Share

Bab 7

Author: Safiiaa
last update Last Updated: 2021-10-21 11:38:40

Gelang Emas Untuk Emak part 7

"Selamat pagi sayang ... yuk bangun, mandi dulu trus sholat subuh bareng," ucap seorang wanita di sebelah Farhan. Mengelus pipi Farhan lembut penuh kasih sayang.

Perlahan matanya terbuka, bibirnya tersenyum melihat seseorang di sebelahnya. Dipandanginya dengan tatapan penuh cinta wajah wanita itu. Setelah puas membingkai wajah itu, ia bergegas bangun, duduk sejajar dengannya. Kemudian ia usap lembut jemari lentik itu sebelum ia berlalu menuju kamar  mandi. Sang wanita tetap duduk di sisi ranjang, menunggu Farhan selesai melakukan aktifitasnya.

Pintu kamar mandi hampir terbuka kala sang wanita selesai mengenakan mukenanya. Tersenyum menyambut Farhan dengan kopyah dan sarung ditangannya. Diulurkannya sarung tersebut tanpa menyentuh tangan Farhan, sudah memiliki wudhu. Sambil berdiri dipandanginya wajah Farhan, ia tersenyum bahagia.

Farhan berdiri di depan, diikuti dengan sang wanita disisi kanannya, sedikit agak kebelakang, tidak sejajar. Memimpin shalat dengan khusyu', dengan suara merdu ia lafadzkan kalam Allah. Sang wanita terhanyut dalam irama surah yang dibacakan Farhan. Menikmati setiap gerakan shalat.

Setelah salam diraihnya tangan Farhan, diciumnya takdzim tangan kekar itu. Dilanjutkan dengan tadarus bersama. Saling membenarkan bila ada bacaan yang salah.

Sang mentari hampir menampakkan sinarnya kala mereka berdua menyelesaikan bacaannya. Meninggalkan Farhan dalam kamar, si wanita tersebut berlalu menuju dapur, menyiapkan sarapan. Tak mau jauh, Farhan pun bergegas mengikutinya. Membantu apa yang bisa ia kerjakan. Berdua. Ah indahnya.

***

Suara tepukan lembut tak kunjung menyadarkan Farhan dari mimpi indahnya. Dipeluknya guling kapuk erat sambil senyum dengan mata terpejam. Mimpi.

Dielusnya pipi Farhan, namun tak jua membuat puteranya membuka mata. Emak geleng - geleng kepala. Mimpi apa anak ini. Dibiarkannya Farhan menikmati mimpi indahnya sejenak, toh juga baru adzan subuh, masih ada waktu pikirnya.

Bergegas ia mengambil wudhu, lalu pergi ke mushalla. Rutinitas yang tak pernah ia tinggalkan. Jamaah subuh. Membuat hatinya tenang. Ada rindu kala ia melewatkannya. Sekuat tenaga ia jaga tidurnya agar terjaga disepertiga malam. Menikmati indahnya bermunajat kala para makhluk terlelap. Berdialog dalam sujud diatas bumi, namun didengar oleh penduduk langit. Beberapa rakaat tahajud ia selesaikan, ditutup dengan witir. Sambil menunggu adzan subuh ia sempatkan membuka kitab suci. Meskipun hidup dalam kemiskinan, hatinya tenang kala dekat dengan Tuhannya.

Berjalan terburu - buru dari mushalla menuju kamar puteranya. Ia lupa jika puteranya masih terlelap. Segera ia bangunkan dengan lembut sampai mata itu terbuka. Ditunggunya sampai kesadaran penuh menghampiri Farhan. Sambil tersenyum ia duduk di sisi ranjang puteranya.

"Susah amat dibangunkannya Le? Mimpi apa sih?" 

Dipandanginya Farhan yang terlihat bingung. Terdiam sejenak mengumpulkan puzle ingatannya. 

Senyum merekah kala ingatannya sempurna. Mimpi shalat berjamaah dengan wanita bergelar istri. Ya, Farhan mimpi. Namun ia malu untuk menceritakannya kepada sang Emak.

"Mimpi dapat rejeki Mak," jawab Farhan sambil berlalu keluar kamar. Menuju kamar mandi, membersihkan diri lalu menunaikan kewajibannya. Tak lupa ia berdoa, memohon jodoh terbaik diwaktu yang tepat. Seperti dalam mimpinya.

***

Pagi yang indah dengan semangat menggebu - gebu. Mimpinya membuatnya semangat menjalani rutinitasnya. Sepiring nasi goreng dengan lauk telur mata sapi, juga segelas teh hangat telah siap di meja. Menunggu sang empunya datang menghampiri. Kepulan asap wangi nasi goreng menguar diindera penciumannya. Membuatnya bergegas menghampiri sepiring nasi goreng tersebut. Memakannya dengan lahap. Lapar.

Emak masuk ke dalam rumah kala Farhan mencuci piring bekas makannya. Diraihnya kursi sebelah Farhan duduk tadi. Kebiasaannya yang lain adalah duduk berdua sebelum Farhan berangkat ke pasar. Menemani Farhan menghabiskan sarapannya dan segelas tehnya sambil berbincang.

"Le kemarin ada mbak - mbak cantik datang kesini," ucap Emak.

"Siapa Mak? Calon mantu?" kelakar Farhan. Teringat wanita dalam mimpinya tadi. Sayang tak jelas bagaimana rupawannya gadis dalam mimpi itu.

"Eh kok bahas calon mantu segala, emang sudah kepengen nikah?" goda Emak. Disambut tawa oleh Farhan. Belum waktunya.

"Siapa yang mau Mak, wong Farhan cuma kuli. Kerjaannya angkat - angkat barang, di pasar pula," jawab Farhan merendah.

"Ya ga boleh pesimis gitu. Kalo jodoh ya bisa apa? Yang penting itu perbaiki diri, karena jodoh itu cerminan dirimu,"

"Wes to Mak kok jadi bahas jodoh, emang siapa yang kesini?" sela Farhan.

" Ada anaknya temen Bapakmu. Dulu pernah pinjam uang, belum dikembalikan. Baru kemarin itu dikembalikan sama anaknya" 

Emak berdiri dari kursinya, menuju lemari tempat ia menyimpan uang dalam amplop itu. Diletakkannya uang itu di meja dihadapan Farhan.

"Lah kok dikasih ke Farhan Mak?"

"Uang itu hak kamu. Dulu Emak sisihkan uang belanja untuk masa depan kamu. Tapi sama Bapakmu dipinjamkan ke temennya. Sekarang ini kamu simpan. Mau diapakan terserah kamu,"

"Kalau memang ini hak Farhan, baiklah Farhan terima. Tapi Farhan titipkan ke Emak. Kalau Emak butuh sewaktu - waktu boleh dipakai. Farhan belum butuh uang itu Mak," tolak Farhan.

"Baiklah Emak simpan ya? Kalau kamu sudah siap mau buka usaha, uang ini boleh dipakai," terang Emak. 

Farhan berangkat kerja dengan hati berbunga - bunga. Mimpi  mempunyai istri, ditambah lagi pagi - pagi Emak sudah memberinya rejeki. Seandainya mimpi itu menjadi kenyataan, betapa bahagianya hidup Farhan. Sabar Farhan. Belum waktunya. Batin Farhan berbisik.

***

Emak melanjutkan pekerjaan rumahnya setelah Farhan berangkat. Berjalan keluar setelah mendengar ada kang sayur lewat sambil menggenggam selembar uang berwarna merah. Ongkos dari Bu RT setelah membantunya hajatan kemarin. 

Emak memilih beberapa sayur segar dan lauk. Hanya membeli secukupnya karena tidak ada lemari pendingin dalam rumahnya. Tidak mau tergabung dalam obrolan ibu - ibu kampung yang biasanya menjurus pada ghibah, Emak kembali kedalam rumah setelah menerima kembalian.

Sayur yang ia beli segera dimasak, tumis kangkung dengan lauk dadar jagung manis. Ditambah dengan sambel terasi sebagai pelengkap. Dengan lihai tangan Emak memipil jagung, dan memotong sayur. Sedari kecil ia sudah terbiasa membantu orang tuanya mengerjakan pekerjaan rumah, membuatnya terbiasa.

Ada suara ketukan tatkala Emak sedang menggoreng dadar jagungnya, bergegas membukakan pintu melihat siapa gerangan yang datang bertamu. Rupanya tetangga dekat rumah, berjarak lima rumah dari rumahnya.

"Eh ada Bu Leha, silahkan masuk Bu," perintah Emak seraya membukakan pintu, memberinya jalan untuk masuk ke ruang tamu kecil miliknya.

Memintanya menunggu sebentar untuk mematikan kompor. Meniriskan dadar yang sudah matang.

"Tumben, ada yang bisa dibantu?" tanya Emak. Tidak biasanya Bu Leha main ke rumahnya tanpa ada keperluan mendesak.

"Anu...saya..maaf, saya mau merepoti Emak sedikit," jawabnya gugup. Seperti menahan malu.

"Merepoti apa? Kalau bisa insya Allah saya bantu Bu,"

"Tadi kan waktu belanja di Kang Norman -kang sayur- Emak bawa uang seratus ribu, masih ada sisa lima puluh ribunya, boleh tak pinjem dulu Mak? Aku butuh buat bayar cicilan di Mas Joko,"

"Besok suamiku gajian Mak, tak kembalikan besok," selanya lagi.

"Walah, ini aku juga masih ada kebutuhan lain, kalau ini kamu bawa semua besok aku ga bisa belanja," tolak Emak.

"Sudah gini aja, ini tak kasih aja, jangan hutang," ucap Emak sambil merogoh kantongnya, mengambil selembar dua puluh ribuan. Lantas diberikannya kepada Bu Leha.

"Waahhh... Terima kasih lo Mak, tak bawa ya uangnya," jawab Bu Leha semangat. Sepertinya rasa malunya sudah hilang. Emak hanya bisa membatin.

Ketika gaya hidup lebih diutamakan dari pada kebutuhan, apapun bisa ia lakukan. Termasuk masuk dalam jurang riba dengan segala bunganya. Pantang bagi Emak mendekati riba. Apalagi hanya untuk memuaskan nafsu duniawi. Gaya hidup.

Bersambung🌷🌷🌷

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gelang Emas Untuk Emak   Bab 40

    Gelang Emas Untuk Emak 40 Truk melaju kencang, tak peduli dengan kejadian yang ditimbulkannya. Farhan tergeletak tak berdaya. Darah mengalir deras dari kepalanya. Bahagia yang dinanti berujung malapetaka. Siapa yang mau? Apalah daya bila Tuhan sudah berkehendak. Duduk bersanding dipelaminan hanya sebatas angan. Bayangan memilih cincin di toko emas dengan yang terkasih berkelebatan dikepalanya. Suara teriakan saling bersahutan sebelum rungunya senyap. Sunyi sepi. Dirinya bagai jiwa yang terlepas dari raganya. Terbang melayang melihat kondisi keluarga tercintanya. Para warga berdatangan melihat apa yang terjadi. Darah begitu banyak mengalir dari tubuh laki-laki tampan tersebut. Namun, tak ada seorang pun yang berani menolong hingga polisi datang menghampiri. Suara sirine ambulan begitu memekakkan telinga. Kondisi pasien yang sudah banyak kehilangan darah membuat sang sopir dengan kencang melajukan stirnya. Hanya butuh beberapa saat, ambulan sudah

  • Gelang Emas Untuk Emak   Bab 39

    Gelang Emas Untuk Emak part 39"Semoga bermanfaat ya Pak," ucap Farhan pada takmir masjid."Terima kasih Mas, semoga kebaikan dan keberkahan mengalir untuk Mas nya,""Sama-sama Pak, saya permisi. Assalamualaikum,""Waalaikum salam," ucapan salam takmir masjid mengiringi kepergian Farhan dari dalam kantor pengurus.Berjalan santai kembali menuju rumah peninggalan bapaknya. Rumah yang ia bangun kembali dengan susah payah atas bantuan para dermawan.'Oh Emak, sungguh baik hatimu, namun sayang, Farhan bukan tak mau menerima. Hanya saja, Farhan merasa masih ada yang jauh lebih berhak menerima bantuanmu,' gumam Farhan dalam hati. Tak berniat mengembalikan pada emak, toh pasti emak tak akan mau menerimanya kembali. Biarlah uang itu ia sedekahkan, agar menjadi jariyah untuk emak kelak.Sesampainya di rumah, segera ia mencuci kaki dan muka. Merebahkan diri di petiduran. Lega terasa hatinya telah memberikan sesuatu k

  • Gelang Emas Untuk Emak   Bab 38

    Gelang Emas Untuk Emak part 38Hari itu menjadi awal yang indah bagi Farhan dan Nisa. Pasalnya, hari itu mereka mulai berkomitmen. Berjanji untuk saling menyayangi dan mengasihi, untuk menjadi pasangan sehidup semati. Bersiap bersama mengarungi kapal bernama rumah tangga."Mengapa memilihku Mas?" tanya Nisa, penasaran."Karena kamu cantik. Tidak hanya cantik wajah, hati kamu juga cantik. Aku tak ingin memberatkan hati dengan banyak pilihan. Bagiku, jalan pertemuan kita adalah suatu jalan takdir, sudah direncanakan oleh Allah. Aku yakin, kamu jodohku. Semoga ibu memberi restu," jelas Farhan. Nisa yang duduk di jok belakang, tampak tersenyum malu. Farhan melirik sekilas melalui kaca spion, seulas senyum juga turut terbit dari bibirnya."Lantas kapan segera melamar?" jawab Nisa memastikan."Insya Allah secepatnya. Saya masih harus berembuk dengan emak dahulu," jelas Farhan."Baiklah, terserah Mas saja,"Tak terasa mot

  • Gelang Emas Untuk Emak   Bab 37

    Gelang Emas Untuk Emak part 37Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Tak terasa esok akan digelar acara akad nikah Ayu dan Risky secara resmi. Ayu ingin mengadakan acara secara sederhana, namun ditolak oleh bapak. Alasannya karena selama ini, Ayu sudah hidup sebatang kara, maka bapak meminta izin untuk mengadakan resepsi secara besar-besaran untuk menebus kesalahan orang tuanya."Sederhana saja Pak, yang penting sah," ucap Ayu."Tidak Nak, izinkan Bapak mengadakan resepsi. Kamu anak Bapak satu-satunya, izinkan Bapak untuk terakhir kalinya membahagiakan kamu karena setelah ini tanggung jawab atasmu sudah berpindah ke tangan suamimu," jawabnya memohon. Dengan berat hati, akhirnya Ayu mengiyakan permintaan orang tuanya.Betapa kebahagian kini menyelimuti hidup Ayu. Setelah menemukan calon pendamping hidup, kini ia temukan pula orang tua kandungnya."Nak kenapa belum tidur?" tanya emak meme

  • Gelang Emas Untuk Emak   Bab 36

    Gelang Emas Untuk Emak part 36Sore itu, Farhan mengendarai motornya dengan pelan. Kondisi badannya yang capek membuatnya tak berani mengendarai motornya dengan kencang. Karena biasanya kondisi tubuh yang lelah dan mata ngantuk menjadi penyebab utama kecelakaan lalu lintas terjadi.Mata ngantuk Farhan tak bisa diajak kompromi. Jadilah ia memutuskan untuk beristirahat sejenak di teras minimarket, searah dengan jalannya pulang. Tak lupa ia membeli minuman sebagai pelepas dahaga, juga untuk membuat tubuhnya kembali segar.Farhan sedang menikmati waktu santainya untuk menenggak minuman yang sudah dibelinya. Tampak oleh matanya, seorang gadis berpakaian seragam khas karyawan pabrik melintas dengan menuntun motornya. Dengan wajah penuh peluh gadis itu masuk ke dalam area parkir minimarket. Lalu masuk ke dalam, membeli sebotol minuman dingin. Gadis itu lantas duduk di bangku sebelah Farhan.Setelah melepas masker, gadis itu

  • Gelang Emas Untuk Emak   Bab 35

    Gelang Emas Untuk Emak part 35Tampak kecemasan tersirat pada wajah tua bapak. Lelaki yang baru saja mengecap kebahagiaan lantaran menemukan seseorang yang telah lama ia sebut dalam doanya. Kini sedang bersedih melihat sang kekasih hati terbaring di ranjang igd.Terlampau bahagia, kaget bercampur haru membuat kondisi emak melemah. Tekanan darahnya terbilang rendah, meskipun tidak terlalu menghawatirkan. Ayu terduduk di sampingnya dengan wajah penuh air mata, memegang tangan sang ibu. Ibu kandung yang tak pernah ia sangka akan hadir dalam kehidupan nyata.Ya, hasil tes menunjukkan bahwa Ayu memang anak kandung emak dan bapak. Tak henti-henti kalimat syukur terucap dari bibirnya, sebelum dirinya jatuh pingsan. Bapak lantas membopongnya menuju ruang igd untuk mendapat perawatan."Ibu sudah bisa pulang hari ini, ini obatnya, dan besok jika masih ada keluhan bisa dilanjutkan periksa ke poli. Jangan lupa makan yang banyak agar kondisinya ter

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status