Bara Sena meraih gagang Golok Iblis miliknya. Aura cahaya mengalir dari dalam tubuh pemuda itu menuju ke Golok besar yang ada di tangannya. Saat itu juga, Golok yang semula berwarna hitam berubah warna menjadi kuning terang."Kau tidak salah, ini memang Golok Luo Tian Long milik Keluarga Luo. Tapi sekarang senjata ini telah mengakuiku sebagai Tuannya." ucap Bara sambil menatap Yu Xuan."Aku tak menyangka, Golok Iblis yang pernah ramai di perbincangkan saat peperangan di dunia manusia melawan Iblis ternyata adalah Golok Luo Tian Long...Kau benar-benar mengejutkan diriku anak muda! Tapi, apa kau pikir aku akan takut dengan senjata itu? Aku pernah dengar, siapa pun orangnya tidak akan bisa mengayunkan golok itu lebih dari sepuluh kali!" kata Yu Xuan lalu dirinya bersiap untuk menyerang.Bara tersenyum sinis. Kedua matanya yang menyala kuning terang menatap tajam kearah pria tua tersebut."Kau ingin mencobanya? Akan aku kabulkan!" ucap pemuda itu
Bara membuka kedua matanya secara perlahan-lahan. Hal pertama yang dia lihat adalah atap daun kering yang sudah menghitam seperti terkena asap dalam waktu yang lama. Dia tak lagi merasakan kedinginan seperti yang dia alami sebelumnya. Saat dia menoleh ke samping, dirinya melihat tungku pembakaran yang masih menyala. Di atas tungku tersebut terlihat kuali berukuran sedang yang nampak mengepulkan uap seperti air yang tengah mendidih. "Ada dimana aku sebenarnya?" batin pemuda itu sambil berusaha untuk bangun. Namun dia terkejut karena dirinya tak bisa menggerakkan tubuh sama sekali. Saat dia hendak mengerahkan kekuatan jiwa, Bara kembali teringat tentang tujuannya datang ke Gunung batu tempat dimana Kuil Dewa Pedang berada. "Hampir saja aku melakukan hal yang salah. Jika aku mengerahkan kekuatan jiwa, larangan itu akan menyala dan Yu Sha bisa saja langsung datang untuk membunuhku." batin Bara lalu dia pun terpaksa kembali tiduran
Tibet...Air mengalir begitu tenang di sungai kecil yang dangkal. Bara Sena berhenti melangkah dengan napas terengah-engah lalu dia pun berjongkok. Kemudian pemuda itu mengambil air bening tersebut dan meminumnya hingga beberapa tegukan. "Aaaah! Segar sekali rasanya setelah berjalan selama tiga hari di tengah padang pasir yang tandus dan gersang...! Huh, tak kusangka, Kuil Dewa Pedang ada di tengah gurun tandus ini." ucap pemuda itu sambil duduk di pinggiran sungai. Matanya menatap ke arah gunung batu yang menjulang tinggi di depan sana. Meski area di sepanjang mata memandang adalah gurun pasir yang tandus, namun di bawah gunung batu itu benar-benar berbeda. Ada sungai jernih mengalir dan pepohonan yang lebat."Kenapa kau ingin datang ke tempat ini? Bukankah kau bilang kalau tempat ini berbahaya untukku?" tanya gadis kecil bernama Yoriyu yang juga ikut dalam perjalanan Bara menuju ke Gunung batu yang ada di tengah gurun tersebut. Wajah gadis itu nampak memerah oleh panasnya matahari.
Batara Geni mengajak Gandi dan keluarganya untuk berkumpul dan membicarakan beberapa hal penting terkait Kerajaan Naga Air. Di momen itulah, kesempatan bagi Gandi untuk berterimakasih kepada sang Mahadewa karena telah menghidupkan kembali kedua orang tuanya."Ayah mertua, terimakasih karena kau sudah membangkitkan kedua orang tuaku dari kematian...Bagiku, ini adalah hadiah terbesar yang kau berikan dibanding yang lainnya..." kata Gandi dengan wajah menunduk. Batara Geni yang masih duduk di kursi kayu terseyum."Tak perlu sungkan bocah. Aku hanya bisa melakukan sebisaku saja. Meski kedua orang tuamu sudah hidup kembali, mereka juga tak bisa menjadi seperti dulu lagi. Ayahmu hanya bisa belajar ilmu bela diri biasa untuk melindungi diri dari kejahatan di dunia manusia fana. Meski dia berjuang sekuat tenaga untuk berlatih, ayahmu hanya bisa sampai ke Ranah Penempaan Tulang saja..." kata Batara Geni membuat Gandi tertegun. Ada perasaan kecewa dan juga sedih mendengar hal itu."Kau jangan m
Gandi membuka kedua matanya setelah cukup lama berada di Lautan jiwa. Saat matanya terbuka, terlihat wajah cantik sang Ratu menatap dirinya sambil tersenyum."Sekar...?" batin pemuda itu sembari membalas tersenyum."Kakang, kau sudah selesai bersemedi?" tanya Sekar Asih dengan suara lembut. Gandi mengangguk. Ada perasaan yang tenang saat mendengar suara lembut dari istrinya tersebut.Dia pun memandang sekeliling dan terkejut karena dirinya telah dikelilingi oleh banyak orang. Yang membuat dia terkejut tentu saja karena dia mengenal semua orang yang mengelilingi dirinya."Kalian...""Selamat kakang Gandi, kau sudah menjuarai turnamen Probo Lintang. Kau sungguh luar biasa..." ucap Maya Geni. Nawang Geni, Dewi Candrika dan beberapa anak Batara Geni lainnya juga sudah ada disana untuk memberikan selamat. Tak terkecuali Kojiro Geni bersama adiknya , Tatsuka Geni.Sebelumnya mereka berdua saling berselisih bahkan sebelum Turnamen diadakan. Namun saat ini Kojiro Geni sudah sangat berbeda. Wa
Raja Naga Bumi Bratajaya menatap belasan pengikutnya yang sudah tak berdaya. Hatinya terasa perih melihat keadaan mereka."Baiklah, aku akan kembali sendiri ke Kerajaan Naga Bumi. Kalian bertahanlah disini menjaga kekuatan Batu Jiwa Naga yang sudah kita tanam bersama Gunung ini. Selama kekuatan batu jiwa Naga masih ada, ras kita masih ada harapan untuk kembali berjaya di masa yang akan datang. Nama kalian akan aku ukir di prasasti sebagai pahlawan untuk Kerajaan kita." kata Bratajaya dengan suara serak."Terimakasih Yang Mulia. Sebelum kami melepas jiwa, kami masih bisa membantu Yang Mulia membuat kunci untuk kembali kesini. Dengan kunci itulah, yang akan menjadi satu-satunya cara untuk bisa membuka kembali tempat ini. Hanya saja, tidak sembarang orang bisa melakukanya jika dia tak berjodoh. Yang Mulia harus memilih satu orang saja untuk mendapatkan kemuliaan dari Ras kita." kata salah satu Naga yang masih memiliki semangat meski napasnya sudah putus-putus.