Dewi Yu Jie menatap apa yang Bara lakukan di depan sana. Nampak dari atas pemuda itu muncul lingkaran merah disusul keluarnya sembilan bola api berukuran raksasa yang melayang tepat di belakang tubuh sang Dewa Cahaya. Senyum tipis mengembang dibalik cadar biru wanita tersebut."Berusahalah sekuat tenaga...Semuanya tidak memiliki arti sama sekali di dalam Dunia milikku ini," ucapnya lalu tangan wanita itu mengarah ke dapan. Dari mata ketiga yang ada keningnya, terlihat cahaya biru terang pertanda dia akan mengerahkan sesuatu. Dewi Yu Jie pun merapal sebuah mantra.Bara tak mau menunggu wanita tersebut selesai merapal. Dia segera mengerahkan sembilan bola api miliknya sekaligus kearah wanita Panglima Dewa tersebut. Gemuruh dahsyat terdengar saat sembilan bola api yang merupakan kekuatan dari Iblis Tanduk Api itu bergerak dengan cepat bagaikan meteor. Meskipun Bara telah murni menjadi sosok Dewa Cahaya, kekuatan sejati dari Iblis Tanduk Api sudah mendarah daging di dalam tubuhnya sejak
Prak!Giok hitam di tangan Fang Yin pecah. Saat itu juga, terdengar suara gemuruh dari atas langit sana. Bara tersenyum menatap kearah langit."Akhirnya aku bisa bertarung dengan lawan yang kuat...Kroco-kroco ini lebih baik menjadi penonton saja," ucap Bara lalu dia mengarahkan tangannya ke depan. Saat itu juga dari dalam telapak tangannya keluar satu sosok pria berambut merah dengan wajah yang menyeramkan. "Guo Jiu, bermainlah dengan mereka. Tapi, jangan membunuhnya..." kata Bara."Oh? Para dewa? Hehehe...Baiklah Tuan..." kata sosok yang tak lain adalah Iblis Darah Langit Guo Jiu.Fang Yin terkejut sekaligus ketakutan melihat kemunculan Iblis di tempat tersebut. Apalagi setelah mendengar Iblis itu memanggil Bara dengan sebutan Tuan. Hatinya semakin ciut dan hanya bisa berharap Panglima Dewa segera datang menolong nya. Matanya menatap ke arah depan sana dimana puluhan Dewa Pedang tengah terbang ke arahnya dengan cepat menggunakan Pedang sebagai tumpangannya."Nona Fang Yin! Kami akan
Bara menatap benda sebesar telapak tangan itu melayang di atas tangan Fang Yin. Kedua matanya berkilat kuning lalu mengarahkan telapak tanganya kearah benda tersebut. Pusaka bernama Teratai Dewa itu terbang ke arah sang Dewa Cahaya dengan perlahan. Fang Yin yang mengetahui hal itu terlihat gugup dan panik."Dia bisa membuat Teratai Dewa tunduk padanya...?" batin wanita itu."Teratai Dewa...Apa yang akan kau gunakan dengan benda ini untuk melacak keberadaan tubuh Reinkarnasi Roh Suci?" tanya Bara."Di dalam Teratai Dewa ada kekuatan sejati milik leluhur yang bisa melacak kekuatan lain selain manusia, Dewa maupun iblis. Dengan kata lain, pusaka itu memang diciptakan untuk berburu roh dari dunia lain." kata Fang Yin."Apa alasanmu memburu Roh yang juga tengah ku cari?" tanya Bara lagi.Fang Yin terdiam. Dia masih ragu untuk mengatakan hal yang sebenarnya. Saat itu juga, dia merasakan tubuhnya kembali memanas. Wajahnya memerah seperti menahan
Wanita cantik tersebut saling bertatap mata dengan Bara Sena yang saat ini tepat berada di hadapannya dalam jarak kurang dari selangkah. Itu adalah jarak yang sangat dekat bagi sang Utusan Dewa. Dalam jarak sedekat itu, wanita tersebut bisa melihat dengan jelas paras tampan dari Bara Sena yang memukau hatinya."Aku ingin bertanya satu hal padamu. Apakah kau tahu tentang pemilik tubuh Reinkarnasi Roh Suci?" tanya Bara sambil menatap tajam kearah wanita cantik tersebut."Tubuh Reinkarnasi Roh Suci...? Apakah yang dia maksud adalah Tungku Ajaib di dalam tubuh gadis itu...? Kalau benar begitu...Perjalananku dalam masalah!" batin wanita tersebut."Hei! Apa yang kau lakukan pada ketua kami!?" teriak salah satu Utusan Dewa yang sebelumnya berniat menghampiri Bara Sena."Jika kau berani menyentuh ketua, kau akan mati!" teriak yang satunya lagi mengancam.Bara tersenyum sinis. Matanya melirik kearah dua utusan Dewa yang tengah meluncur kearah
Gandi membuka kedua matanya setelah merasa kekuatan jiwanya kembali pulih. Begitu dia membuka mata, dia terkejut melihat ke empat roh senjata itu sudah duduk di hadapannya sambil menatap dirinya. Yang membuat dia kaget dan heran adalah, wajah ke empat roh itu nampak begitu bersedih."Ada apa dengan kalian? Apakah sesuatu terjadi saat aku tengah bersemedi?" tanyanya kemudian."Kakang, Bisakah kau jelaskan kepada kami, bagaimana keadaan Kakang Banyu Biru?" bertanya Dara Purbavati sambil menatap pemuda tersebut. Gandi pun memandang empat roh senjata tersebut satu persatu. Lalu dia menghela napas dalam-dalam dan membuang nya dengan keras. Ada perasaan yang tidak nyaman sama sekali di hatinya."Dia berkata akan tidur panjang setelah menggunakan Mantra Pelepas Karma." kata Gandi membuat empat senjata roh itu terdiam. "Itu terjadi saat kami bertarung melawan Sang Kegelapan. Dia berusaha membantu para jiwa yang ada disini agar terlepas dari belenggu
Tubuh Dewa milik Gandi bergerak melangkah kearah sang Kegelapan yang tengah memulihkan tubuhnya. Lubang dan kehancuran di bagian tubuh makhluk itu secara perlahan mulai menutup kembali. Sementara Tombak Banyu Biru masih menempel di dalam Inti dari makhluk tersebut. Begitu juga dengan Pedang Guntur Saketi yang masih menancap di kepala sang raksasa.Tangan Tubuh Dewa bergerak meninju kepala sang Kegelapan. Namun ternyata serangan itu berhasil ditahan oleh tangan aneh berwujud tulang yang keluar dari mulut makhluk tersebut. Tak berhasil dengan satu tinju, tinju yang lain pun datang menyusul. Kali ini serangan tersebut berhasil menghantam rahang kiri sang Kegelapan dengan keras hingga membuatnya hancur.Karena tangan dari Tubuh Dewa Gandi ada empat, serangan berikutnya menjadi serangan beruntun yang sangat mematikan. Tubuh sang Kegelapan menjadi bulan-bulanan tubuh Dewa Gandi. Pemulihan yang seharusnya dengan cepat menyatukan tubuh makhluk itu pun menjadi terhamba
Saat tubuh Gandi melesat dengan cepat kearah raksasa hitam, kedua kakinya meninggalkan jejak petir yang kemudian meledak dengan keras. Kecepatan pemuda itu pun bagaikan kilat yang menyambar. Sementara, Banyu Biru melompat dari tangan Sang Kegelapan ke udara dan jungkir balik di atas kepala makhluk raksasa tersebut sambil melepaskan pukulan sakti dari telapak tangannya.Wusss! Daaarrr!!!Ledakan keras tersebut membuat sang raksasa sedikit terbungkuk dan langsung mengayunkan tangan kirinya. Dengan lincah Banyu Biru pun mengelak sehingga serangan tersebut tidak mengenai tubuhnya. Namun sayangnya, dari dalam tubuh raksasa itu muncul tangan-tangan tengkorak yang menyambar tubuh Banyu Biru.Brak!Tubuh Banyu Biru pun terpental jauh setelah terkena hantaman dari beberapa tangan tengkorak. Disaat yang sama, Gandi telah tiba dan langsung menghujamkan Pukulan Tiga Penghancur Surga miliknya ke arah tubuh Sang Kegelapan yang perhatiannya baru s
Raksasa Sang Kegelapan akhirnya runtuh setelah jiwa-jiwa yang terbelenggu lepas dan beterbangan ke langit. Gandi berdiri di atas bahu Tubuh Dewa miliknya sambil menatap semua itu dengan hati yang kacau. "Banyu Biru..." lirihnya dengan mata yang berkaca-kaca. Entah kenapa, ucapan terakhir dari roh senjata Tombak Banyu Biru itu membuat hatinya terasa sakit. Roh itu telah memberinya banyak pengalaman yang tidak sederhana untuknya. Yang paling berkesan bagi Gandi adalah kemampuan yang diberikan oleh roh tersebut, yakni kemampuan untuk membentuk Tubuh Dewa. Kemampuan yang belum pernah dia bayangkan sebelumnya sama sekali. Dan dia dapatkan dari roh senjata yang baru dikenalnya.Setelah tubuh raksasa sang Kegelapan runtuh dan hancur hingga menjadi serbuk hitam, keadaan di Jurang Kesedihan itu pun mendadak berubah dalam sekejap. Kabut tebal yang selalu menutupi jurang besar itu menghilang secara aneh. Sehingga keadaan jurang tersebut, kini menjadi terlihat seperti apa wuj
Gandi melompat mundur lalu kembali menggerakkan tangannya merapal sebuah mantra. Saat itu juga dari dalam bawah kakinya keluar sepasang tangan air yang kemudian bergerak cepat kearah sang Kegelapan."Ini waktunya!" seru Gandi sambil mengarahkan salah satu tangannya ke depan.Dua tangan air pun menderu ke depan sana lalu mencengkram sosok sang Kegelapan yang tengah terikat oleh mantra Perajam Jiwa. Setelah menangkap tubuh makhluk tersebut, Gandi segera mengangkatnya ke udara lalu meremasnya. Teriakan sang Kegelapan tak terdengar lagi karena mulutnya terbekap oleh tali biru dan juga sepasang tangan air raksasa.Banyu Biru yang berada di sebelah Gandi segera melesat kearah tubuh sang Kegelapan yang terkurung di dalam air. Tombak di tangan kanannya bergerak cepat menusuk tubuh makhluk tersebut hingga tembus ke punggung. Saat itu juga, Sang Kegelapan pun terdiam. Kedua matanya yang merah menatap kearah Banyu Biru lalu tanganya bergerak mencengkram kedua bahu ro