Gandi tertawa kecil sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya untuk menggoda Kusumadewi yang saat itu tengah malu.
"Kenapa kau tak pernah bilang padaku saat masih ada di Tanah Kutukan?" tanya Gandi.Kusumadewi terdiam sambil membenamkan wajahnya di punggung pemuda tersebut. Gandi yang penasaran dengan wanita roh itu segera membalikkan tubuhnya sehingga kini mereka berdua saling berhadapan.Dengan lembut pemuda itu menyentuh dagu Kusumadewi dan membuat kepala wanita roh mendongak. Saat itulah, Gandi melihat wajah ayu yang menawan di depan matanya.Tatapan mata Kusumadewi yang sayu membuat Gandi menelan ludah. Apalagi saat ini tubuh wanita itu tak mengenakan apapun alias t3lanjang bulat. Napas pemuda itu pun nampak memburu setelah matanya sedikit melihat bagian bukit indah Kusumadewi yang sebagian menyembul dari dalam air.Keduanya saling bertatap mata dengan tatapan penuh arti."Aku sama sekali tidak tahu kalau kau menyukai dirikSukma Geni membuka kedua matanya secara perlahan. Dia menatap kearah Bara Sena yang duduk dengan mata terpejam di sampingnya. Kemudian matanya beralih pada tangan Bara yang menyentuh lengannya."Dia tengah menyalurkan kekuatannya padaku...Apa yang terjadi pada diriku...? mengapa aku tak sadarkan diri?" batin Sukma Geni sambil mengingat-ingat kejadian terakhir yang menimpa dirinya.Tiba-tiba wajahnya mengernyit menahan sakit di bagian dada dan perut kanannya. Saat dia memeriksa, terlihat luka terbuka pada bagian tubuhnya tersebut."Aku terluka...? Bagaimana bisa...?" lirihnya membuat Bara terbangun."Kau sudah sadar?" tanya pemuda itu."Apa yang terjadi padaku? Aku teringat, saat terakhir sebelum aku tak sadarkan diri adalah kau menyerang Naga tersebut dengan Pukulan sakti...Tapi, apa-apaan dengan tubuhku yang penuh luka ini?" tanya Sukma."Entahlah, aku sendiri juga bingung kenapa ini bisa terjadi pada dirimu yang memiliki tubuh senjata. Setahuku, kau tak bisa terluka..." sahut Bara.
Bara Sena menatap kearah depan dimana bola api raksasa yang tercipta dari Pukulan miliknya membuat danau putih berkabut itu luluh lantak. Dia yakin, Naga Hijau itu tak mungkin bisa bertahan dari ledakan sebesar itu. Saat itulah, tiba-tiba dia teringat pada Sukma Geni."Bagaimana keadaaannya? Dia berada sangat dekat dengan ledakan..." batin Bara yang merasa sedikit cemas.Meski dia menyadari bahwa Sukma merupakan sosok yang sangat kuat, tetap saja, menerima ledakan mengerikan seperti itu bisa membunuhnya dalam sekejap. Bara tidak tahu bahwa wanita itu sudah terpental sangat jauh hingga sampai di sebrang sana.Sementara itu, rombongan Sun Wukong pun tergeletak di atas tanah berumput dalam keadaan basah kuyup. Gelombang raksasa itu membawa mereka ke suatu tempat yang sangat asing. Araka yang terbangun lebih dulu menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan keadaan rekan-rekannya. Kemudian dia membangunkan Jia Li yang berada di sebelahnya. Wanita itu bangun lalu duduk dalam keadaan lesu. S
Bara Sena melesat kearah depan dengan cepat untuk membuka kesempatan bagi Sukma mengalahkan sosok yang ada di atas kepala sang naga. Selama sosok itu masih ada, Naga Thymera akan terus bangkit dan menjadi tak terkalahkan. Yang ada malah kekuatan jiwa mereka semakin menipis dan membuat musuh memiliki kesempatan melakukan serangan balik.Bara yang sudah tahu itu akan terjadi melalui mata Jiao Fang tak akan membiarkan Naga itu kembali bangkit setelah dia berhasil mengalahkannya. Dengan bantuan dari Sukma Geni, melawan mereka bukan hal yang terlalu sulit.Sosok di atas kepala Naga itu menarik anak panah dan membidik kembali Bara yang tengah berlari kearahnya. Setiap Dewa itu berlari, di bawah kakinya membentuk lantai es yang memberinya pijakan di atas air."Huh? Menciptakan es di bawah kakinya sambil berlari agar dia tetap bisa berada dibawah air? Rencana yang bagus..." ucap Sosok tersebut kemudian melepaskan anak panah miliknya setelah dia mengunci pergerakan sang Dewa Cahaya.Set!Anak
Bara Sena segera mengerahkan kekuatan jiwa miliknya untuk membentuk dinding es raksasa yang menahan gelombang air dampak dari tubuh Naga Raksasa yang jatuh kembali ke danau setelah sebelumnya melayang di udara karena pukulan kuat Sukma Geni. Gemuruh dahsyat dari gelombang air yang menghantam dinding es membuat tempat itu bergetar.Sukma Geni menoleh kearah Bara sambil tersenyum."Terimakasih," ucapnya.Bara mengangguk kecil."Seranganku tadi tidak mengenai inti tubuhnya. Dia masih bisa bertarung. Ditambah sosok yang ada di atas kepalanya itu, panah aneh miliknya cukup merepotkan." kata Bara."Aku mengerti. Kita harus bekerjasama. Kekuatan tangan Neraka milikku tak bisa digunakan jika bertarung di atas air seperti ini. Jadi aku mengandalkan kekuatan es milikmu, dan kekuatan Api Brojomusti milikku," kata Sukma."Tak masalah...Aku akan melindungimu sebisa mungkin. Kau hanya perlu mencari celah untuk mengalahkan pemanah itu." ujar Bara. Sukma mengangguk.Gelombang air akhirnya mereda. Nam
Bara Sena dan Sukma Geni sama-sama bertindak waspada saat keduanya mendapatkan serangan tak terduga di tengah danau berkabut. Mereka berdua sama-sama bisa merasakan nafas yang kuat dari arah depan sana. "Makhluk ini...Apakah dia binatang Iblis atau seekor naga...?" gumam Bara."Dari napasnya, aku rasa dia adalah seekor naga...Tapi, Naga yang akan kita hadapi memiliki kekuatan yang liar dan ganas. Lebih baik berhati-hati...Kita tidak tahu seberapa kuat dia," kata Sukma Geni.Grrooooo!Terdengar raungan keras menggelegar dari arah depan. Sesaat kemudian, cahaya kilat menyambar kearah mereka dan menimbulkan ledakan yang luar biasa. Perisai cahaya masih mampu bertahan dari serangan tersebut meski retak di beberapa bagian."Serangan yang kuat! Sukma, apa kau siap untuk bertarung di atas air?" seru Bara."Yang benar saja! Aku tak bisa terbang, dan aku tak suka berenang!" sahut Sukma Geni."Mau bagaimana lagi, keadaan kita tidak diuntungkan karena larangan terbang di dunia ini." ucap Bara k
Bara dan Sukma Geni berhenti melangkah di depan danau yang ditutupi oleh kabut. Suasana disana sangat sepi. Dunia di bawah gurun itu memang sangat berbeda dengan yang ada di atas sana. Suasana di tempat tersebut bak surga dibawah Neraka dimana di atas sana adalah padang gurun yang sangat panas membara. Danau itu memiliki warna yang unik, yakni warna putih susu dengan pepohonan berdaun merah keunguan menghias di pinggiran danau tersebut."Tempat yang aneh..." Bara membuka pembicaraan."Tapi tempat ini lebih mendingan ketimbang yang ada diatas sana. Teduh, damai..." sahut Sukma sambil menatap sekeliling."Orang-orang itu, apakah mereka menyebrangi danau ini...? Atau ada jalan lain yang bisa dilewati?" gumam Bara sambil mengamati sekitar. Dia tak melihat jejak apa pun kecuali rumput yang tersibak seperti ada yang baru saja melangkah melewati tempat tersebut."Mereka berhenti di tepi danau ini dan tak ada lagi tanda-tanda mereka pergi ke arah kanan maupun kiri. Itu artinya mereka menyebr