Share

Gugurkan Janin Itu

"Hoeekk ... hooeekk!" Suara mual yang berulang kali terdengar di kamar mandi pagi itu membuat seisi Panti Asuhan Kasih Ibu Kartini menjadi gembar.

"Intan, apa kamu masuk angin? Mau Bunda kerokin?" Wanita berusia setengah abad itu memijit tengkuk anak asuh kesayangannya yang masih membungkukkan badannya menghadap kloset.

Kemudian Intan pun berdiri dan menjawab, "Intan minum obat aja, Bun. Paling juga sebentar udah baikan, maklum cuacanya lagi nggak menentu 'kan?"

"Ohh, ya sudah. Kamu isi dulu perut kamu pake nasi soto ayam yang Bunda bikin. Sedikit nggakpapa, yang penting nggak kosong dan bisa buat minum obat. Kuliah kamu hari ini apa mending libur aja?" ujar Bunda Kartini merangkul bahu Intan seraya berjalan keluar dari kamar mandi menuju ke meja makan.

"Iya, Bun. Terpaksa begitu, Intan bolos sehari kuliahnya. Besok lihat catatan kuliah teman Intan aja," jawab gadis itu sembari duduk di meja makan panjang bersama adik-adik yang sama-sama menjadi anak asuh di panti asuhan Bunda Kartini.

Namun, ketika kuah soto dituang oleh Bunda Ranita di mangkuk yang ada di hadapan Intan. Sontak saja perut gadis itu kembali bergolak tak tahan dengan aroma masakan tersebut. Intan pun berlari lagi ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya yang nyaris kosong dan hanya cairan kekuningan yang tak lain adalah asam lambung.

Bunda Ranita dan Bunda Kartini saling bertukar pandang penuh arti, mereka berdua sudah menjalani kehidupan hampir setengah abad lamanya dengan asam garam kehidupan yang naik turun jalannya. "Biar aku yang ajak Intan bicara, Ran!" ujar Bunda Kartini menghela napas dengan wajah sedih.

Ketika Intan selesai mual di kamar mandi, dia masuk ke kamarnya dan berbaring miring di ranjangnya membelakangi pintu. Bunda Kartini menghampirinya dan duduk di tepi ranjang berukuran queen size itu, dia berkata sembari menatap wajah pucat Intan, "Nak, kalau boleh dijawab dengan jujur ... apa kamu melakukan hubungan dengan pacar kamu tanpa pengaman baru-baru ini? Bunda nggak akan menghakimi kamu."

Gadis belia itu pun menangis tergugu tak mampu menjawab pertanyaan Bunda Kartini. Namun, wanita paruh baya berwajah teduh tersebut mengerti bahwa jawabannya pastilah iya. Dia pun menghela napas dengan berat. Kemudian sekali lagi Bunda Kartini bertanya, "Apa kamu sudah memeriksa dengan test pack kehamilan keadaaan kamu, Intan?"

"Sudah. Garis merahnya dua, Bunda. Maafkan Intan ... huhuhuu!" jawab Intan menangis penuh penyesalan karena telah mengecewakan ibu angkatnya itu dan menyimpang dari ajaran baik yang telah diterimanya selama tinggal di panti asuhan.

Kedua wanita berbeda generasi itu pun saling berpelukan. Bunda Kartini berusaha menenangkan tangis perempuan muda itu dengan mengelus-elus punggungnya. "Intan, pacarmu harus bertanggung jawab dengan anak yang kamu kandung. Coba temui dia dan bicarakan baik-baik langkah selanjutnya!" saran Bunda Kartini tanpa memarahi Intan.

Gadis itu pun sambil sesenggukan mengangguk-anggukkan kepalanya. "Baik, Bunda. Siang ini Intan akan ajak dia ketemuan. Semoga Zayn akan menjadi pria yang bertanggung jawab," sahut Intan menghela napas dalam-dalam berusaha berpikir positif.

"Bunda buatkan bubur ayam gurih aja ya biar perut kamu ada isinya. Sebentar—" Dengan segera Bunda Kartini keluar menuju ke dapur memasak bubur untuk Intan.

Sesuai dengan perjanjiannya dengan Zayn, gadis itu pun dijemput di halte bus yang terletak 5 blok dari panti asuhan tempat tinggalnya. Sebuah mobil Porsche warna hitam menepi di halte bus dan segera saja Intan masuk ke dalamnya. 

Zayn tersenyum tampan seperti biasanya di balik kaca mata hitam yang bertengger di pangkal hidung mancungnya. "Hai, Intan Sayang. Tumben bolos kuliah. Kenapa nih, Mahasiswi Teladan?" sapanya menoleh sekilas menatap pacarnya.

"Kita perlu ngobrol serius, Zayn. Cari cafe yang dekat sini aja ya biar enak nggak di jalan raya," pinta Intan karena topik yang akan mereka bicarakan pastinya sangat sensitif.

"Hmm ... oke deh. Tuh ada Cafe Bianglala, kita ke sana aja," putus Zayn lalu mengarahkan mobil sedan mewahnya memasuki halaman parkir cafe luas yang berlokasi tak jauh dari tempat tinggal Intan. Dia memarkir rapi mobilnya dan membantu Intan turun dari mobil seperti biasanya.

Setelah mereka berdua memesan minuman di cafe ke waitress, Intan pun mengambil sebuah benda dari dalam tas tangannya. Kemudian ia meletakkannya ke atas meja dan menyodorkan test pack bergaris merah dua itu ke hadapan Zayn.

Pemuda itu mengerutkan dahinya lalu bertanya, "Apaan nih, Tan?"

"Gue hamil, Zayn. Ada janin buah cinta kita di dalam perutku ini," tutur Intan berusaha tetap tenang sekalipun ia tak yakin dengan tanggapan pacarnya itu.

"Gugurkan janin itu, Tan! Ngapain juga lo bilang ke gue. Kita masih muda, lagian lo baru juga semester 2 'kan, masa mau putus kuliah gara-gara hamil?!" desak Zayn berkelit dari tanggung jawabnya atas benih yang telah dia tanam di rahim kekasihnya.

"ZAYN! Lo mau lari dari tanggung jawab 'kan?!" tuduh Intan sengit menatap tajam pemuda itu dengan telunjuk teracung lurus.

Tawa pongah meluncur dari Zayn. "Hahaha, dasar perempuan naif! Mana ada anak konglomerat mau menikahi gadis yatim piatu seperti lo! Kita memang menikmati momen-momen manis itu bersama, tapi ... nikahin elo? Nanti dulu!" 

"Tapi ... tapi, lo selalu bilang kalo lo tuh cinta banget sama gue 'kan, Zayn? Apa semua itu cuma gombal?" ucap Intan dengan tubuh lunglai di kursinya serasa dunianya runtuh di bawah pijakan kakinya. Dia telah menyerahkan miliknya yang paling berharga kepada Zayn dan segala perasaan cinta yang tanpa syarat kepada kekasihnya. Namun, inikah balasannya?

Tangis Intan pecah tak terkendali ketika waitress cafe tadi menyajikan minuman dingin pesanan mereka berdua di meja. Gadis pelayan restoran itu penasaran ada apa sebenarnya dengan muda mudi tersebut, tetapi dia tidak boleh mencampuri urusan tamunya. "Silakan minumannya, kalau butuh yang lainnya bisa panggil saya atau rekan lainnya yang siap melayani!" ujarnya sebelum berlalu dari meja itu.

"Huhh, lo bikin malu gue aja, Tan. Nongkrong di cafe malah jadi pusat perhatian begini, berhenti nangis lo!" bentak Zayn sinis.

Intan menutup mulutnya dengan telapak tangannya untuk meredam isakan tangisnya. Dia tak tahan lagi berhadapan dengan pacarnya yang penuh dengan kepalsuan. Cinta yang dulu diagung-agungkan olehnya tak lebih dari sekadar dusta. Lantas bagaimana dengan nasib calon anaknya? Dia tak tega membunuh nyawa janin yang tak berdosa, yang berdosa adalah kedua orang tuanya.

"Zayn ... apa nggak ada jalan lainnya selain membunuh calon anak kita ini? Hiks hiks ... dia nggak bersalah dan berhak untuk hidup!" bujuk Intan mengiba sembari menggenggam tangan Zayn erat-erat.

"Alaa—jangan-jangan lo cuma ngincer harta gue 'kan? Dasar cewek matre! Picik pikiran lo ternyata ya. Hmm ... gue baru tahu sifat asli lo, kirain lo tuh cewek pinter yang mandiri dan nggak bergantung sama cowoknya. Salah gue nilai lo, Tan. Kita putus!" Zayn mengatakan segala tuduhan kejinya kepada Intan dan mengakhiri hubungan mereka yang telah terjalin semenjak SMA.

Tatapan Intan nanar mendengar kata putus dari Zayn. Dan pemuda itu pun menaruh selembar uang rupiah merah di meja serta memanggil waitress dengan kode tangan yang terangkat. Kemudian dia melenggang pergi begitu saja, meninggalkan Intan sendirian di meja itu.

Segera saja Intan mengejar Zayn hingga ke parkiran mobil di halaman depan cafe. "Zayn, tunggu gue!" panggil Intan seraya meraih lengan pemuda itu. 

Namun, dengan tega Zayn menepis tangan Intan hingga dia terjerembap di tanah. "Lo jangan pikir gue bakal kasihan. Lo—gue end! Pergi lo, Cewek Murahan! Jangan coba-coba hubungi gue lagi. Paham?!" seru pemuda itu kasar dengan tampang jijik lalu naik ke mobil Porsche miliknya meninggalkan Intan yang sendirian duduk menangis penuh penyesalan di atas parkiran cafe.

Comments (23)
goodnovel comment avatar
Riema
penyesalan memng dtangny di akhir intan.. jika di awal itu namany pendaftran.
goodnovel comment avatar
Riema
hadeehh jdi pen sunnat zayn lagi aquh tuch dasar laki² tdak bertanggung jwb, lki² brengseeeeekkk intan juga bdoh mau² ny dia sm lki² brengsek kek zayn
goodnovel comment avatar
Riema
ibu kartini baik banget yaa, ngk marah mski intan lgi hmil. sdngkan ibtan udah boong juga. smoga zayn mau bertanggung jawab
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status