayang terbang ke arah pulau yang gersang tersebut. Pulau itu cukup besar dan banyak ditumbuhi pepohonan. Tapi entah mengapa pohon-pohon itu kering sehingga tempat tersebut lebih cocok disebut hutan mati. Pemuda itu pun menyusuri hutan kayu mati tersebut dengan terbang rendah. Sepanjang perjalanan, dia melihat tengkorak-tengkorak yang berserakan di tanah dalam keadaan setengah hancur. Hal itu menandakan banyak sekali makhluk hidup yang mati disana karena sesuatu yang besar. Ki Ageng Samudra Biru tiba-tiba keluar dari tubuh Gandi dan terbang di samping pemuda tersebut."Saat semua pemilik Alam Jiwa sekarat dan kehabisan kekuatan jiwa, di Kerajaan Jiwa ini akan terjadi bencana mengerikan yang bisa menewaskan semua makhluk hidup yang ada di dalamnya. Karena disaat itu, pemilik Alam Jiwa akan menggunakan kehidupan yang ada di Alam Jiwa untuk memulihkan tubuhnya. Hal ini juga sama dengan apa yang terjadi pada muridku. Keadaan Nagini yang mengenaskan membuat Kerajaan Jiwa miliknya m
Ki Ageng Samudra Biru tersenyum melihat tekad yang begitu kuat dari dalam jiwa Gandi."Kelak kau akan melebihi diriku anak muda...Kau sudah memiliki semuanya dan usiamu masih sangat muda. Mungkin, apa yang sebelumnya tak bisa kau raih, kau dapat mencapainya..." batin Ki Ageng.Aura biru terang masih melayang di depan Gandi dan Naga Kuno tersebut. Sepertinya penyerapan Pil Pemulih Jiwa cukup lama."Ki, sebelumnya kau pernah berkata bahwa di dalam Lautan Jiwa milikku telah tumbuh sebuah pulau. Bisakah kau jelaskan sekarang, apa maksud dari pulau itu?" tanya Gandi."Hm...Benar juga. Aku hampir melupakan hal itu anak muda. Mengenai pulau itu, namanya adalah Awal Kehidupan. Pulau itu akan menjadi semakin berkembang dan membesar seiring dengan perkembangan dirimu. Lebih mudahnya, itu adalah cikal bakal Kerajaan Jiwa sama seperti yang dimiliki oleh Batara Geni. Besar dan tidaknya itu tergantung pada kekuatan dari pemilik Kerajaan Jiwa. Seperti yang kita lihat, Kerajaan Jiwa milik Batara Geni