Share

Bab 6

Author: Safiiaa
last update Last Updated: 2021-09-27 23:34:56

Tok..tok..tok...

"Assalamualaikum.." sapa sesorang di luar rumah.

"Waalaikumsalam.." jawab Emak seraya membuka pintu.

"Maaf cari siapa ya Mbak?" tanya mak. Membukakan pintu lebar - lebar lalu mempersilahkan tamunya duduk di ruang tamu.

"Maaf Bu mengganggu waktunya, Saya Airin. Saya hanya ingin menyampaikan pesan almarhum Bapak saya untuk menyerahkan uang ini. Sebelum meninggal Bapak berpesan bahwa dulu punya hutang ke suami ibu. Uang ini sudah disiapkan jauh hari, namun Bapak keburu sakit jadi belum sempat menyerahkannya. Saya hanya dibekali alamat ini." Terang Airin sambil menyerahkan amplop cokelat berisi uang tersebut.

Ragu - ragu tangan Emak menerima amplop itu. Sekelebat ingatan muncul dikepalanya. Pernah suatu hari ia dan suaminya bertengkar hebat. Membahas soal tabungan yang sudah dikumpulkannya tiba - tiba hilang, namun ternyata uang itu dipinjamkan ke seorang teman oleh sang suami tanpa seizinnya. Mungkin inilah orangnya. Ternyata sesuatu yang masih menjadi hak kita pasti dikembalikan oleh Allah, batin Emak.

"Trimakasih ya Nduk, tunggu sebentar ya, saya buatkan minum dulu," ucap Emak sambil berdiri, ketika akan melangkah gadis itu menahannya.

"Tidak usah repot- repot Bu, saya harus segera pulang, masih ada keperluan lain," ucap Airin bersiap untuk pamit.

"Baiklah, terima kasih ya Nduk. Saya ingat suami saya memang pernah meminjamkan uang ke salah satu temannya, namun tak pernah ada kabar sampai sekarang. Dan ternyata sekarang Allah kembalikan uang ini," ucap Emak sambil berjalan beriringan keluar ruang tamu.

"Iya Bu, masih jadi rejeki Ibu. Tapi saya mohon maaf baru bisa mengembalikannya sekarang. Saya permisi Bu. Assalamualaikum." Jawab Airin seraya berlalu, menaiki motornya yang terparkir di depan rumah Emak.

"Waalaikumsalam," jawab Emak. 

Menatap punggung Airin menjauh dari rumahnya. Anak perempuan. Ia sangat menginginkan anak perempuan. Namun Allah belum mengizinkan. Setelah Farhan lahir, Emak berharap bisa hamil kembali, namun sayang setelah kabar kehamilan yang sudah ditunggu - tunggunya muncul, vonis dokter mengatakan bahwa ada kista dalam rahimnya yang membuat janinnya tidak berkembang dan harus dikeluarkan. Setelah saat itu, ia tak kunjung hamil hingga suaminya meninggal.

Setelah Airin pergi, Emak menutup kembali pintu rumahnya. Mengambil amplop yang tadi diberikan Airin. Membawanya ke dalam kamar tidurnya. Ia duduk ditepi ranjang lalu dengan tangan bergetar membuka bungkusan itu. Air matanya luruh. Sambil menangis Emak mengeluarkan uang itu dari amplopnya. Merasa bersalah kepada suaminya dahulu. Karena uang ini, ia bertengkar. Ia kecewa kepada suaminya karena telah mengambil uangnya tanpa izin. Uang yang ia kumpulkan sedikit demi sedikit untuk masa depan Farhan. Namun kini uang itu telah kembali di tangannya disaat yang tepat. Akan ia berikan kepada Farhan, terserah nanti akan diapakan uang ini.

Bergegas ia membuka lemari pakaian. Ia selipkan diantara baju - bajunya. Menutup kembali pintu lemari rapat - rapat. Lalu mengusap sisa air mata diwajahnya. Tiba - tiba ia rindu suaminya. Suami yang sangat dicintainya. Ia berwudhu, lalu membuka surah yaasin, ia khususkan untuk sang suami. Berharap pahala dari setiap huruf yang ia baca mengalir untuk suaminya.

***

Di toko, hanya ada beberapa pelanggan. Salah satunya yang sedang dihadapi oleh juragannya sendiri, komplain karena ada suatu hal yang keliru. Juragan Entis menghadapinya dengan santai dan kepala dingin. Membuat sang pelanggan yang awalnya emosi menjadi lebih kalem. Ilmu menghadapi pelanggan, batin Farhan yang dari jauh sedang mengamati. Setelah pelanggan itu pergi Farhan kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Kamu dari tadi lihatin saya Far?" tanya Juragan yang ternyata menyadari bahwa Farhan mengamatinya.

"Iya Bu.. Heran lihat Ibu, kok bisa menghadapi orang yang lagi emosi sesantai itu. Mana wajahnya menakutkan pula," ucap Farhan bergidik mengingat kembali wajah emosi si pelanggan tadi.

"Jadi pedagang ya kudu kuat mental Far. Kalo ga gitu ya pelanggan kabur semua. Kuncinya dengarkan dulu keluhannya sampai selesai mengeluarkan uneg - unegnya, baru kamu jelaskan bagaimana solusinya. Kalau kesalahan ada dipihak kita ya kita kudu legowo minta maaf," jelas Juragan sambil duduk disebelah Farhan. Ikut membantu Farhan menata barang yang baru datang ke dalam tokonya.

Meskipun menjadi pemilik, Juragan Entis tak sungkan membantu karyawannya kala toko sedang sepi. Baginya karyawan seperti keluarga. Harus dihormati juga dihargai, agar betah kerja dengannya. Bu Entis sadar, jaman sekarang mencari karyawan itu susah susah gampang. Gampang dapatnya, tapi ketika tahu kerjaannya angkat - angkat barang, besoknya sudah nggak balik lagi.

Makanya ketika Farhan kerja disitu, Bu Entis merasa simpati. Masih ada anak muda pekerja keras macam si Farhan.

Jam menunjukkan angka dimana waktu pekerjanya untuk kembali pulang. Bu Entis tak lupa memberikan hak mereka sebelum pulang. Hari itu Bu Entis syukuran hari lahirnya yang ke 51 tahun. Para karyawannya diberi bonus satu kali gaji. Bahagianya mereka tak terkira mendapati gajian dua kali lipat. Tak henti - hentinya mereka berucap syukur dan mendoakan kebaikan untuk juragannya.

Farhan tak sabar ingin cepat sampai rumah. Memberikan separuh gajinya untuk Emak. Kapan lagi ia bisa memberi Emak uang belanja lebih, selain ceperan dari para pelanggan yang meminta bantuannya.

Dulu ketika awal - awal bekerja, ia hanya fokus mengumpulkan uang untuk membeli gelang untuk Emak. Hanya bisa memberikan Emak separuh dari gajinya yang tak seberapa. Beruntung Farhan bukan perokok, jadi uangnya utuh. Berkurang hanya untuk sekedar beli jajanan, bensin atau sedekah ke masjid. Selebihnya ia tabung.

"Assalamualaikum," ucap Farhan setelah mematikan mesin motornya lalu memarkirkannya di teras rumah.

" Walaaikum salam, wajahmu kok cerah sekali Le? Lagi seneng ini kelihatannya?" ucap Emak di depan pintu rumah. Menanti sang anak pulang kerja setelah seharian bermandikan peluh. Diraihnya tangan Emak. Salim.

"Alhamdulillah Mak tadi rapat rejeki lebih dari juragan. Lagi ulang tahun, karyawannya dikasih bonus satu kali gaji semua," jawab Farhan. Berlalu dari hadapan Emak menuju ruang tamu. Sejenak merebahkan tubuh di atas kursi lapuk pemberian saudaranya dahulu. Waktunya ganti, namun belum ada jatah untuk mengganti kursi lamanya.

" Alhamdulillah," jawab Emak sambil berlalu mengambilkan segelas air untuk Farhan. Ia tahu puteranya lelah. Sedikit perhatian mungkin bisa mengurangi rasa lelahnya.

"Ini diminum dulu. Biar tambah berseri - seri itu wajahnya. Biar rejekinya juga jadi berseri - seri," kelakar Emak.

Farhan tertawa, lalu diraihnya gelas dari tangan Emak. Beberapa kali teguk saja air itu sudah habis tak bersisa. Pertanda tenggorokannya sedang kering. Haus.

"Sudah buruan mandi biar seger badannya, biar anak Emak makin ganteng," goda Emak. Namun yang digoda malah memeluknya. Erat. Seolah takut kehilangan.

"Iki apa to? Disuruh mandi malah Emak dipeluk - peluk!" sungut Emak. Namun tak urung tangannya ikut memeluk balik sang anak.

"Nggak kerasa ya Mak Farhan sudah bisa cari uang sendiri, perasaan masih kemarin Farhan memakai seragam merah putih," ucap Farhan. Matanya menerawang mengingat masa kecilnya dulu.

"Makanya jadi orang yang baik Le. Waktu itu cepat berlalu. Ga kerasa tiba - tiba umur sudah bertambah banyak mendekati ajal yang kita sendiri tak tahu kapan akan tiba. Jangan sia - siakan usiamu dengan hal yang tak berguna. Sebisa mungkin manfaatkan waktu untuk mencari bekal akhirat," terang Emak sambil melepas pelukannya.

"Wes ayo jangan sia - siakan waktu, cepet mandi terus sholat. Allah sudah menunggu kamu setor muka (sholat).  Sudah diberi kehidupan yang lebih baik, ibadahnya juga harus lebih baik," terang Emak. Diiringi dengan senyuman Farhan lalu berdiri meninggalkan Emak menuju kamar mandi.

Bersambung🌷🌷🌷

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gelang Emas Untuk Emak   Bab 40

    Gelang Emas Untuk Emak 40 Truk melaju kencang, tak peduli dengan kejadian yang ditimbulkannya. Farhan tergeletak tak berdaya. Darah mengalir deras dari kepalanya. Bahagia yang dinanti berujung malapetaka. Siapa yang mau? Apalah daya bila Tuhan sudah berkehendak. Duduk bersanding dipelaminan hanya sebatas angan. Bayangan memilih cincin di toko emas dengan yang terkasih berkelebatan dikepalanya. Suara teriakan saling bersahutan sebelum rungunya senyap. Sunyi sepi. Dirinya bagai jiwa yang terlepas dari raganya. Terbang melayang melihat kondisi keluarga tercintanya. Para warga berdatangan melihat apa yang terjadi. Darah begitu banyak mengalir dari tubuh laki-laki tampan tersebut. Namun, tak ada seorang pun yang berani menolong hingga polisi datang menghampiri. Suara sirine ambulan begitu memekakkan telinga. Kondisi pasien yang sudah banyak kehilangan darah membuat sang sopir dengan kencang melajukan stirnya. Hanya butuh beberapa saat, ambulan sudah

  • Gelang Emas Untuk Emak   Bab 39

    Gelang Emas Untuk Emak part 39"Semoga bermanfaat ya Pak," ucap Farhan pada takmir masjid."Terima kasih Mas, semoga kebaikan dan keberkahan mengalir untuk Mas nya,""Sama-sama Pak, saya permisi. Assalamualaikum,""Waalaikum salam," ucapan salam takmir masjid mengiringi kepergian Farhan dari dalam kantor pengurus.Berjalan santai kembali menuju rumah peninggalan bapaknya. Rumah yang ia bangun kembali dengan susah payah atas bantuan para dermawan.'Oh Emak, sungguh baik hatimu, namun sayang, Farhan bukan tak mau menerima. Hanya saja, Farhan merasa masih ada yang jauh lebih berhak menerima bantuanmu,' gumam Farhan dalam hati. Tak berniat mengembalikan pada emak, toh pasti emak tak akan mau menerimanya kembali. Biarlah uang itu ia sedekahkan, agar menjadi jariyah untuk emak kelak.Sesampainya di rumah, segera ia mencuci kaki dan muka. Merebahkan diri di petiduran. Lega terasa hatinya telah memberikan sesuatu k

  • Gelang Emas Untuk Emak   Bab 38

    Gelang Emas Untuk Emak part 38Hari itu menjadi awal yang indah bagi Farhan dan Nisa. Pasalnya, hari itu mereka mulai berkomitmen. Berjanji untuk saling menyayangi dan mengasihi, untuk menjadi pasangan sehidup semati. Bersiap bersama mengarungi kapal bernama rumah tangga."Mengapa memilihku Mas?" tanya Nisa, penasaran."Karena kamu cantik. Tidak hanya cantik wajah, hati kamu juga cantik. Aku tak ingin memberatkan hati dengan banyak pilihan. Bagiku, jalan pertemuan kita adalah suatu jalan takdir, sudah direncanakan oleh Allah. Aku yakin, kamu jodohku. Semoga ibu memberi restu," jelas Farhan. Nisa yang duduk di jok belakang, tampak tersenyum malu. Farhan melirik sekilas melalui kaca spion, seulas senyum juga turut terbit dari bibirnya."Lantas kapan segera melamar?" jawab Nisa memastikan."Insya Allah secepatnya. Saya masih harus berembuk dengan emak dahulu," jelas Farhan."Baiklah, terserah Mas saja,"Tak terasa mot

  • Gelang Emas Untuk Emak   Bab 37

    Gelang Emas Untuk Emak part 37Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Tak terasa esok akan digelar acara akad nikah Ayu dan Risky secara resmi. Ayu ingin mengadakan acara secara sederhana, namun ditolak oleh bapak. Alasannya karena selama ini, Ayu sudah hidup sebatang kara, maka bapak meminta izin untuk mengadakan resepsi secara besar-besaran untuk menebus kesalahan orang tuanya."Sederhana saja Pak, yang penting sah," ucap Ayu."Tidak Nak, izinkan Bapak mengadakan resepsi. Kamu anak Bapak satu-satunya, izinkan Bapak untuk terakhir kalinya membahagiakan kamu karena setelah ini tanggung jawab atasmu sudah berpindah ke tangan suamimu," jawabnya memohon. Dengan berat hati, akhirnya Ayu mengiyakan permintaan orang tuanya.Betapa kebahagian kini menyelimuti hidup Ayu. Setelah menemukan calon pendamping hidup, kini ia temukan pula orang tua kandungnya."Nak kenapa belum tidur?" tanya emak meme

  • Gelang Emas Untuk Emak   Bab 36

    Gelang Emas Untuk Emak part 36Sore itu, Farhan mengendarai motornya dengan pelan. Kondisi badannya yang capek membuatnya tak berani mengendarai motornya dengan kencang. Karena biasanya kondisi tubuh yang lelah dan mata ngantuk menjadi penyebab utama kecelakaan lalu lintas terjadi.Mata ngantuk Farhan tak bisa diajak kompromi. Jadilah ia memutuskan untuk beristirahat sejenak di teras minimarket, searah dengan jalannya pulang. Tak lupa ia membeli minuman sebagai pelepas dahaga, juga untuk membuat tubuhnya kembali segar.Farhan sedang menikmati waktu santainya untuk menenggak minuman yang sudah dibelinya. Tampak oleh matanya, seorang gadis berpakaian seragam khas karyawan pabrik melintas dengan menuntun motornya. Dengan wajah penuh peluh gadis itu masuk ke dalam area parkir minimarket. Lalu masuk ke dalam, membeli sebotol minuman dingin. Gadis itu lantas duduk di bangku sebelah Farhan.Setelah melepas masker, gadis itu

  • Gelang Emas Untuk Emak   Bab 35

    Gelang Emas Untuk Emak part 35Tampak kecemasan tersirat pada wajah tua bapak. Lelaki yang baru saja mengecap kebahagiaan lantaran menemukan seseorang yang telah lama ia sebut dalam doanya. Kini sedang bersedih melihat sang kekasih hati terbaring di ranjang igd.Terlampau bahagia, kaget bercampur haru membuat kondisi emak melemah. Tekanan darahnya terbilang rendah, meskipun tidak terlalu menghawatirkan. Ayu terduduk di sampingnya dengan wajah penuh air mata, memegang tangan sang ibu. Ibu kandung yang tak pernah ia sangka akan hadir dalam kehidupan nyata.Ya, hasil tes menunjukkan bahwa Ayu memang anak kandung emak dan bapak. Tak henti-henti kalimat syukur terucap dari bibirnya, sebelum dirinya jatuh pingsan. Bapak lantas membopongnya menuju ruang igd untuk mendapat perawatan."Ibu sudah bisa pulang hari ini, ini obatnya, dan besok jika masih ada keluhan bisa dilanjutkan periksa ke poli. Jangan lupa makan yang banyak agar kondisinya ter

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status