Share

Kemarahan Bramono

Author: Husna idris
last update Last Updated: 2023-10-17 13:27:37

"Bangsat! Siapa yang bermain-main denganku!Hingga aku bisa tidur dengan mahluk aneh ini!" Teriak Bramono marah, sambil mendorong wanita, yang tidur di sampingnya, agar menjauh darinya.

Wanita itu bergidik ngeri, melihat kedua mata Bramono memerah menatapnya. Wanita itu segera turun dari tempat tidur, lalu segera berlari masuk ke dalam kamar mandi sambil menarik selimut, untuk menutupi tubuhnya yang polos saat itu.

Bramono terduduk lesu, di tepi tempat tidur, ketika wanita itu sudah masuk ke dalam kamar mandi. Bramono, membodohi dirinya sendiri, hingga puas dan langsung berhenti, ketika mendengar suara isak tangis dari kamar mandi. Bramono bangkit dan langsung mengendor pintu kamar mandi, sambil berteriak kencang, pada wanita yang ada di dalam.

"Aku tahu, kamu belum mulai mandi!" Teriak Bramono.

"Siapa kamu?" tanya Bramono.

"Siapa, yang menyuruh kamu melakukan ini?" tanya Bramono lagi, dengan suara yang nyaring di telinga.

Wanita yang ada di dalam kamar mandi, tidak juga membuka suaranya, membuat Bramono makin kesal. Emosi Bramono makin tak terkendali saat ini, dia benar-benar dalam kondisi sangat marah, barang-barang yang ada di dekatnya, seketika pecah di lempar olehnya.

Semua ini, hanya karena mahluk jelek rupa, tidur di sampingnya bahkan memeluknya. Bramono merasa sangat terhina karena hal ini, seumur hidupnya tidak pernah bermimpi, atau membayangkan akan tidur dengan wanita jelek seperti itu.

"Tidak! Tidak boleh ada wanita jelek di sampingku sampai kapanpun!" Tolak Bramono.

"Kamu! Cepat keluar! Aku juga mau masuk ke sana! Tunggu! Biar aku dulu yang mandi. Aku tak ingin menggunakan apapun yang sudah di sentuh oleh kamu!" Teriak Bramono.

Tak lama pintu kamar mandi terbuka, Bramono melihat wanita itu masih menggunakan selimut untuk menutupi tubuhnya, wanita itu terlihat ketakutan.

"Jangan, perlihatkan wajah kamu itu, padaku! Menunduk!" Bentak Bramono.

Wanita itu menurut, langsung menundukkan kepalanya, dalam-dalam. Bramono langsung masuk ke dalam kamar mandi, tanpa berhenti berteriak.

"Entah, harus berapa kali, Aku mandi! Aku tak ingin sampai mencium bau tubuh kamu, menempel lagi padaku! Wanita jelek!" Teriak Bramono.

"Rasanya, satu botol sabun ini kurang! Untuk bisa menghilangkan bau tubuhmu dari tubuhku!"

"Dasar wanita jelek!"

"Lihat saja, akan ku cari siapa dalang di balik semua ini!"

"Sial! Kenapa bau kamu ini sangat menyengat!" Maki Bramono lagi.

Bramono, hampir satu jam, berada di dalam kamar mandi. Begitu keluar, Bramono melihat wanita itu terduduk di tepi tempat tidur, dengan wajah di tekuk.

"Ingat! Jangan perlihatkan wajahmu padaku!" Ucap Bramono mengingatkan wanita itu.

"Aku, tak ingin wajah jelek kamu, nanti masuk dalam mimpiku!" Lanjut Bramono.

Wanita itu, seperti tidak peduli dengan ucapan Bramono, dia berlari masuk ke dalam kamar mandi, begitu Bramono keluar dari sana.

"Sialan! Pasti bajuku sudah bersentuhan dengan kulitmu!" Teriak Bramono.

Bramono, mengambil handphonenya yang ada di dalam celana.

"Belikan, aku baju baru dan bawa ke hotel ini cepat!!" Teriak Bramono, pada orang yang di telepon olehnya.

"Aku, harus segera pergi dari sini! Rasanya mual lama-lama berada dalam satu ruangan, dengan wanita jelek itu!" Ucap Bramono lagi.

Tak lama, pintu kamar hotel di ketuk dari luar, Bramono segera mengambil apa yang diantar oleh orang itu, lalu dengan cepat Bramono mengganti pakaiannya.

Setelah rapih, tanpa berkata apapun pada wanita itu, Bramono meninggalkan wanita itu, begitu saja. Dari hotel itu, Bramono langsung pergi ke kantornya, begitu tiba di sana Bramono meminta sekertaris nya, membawa berkas-berkas pekerjaannya hari ini.

Bramono dengan perasaan marah, memeriksa berkas-berkas tersebut, rasanya hari ini dia ingin menghabiskan waktunya dengan bekerja dan bekerja. Bramono tidak ingin sampai bayangan, wajah jelek wanita itu, muncul di kepalanya dan merusak harinya, lagi.

"Masuk!" Ucap Bramono.

"Apa ini?" teriak Bramono, sambil melempar, sebuah berkas, tepat mengenai wajah staf nya yang baru saja masuk.

Bramono, melihat Staf nya itu, mengambil berkas-berkas yang berserakan di lantai.

"Kalau kerja yang benar! Jangan makan gaji buta kamu!" Lanjut Bramono.

"Maaf, akan saya cek ulang," jawab staf nya itu tanpa berani memandang ke arah Bramono.

"Saya permisi!" Ucapnya lagi, lalu langsung pergi dengan cepat.

Bramono, menatap pintu ruangannya yang tertutup, lalu berteriak keras.

"Sialan! Brengsek! Kurang ajar!" Umpatan demi umpatan keluar dari mulut Bramono hari itu sepanjang hari.

Mulut Bramono tak berhenti mengumpat, sambil berusaha konsentrasi, untuk menyelesaikan pekerjaan nya. Tiba-tiba handphone nya berdering, seketika Bramono mengumpat kembali.

"Sialan ganggu saja!"

"Halo!" tanpa melihat siapa yang menelepon Bramono menerima telepon itu.

"Halo,"

"Siapa ini?" bentak Bramono.

"Ratna,"

"Ratna siapa? aku tak kenal!" ucap Bramono, langsung memutuskan sambungan telepon.

Ratna, mendengus kesal, namun kemudian tersenyum, karena sepertinya rencana dia berhasil. Bramono terdengar sedang gusar, pasti ego nya sedang terluka saat ini, karena telah tidur dengan wanita jelek rupa.

"Rasain kamu!" Maki Ratna.

"Makan tuh, cewek cupu!" Lanjut Ratna.

Bramono, yang kesal tidak melanjutkan pekerjaan nya, dia memilih keluar ruangan, lalu pergi meninggalkan kantornya. Bramono memilih pulang ke apartemen, merasa dirinya sangat kotor dan bernoda, noda dari wanita jelek itu.

Bramono, merasa harus membersihkan diri lagi, di apartemen nya, karena merasa bau wanita jelek itu masih saja tercium di hidungnya.

"Kita, ke apartemen pak!" Ucap Bramono pada sopirnya.

"Siap!" jawab sang sopir.

Bramono di dalam mobil merasa gelisah, duduk nya pun terlihat tidak nyaman. Bramono merasa, udara di dalam mobilnya pun, telah tercemar bau tubuh dari wanita itu.

"Cih! Wanita jelek itu membawa suasana hatiku jadi buruk begini!"

"Rasanya, aku tak mau, bertemu lagi dengannya!" Lanjut Bramono sambil bergidik ngeri.

Sampai di apartemen, Bramono langsung masuk ke kamar mandi. Dia langsung berendam dengan air hangat, dengan menggunakan wangi-wangian yang biasa dia pakai, yang dia teteskan ke dalam air mandi nya dengan harapan, bau wanita itu akan hilang darinya.

Hampir satu jam, Bramono berendam, merasa tubuhnya sudah wangi, Bramono menyudahi acara mandinya. Bramono kemudian menatap diri nya di cermin, Bramono memeriksa kulit di seluruh tubuhnya, melihat apakah ada luka atau bekas cakaran di kulitnya, akibat ulah wanita itu.

"Untung saja, dia tidak membuat kulit ku luka, jika sampai itu terjadi, aku sepertinya harus pergi ke dokter kulit, untuk memeriksa, karena takut infeksi!" Gerutu Bramono.

Bramono lalu duduk di tepi tempat tidur, merebahkan diri, menatap langit-langit kamarnya, tak lama kemudian memejamkan matanya.

"Sial! kemarin, adalah hari tersial sepanjang hidupku! Semoga, hari itu tidak akan terjadi lagi, atau aku bisa mati!" Ucap Bramono pelan.

Bramono, menghembuskan nafasnya berkali-kali, mencoba untuk menenangkan hatinya.

"Aku, harus tetap mencari, siapa penyebab dan bagaimana bisa, aku tidur dengan wanita jelek itu!" Ucap Bramono sambil membuka matanya menatap tajam ke arah langit-langit kamarnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gelora Cinta Cassanova Impoten   Bahagia Berdua

    Bramono menatap tidak percaya pada Markus, Markus mengedipkan matanya, melihat keterkejutan Bramono itu.Mendapat kedipan mata dari Markus, Bramono malah makin terkejut, bagaimana bisa Markus yang terkenal dingin, mengedipkan matanya bahkan senyum-senyum seperti sekarang."Dia berubah!" Batin Bramono."Apa kamu ingin menjadi, seperti aku dulu?" Tanya Bramono."Tentu tidak! Aku tidak akan melakukan hal bodoh itu, aku dan kamu berbeda, aku tidak akan pernah membuat seorang wanita dendam padaku,""Bahkan aku tidak mau membuat senjataku marah, hingga tidak bisa berdiri," lanjut Markus.Bramono menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sambil tersenyum malu."Semoga apapun usaha kamu, kamu segera mendapatkan hasilnya," ucap Bramono kemudian."Terimakasih! Aku titip Mala dan Brama jaga mereka, jangan buat mereka terluka, karena jika itu terjadi, bisa aku pastikan kamu akan menyesal!" Ancam Markus dengan wajah dinginnya."Siap-siaplah kehilangan segalanya, jika sampai itu benar-benar terjadi!" L

  • Gelora Cinta Cassanova Impoten   Menjadi Pengantin

    "Aku tadi," Bramono mencoba membuka mulutnya, untuk menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya pada Mala, namun dengan cepat Mala memotongnya."Seharusnya kamu, tadi cepat masuk ke sini, begitu Markus keluar dari ruangan ini!" Omel Mala."Aku berharap melihat kamu di balik pintu itu, mengintip aku dan Markus dalam ruangan ini!" Omel Mala lagi."Tapi ternyata kamu bahkan, tidak langsung masuk menemui ku, ketika Markus keluar!" Lanjut Mala.Bramono menatap Mala yang terlihat sedih mengatakan semua itu, padanya.Bramono bahkan kini melihat kedua mata Mala sudah berkaca-kaca."Tidak seperti itu! Saat melihat kamu berada dalam satu ruangan bersama Markus! Sebenarnya aku juga ingin ikut masuk! Tapi, aku takut kamu marah!" Ucap Bramono."Aku berpikir mungkin memang kalian berdua, butuh untuk bicara," lanjut Bramono."Aku juga gelisah, saat kalian berdua di dalam ruangan ini, begitu lama!""Apalagi saat melihat Markus keluar dengan wajah marah dan kesal,""Lalu kenapa kamu tidak langsung masuk,

  • Gelora Cinta Cassanova Impoten   Bicara dengan Markus

    Markus menatap Mala, dengan tajam, dia ingat bagaimana Mala mempermalukan dirinya di pesta ulang tahunnya.Pesta ulang tahun, yang seharusnya menjadi hari yang paling bahagia, berubah menjadi hari yang buruk karena penolakan yang di lakukan Mala pada lamarannya, didepan orang banyak.Bahkan, Mala menambah drama penolakan nya, dengan aksi membuang cincin nya, tanpa rasa bersalah.Flash back on.Markus menjemput Mala dan Brama ke bandara siang itu."Aku akan mengajak kalian jalan-jalan dulu sekarang, apa kalian mau?" Tanya Markus pada Mala dan Brama."Mau!" Jawab Brama dengan semangat.Mendengar hal itu, Markus tersenyum bahagia. Siang itu Mala dan Brama benar-benar di manjakan oleh Markus.Mereka berjalan-jalan mengitari sebuah taman yang sangat indah di tengah kota. Hingga tanpa terasa siang pun sudah berubah menjadi malam.Saat malam datang, Markus tidak membawa Mala dan Brama pulang ke rumah, tapi mengajak Mala dan Brama masuk ke sebuah restoran, untuk makan.Tanpa di ketahui oleh M

  • Gelora Cinta Cassanova Impoten   Menjenguk bayi

    Pulang menjenguk Ratna, Mala dan Bramono langsung pulang, mereka pun kini sedang berbaring berdua di atas tempat tidur, sambil menatap langit-langit kamar.Setelah puas menatap langit-langit kamar, Bramono mengubah posisi tidurnya menghadap ke arah Mala.Menatap wajah cantik Mala, merupakan hal yang senang dia lakukan akhir-akhir ini.Mala makin di lihat makin cantik, dia memang untung besar mendapatkan Mala.Bahkan dia sering merasa tidak percaya diri berjalan bersama Mala, kecantikan Mala membuat semua hampir menoleh kearah, Bramono takut suatu ketika Mala menghilang darinya."Kenapa?" Tanya Mala, melihat Bramono menatapnya sambil melamun."Kenapa, apanya?" Tanya Bramono balik."Apa yang sedang kamu, pikirkan?""Aku sedang memikirkan bagaimana seandainya kamu pergi dariku, pasti aku akan mati!" Jawab Bramono."Kenapa bisa begitu?" "Tanpa kamu apalah arti diriku!" "Gombal!" ucap Mala sambil tersenyum."Itu benar, aku sekarang sangat tergantung padamu!""Kalau begitu buatlah, aku be

  • Gelora Cinta Cassanova Impoten   Menjenguk Ratna

    Ciuman yang sangat panjang dan lama, hingga membuat kedua merasakan sesuatu dorongan yang kuat dalam hati mereka untuk berbuat lebih dari itu.Mendorong Bramono untuk membawa Mala, ke atas tempat tidur dengan lembut, dan mulai merangkak di atas tubuh Mala."Tok, tok, tok!" Tiba-tiba suara pintu di ketuk dari luar, membuat gerakan Bramono terhenti.Bramono dan Mala saling pandang."Siapa?" Tanya Bramono."Ini aku ayah, aku ingin tidur bersama ayah!" Jawab Brama.Bramono kembali menatap Mala, Mala tersenyum. Bramono mau tidak mau segera turun untuk membukakan pintu untuk Brama."Kamu mau tidur sama ayah?" "Iya,""Baiklah!" Jawab Bramono. Bramono langsung menggendong Brama lalu masuk ke dalam kamar nya Brama."Baiklah, malam ini kita akan tidur berdua di kamar ini," ucap Bramono.Brama tersenyum senang mendengar itu, dia pun langsung tidur sambil memeluk Bramono erat, seakan-akan tidak akan dia lepaskan lagi.Bramono jadi senyum sendiri, menyadari hal yang tidak jadi dia lakukan bersam

  • Gelora Cinta Cassanova Impoten   Berkumpul lagi

    Bramono menatap Mala yang muntah mengenai seluruh tubuhnya, Mala menutup mulutnya, menahan rasa mual yang kembali menyerangnya.Mala tanpa ragu mendorong tubuh Bramono, lalu turun dari tempat tidur, dan kelur dari kamar menuju kamar mandi.Sedangkan Bramono menatap tubuhnya, yang penuh dengan muntah."Oh, Tuhan!" Ucap Bramono, dia pun langsung berlari ke arah kamar mandi menyusul Mala.Mala menatap sedih ke arah Bramono."Maaf!" Lirih Mala "Sudahlah, mungkin bayinya belum mau di tengok," ucap Bramono sedih.***Bramono dengan berat hati harus meninggalkan Mala dan Brama di kampung, hari ini. Bramono harus kembali, ke Jakarta karena Bramonos'grup membutuhkannya.Sampai di Jakarta, Bramono benar-benar langsung pergi menuju kantor, hari itu juga.Dia mencoba berbuat sesuatu yang dia bisa dia lakukan untuk menyelamatkan Bramonos'grup dari kebangkrutan.Siang dan Malam, Bramono berkutat hanya di seputar pekerjaan, tidak ada waktu untuk memikirkan hal lain.Hingga tanpa terasa, waktu pu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status