Share

Malam Naas Bramono

Penulis: Husna idris
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-17 10:19:48

Senyum licik, yang di sembunyikan oleh Ratna, segera menghilang di bibir Ratna, saat Bramono melihat ke arahnya. Ratna langsung menggantinya dengan senyum yang lebar, nan tulus.

Walaupun akhirnya, Bramono langsung membalasnya dengan membuang wajahnya, ke arah lain, begitu melihat senyum Ratna itu. Ratna spontan mengepalkan tangannya, menahan rasa kesal, dengan sikap Bramono barusan.

Dengan mengabaikan rasa kesal dalam hatinya, Ratna tanpa ragu, duduk di sebelah Bramono. Namun baru saja Ratna duduk, Bramono langsung bangun, pamit ingin kebelakang.

Ratna kali ini, tidak keberatan apalagi tersinggung dengan apa yang di lakukan Bramono itu, Ratna malah bersyukur, dengan begitu dia bisa menjalankan rencananya. Ratna, sengaja bersikap ramah pada teman-teman Bramono, mencoba bersikap normal , untuk menutupi maksud yang tersembunyi, saat Ratna mendekati dan bergabung dengan mereka.

Bramono yang baru saja, kembali dari toilet, melihat teman-temannya asyik bicara dengan Ratna, terdiam sebentar. Lalu kembali berjalan ke arah mereka dan kembali duduk di tempatnya, di samping Ratna.

"Ratna, mengundang kita ke tempatnya, apa kamu mau ikut?" tanya Sopyan.

"Kalian sajalah, aku malas," jawab Bramono, sambil melihat ke arah Ratna, Bramono menangkap raut kecewa di wajah Ratna, dia tersenyum kecil, mengejek Ratna.

"Tak masalah, kalian saja yang datang!" Ucap Ratna, menutup rasa kecewanya.

"Baiklah kalau begitu, kami cabut duluan ke sana, pasti banyak cewek cantik di sana!" Ucap Sopyan lagi.

"Pasti itu!" jawab Ratna.

Bramono, menatap kepergian para temannya, lalu menoleh ke arah Ratna. Ratna pun langsung berdiri dan pamit, pada Bramono, melihat tatapan Bramono yang kurang bersahabat dengannya.

"Aku pergi dulu," pamit Ratna.

Setelah kepergian Ratna, Bramono mengambil gelas miliknya, yang masih berisi setengah, Bramono langsung menegak habis minuman itu.

Tanpa di sadari oleh Bramono, ada seseorang yang tersenyum lebar, melihat apa yang di lakukan Bramono barusan.

Bramono meninggalkan tempat itu, malas juga jika hanya nongkrong sendirian. Di tengah jalan, Bramono terkejut, ketika mobilnya dihadang oleh sebuah mobil. Bramono pun, segera menghentikan mobilnya, dengan mendadak.

Baru saja Bramono turun, dari mobilnya. Untuk menegur pengemudi mobil itu, seseorang memukulnya dari belakang, hingga Bramono jatuh pingsan, saat itu juga. Dalam keadaan pingsan, tubuh Bramono di gotong masuk ke dalam mobil, lalu di bawa ke suatu tempat.

Ketika sadar, Bramono mendapati dirinya sedang terikat di kursi, dan saat itu juga Bramono di paksa, untuk menegak minuman yang mereka berikan. Bramono menatap tajam ke arah mereka, yang begitu senang menertawakan dirinya, yang lemah saat itu.

Beberapa saat, setelah menegak minuman yang diberikan mereka, Bramono merasakan hawa panas menjalar dari dalam tubuhnya, tubuhnya mulai bergerak tidak teratur.

"Sepertinya, obat itu sudah beraksi padanya," ucap salah seorang pria bertopeng.

"Kita tinggalkan dia, biar wanita itu yang mengurusnya," ucap seorang lagi.

Mereka berdua, lalu keluar dari kamar itu, meninggalkan Bramono sendirian. Bramono makin kesini, makin merasa kepanasan, ada sesuatu yang menggebu dalam dirinya, semua pasti efek dari minuman itu.

"Sial! Sepertinya aku, telah di beri obat perangsang!" Umpat Bramono.

Bramono mendesah seorang diri, hawa panas yang dia rasakan begitu hebat, ingin rasanya dia merobek pakaian yang sedang dia pakai saat ini. Namun tak bisa dia lakukan, karena tangannya sedang dalam posisi terikat.

Tak lama pintu kamar dibuka lagi, dari luar. Bramono seketika menoleh dan melihat seorang wanita masuk menghampirinya, dengan ekspresi wajah penuh ketakutan. Kedua mata Bramono melebar, tak percaya melihat wanita seperti apa yang menghampirinya, itu. Wujud seorang wanita yang tak pernah masuk dalam mimpi dan angannya.

Apa, maksud. orang yang telah membuatnya begini? batin Bramono, karena tahu jika dia sekarang dalam pengaruh obat perangsang dan di hadapannya ada seorang wanita, yang akan jadi mangsanya. Tapi kenapa? mangsanya, harus wanita dengan model seperti ini.

"Argh" ucap Bramono.

"Lepaskan tanganku!" Ucap Bramono sambil menatap tajam wanita itu.

Wanita itu hanya diam, tak bergerak, dia bahkan tak berani memandang ke arah Bramono. Pengaruh obat perangsang dalam diri Bramono, makin membuatnya sedikit hilang akal.

"Cepat kamu buka tali ini! kalau tidak aku akan mati!" Teriak Bramono, dengan tubuh tak berhenti bergerak.

Mendengar itu, wanita itu perlahan bergerak, mendekati Bramono, dan melepaskan tali ikatan Bramono. Bramono, langsung bangun begitu tali terlepas, karena hawa panas dalam dirinya, Bramono langsung membuka bajunya sendiri, lalu menatap wanita itu dengan tatapan penuh hasrat.

Walau jauh di dalam hatinya, dia tak ingin dekat dengan wanita itu, tapi hasrat berkata lain, hasrat itu mengalahkan kata hati. Bramono melangkah mendekati wanita itu, lalu segera mengangkat wanita itu ke atas tempat tidur dengan kasar.

Wanita itu, sedikit menjerit karena terkejut, tapi Bramono tidak memperdulikannya, dia segera naik ke atas tempat tidur dan menyerang wanita itu.

Bramono, mulai menyerang wanita itu, di mulai dari bibirnya. Awalnya wanita itu menolak, namun dia akhirnya pasrah, mungkin karena dia tahu, keadaan tidak memihak padanya sekarang. Tenaganya kalah jauh dengan Bramono yang sedang terbakar hasrat.

Bibir wanita itu, menjadi sasaran yang empuk untuk Bramono, seperti tanpa puas Bramono melumat bibir wanita terus menerus, bahkan beberapa kali wanita itu seperti menarik nafas panjang saat Bramono melepaskan ciumannya.

Setelah puas dengan bibir wanita itu, hasrat Bramono yang makin meningkat, tentu saja menuntut hal lain, dia mulai menjelajah tubuh wanita itu. Sedikit demi sedikit setiap inchi dari tubuh wanita itu, tanpa ada yang terlewatkan, menjadi sasaran Bramono. Bahkan wanita itu sekarang seperti menikmati setiap sentuhan yang di berikan oleh Bramono padanya, dari mulut wanita itu, beberapa kali terdengar suara penuh kenikmatan.

Bramono, kini sudah siap menyerang inti dari wanita itu. Wanita itu menatap Bramono sebentar, lalu memejamkan matanya ketika Bramono melancarkan aksinya, Bramono terlihat sangat perkasa ketika berada di atas tubuh wanita itu, sampai akhir.

Bramono terkulai lemas di sisi wanita itu, wanita itu menoleh sebentar ke arah Bramono, wajah tampan yang lelah, tepat berada di depan matanya. Seorang pria tampan, yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya.

Bramono membuka matanya dan menatap wanita itu, yang saat ini sedang menatapnya. Bramono yang sedang dalam pengaruh obat perangsang, tentu saja hasratnya dengan cepat naik kembali, melihat wanita itu.

Bramono, kini kembali berkuasa di atas tubuh wanita itu lagi, begitu lah ... malam itu, hasrat Bramono tersalurkan pada wanita itu, hingga beberapa kali sampai akhirnya Bramono benar-benar terkulai lemas tak lagi berdaya.

Bramono dan wanita itu langsung tertidur nyenyak, dalam posisi saling memeluk satu sama lain. Tanpa mereka tahu, Ratna masuk dan mengambil foto mereka berdua, sambil tersenyum lebar.

"Dengan foto ini, aku yakin dia akan bertekuk lutut padaku!" Ucap Ratna.

Walau pun dalam hatinya sakit, karena melihat pria yang di cintai nya tidur bersama wanita lain, tapi Ratna puas karena bisa menjatuhkan harga diri Bramono saat ini.

"Dia pasti ngamuk, melihat wanita jelek itu tidur sambil memeluknya," ucap Ratna lagi sambil tersenyum.

Ratna pun segera keluar lagi dari kamar itu, saat itu juga. Hingga siang hari, di hari berikutnya, Bramono dan wanita itu masih saja terlelap, mungkin pertarungan semalam yang mereka lakukan, sangat menguras tenaga.

Menjelang sore, tubuh Bramono mulai menunjukkan pergerakan, Bramono membuka matanya perlahan, mengingat kejadian semalam. Sekilas sebuah senyuman puas terlihat di bibir Bramono.

"Mahluk apa, yang semalam tidur denganku ini?!" Teriak Bramono tiba-tiba.

"Oh Tuhan! Bagaimana ini bisa terjadi padaku!"

"Aku, tak bisa menerima ini!" Teriak Bramono.

Wanita itu terkejut, mendengar teriakkan Bramono, saat melihatnya, dia langsung menutup matanya kembali dan berkata.

"Kenapa anda berdiri di sana tanpa pakaian!" Ucap nya.

"Apa anda tidak malu?" Lanjut wanita itu lagi.

Bramono, tidak memperhatikan ucapan wanita itu, tapi Bramono fokus pada kawat gigi yang di pakai wanita itu, Bramono bergidik ngeri.

"Dia jelek sekali!" Umpat Bramono.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gelora Cinta Cassanova Impoten   Bahagia Berdua

    Bramono menatap tidak percaya pada Markus, Markus mengedipkan matanya, melihat keterkejutan Bramono itu.Mendapat kedipan mata dari Markus, Bramono malah makin terkejut, bagaimana bisa Markus yang terkenal dingin, mengedipkan matanya bahkan senyum-senyum seperti sekarang."Dia berubah!" Batin Bramono."Apa kamu ingin menjadi, seperti aku dulu?" Tanya Bramono."Tentu tidak! Aku tidak akan melakukan hal bodoh itu, aku dan kamu berbeda, aku tidak akan pernah membuat seorang wanita dendam padaku,""Bahkan aku tidak mau membuat senjataku marah, hingga tidak bisa berdiri," lanjut Markus.Bramono menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sambil tersenyum malu."Semoga apapun usaha kamu, kamu segera mendapatkan hasilnya," ucap Bramono kemudian."Terimakasih! Aku titip Mala dan Brama jaga mereka, jangan buat mereka terluka, karena jika itu terjadi, bisa aku pastikan kamu akan menyesal!" Ancam Markus dengan wajah dinginnya."Siap-siaplah kehilangan segalanya, jika sampai itu benar-benar terjadi!" L

  • Gelora Cinta Cassanova Impoten   Menjadi Pengantin

    "Aku tadi," Bramono mencoba membuka mulutnya, untuk menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya pada Mala, namun dengan cepat Mala memotongnya."Seharusnya kamu, tadi cepat masuk ke sini, begitu Markus keluar dari ruangan ini!" Omel Mala."Aku berharap melihat kamu di balik pintu itu, mengintip aku dan Markus dalam ruangan ini!" Omel Mala lagi."Tapi ternyata kamu bahkan, tidak langsung masuk menemui ku, ketika Markus keluar!" Lanjut Mala.Bramono menatap Mala yang terlihat sedih mengatakan semua itu, padanya.Bramono bahkan kini melihat kedua mata Mala sudah berkaca-kaca."Tidak seperti itu! Saat melihat kamu berada dalam satu ruangan bersama Markus! Sebenarnya aku juga ingin ikut masuk! Tapi, aku takut kamu marah!" Ucap Bramono."Aku berpikir mungkin memang kalian berdua, butuh untuk bicara," lanjut Bramono."Aku juga gelisah, saat kalian berdua di dalam ruangan ini, begitu lama!""Apalagi saat melihat Markus keluar dengan wajah marah dan kesal,""Lalu kenapa kamu tidak langsung masuk,

  • Gelora Cinta Cassanova Impoten   Bicara dengan Markus

    Markus menatap Mala, dengan tajam, dia ingat bagaimana Mala mempermalukan dirinya di pesta ulang tahunnya.Pesta ulang tahun, yang seharusnya menjadi hari yang paling bahagia, berubah menjadi hari yang buruk karena penolakan yang di lakukan Mala pada lamarannya, didepan orang banyak.Bahkan, Mala menambah drama penolakan nya, dengan aksi membuang cincin nya, tanpa rasa bersalah.Flash back on.Markus menjemput Mala dan Brama ke bandara siang itu."Aku akan mengajak kalian jalan-jalan dulu sekarang, apa kalian mau?" Tanya Markus pada Mala dan Brama."Mau!" Jawab Brama dengan semangat.Mendengar hal itu, Markus tersenyum bahagia. Siang itu Mala dan Brama benar-benar di manjakan oleh Markus.Mereka berjalan-jalan mengitari sebuah taman yang sangat indah di tengah kota. Hingga tanpa terasa siang pun sudah berubah menjadi malam.Saat malam datang, Markus tidak membawa Mala dan Brama pulang ke rumah, tapi mengajak Mala dan Brama masuk ke sebuah restoran, untuk makan.Tanpa di ketahui oleh M

  • Gelora Cinta Cassanova Impoten   Menjenguk bayi

    Pulang menjenguk Ratna, Mala dan Bramono langsung pulang, mereka pun kini sedang berbaring berdua di atas tempat tidur, sambil menatap langit-langit kamar.Setelah puas menatap langit-langit kamar, Bramono mengubah posisi tidurnya menghadap ke arah Mala.Menatap wajah cantik Mala, merupakan hal yang senang dia lakukan akhir-akhir ini.Mala makin di lihat makin cantik, dia memang untung besar mendapatkan Mala.Bahkan dia sering merasa tidak percaya diri berjalan bersama Mala, kecantikan Mala membuat semua hampir menoleh kearah, Bramono takut suatu ketika Mala menghilang darinya."Kenapa?" Tanya Mala, melihat Bramono menatapnya sambil melamun."Kenapa, apanya?" Tanya Bramono balik."Apa yang sedang kamu, pikirkan?""Aku sedang memikirkan bagaimana seandainya kamu pergi dariku, pasti aku akan mati!" Jawab Bramono."Kenapa bisa begitu?" "Tanpa kamu apalah arti diriku!" "Gombal!" ucap Mala sambil tersenyum."Itu benar, aku sekarang sangat tergantung padamu!""Kalau begitu buatlah, aku be

  • Gelora Cinta Cassanova Impoten   Menjenguk Ratna

    Ciuman yang sangat panjang dan lama, hingga membuat kedua merasakan sesuatu dorongan yang kuat dalam hati mereka untuk berbuat lebih dari itu.Mendorong Bramono untuk membawa Mala, ke atas tempat tidur dengan lembut, dan mulai merangkak di atas tubuh Mala."Tok, tok, tok!" Tiba-tiba suara pintu di ketuk dari luar, membuat gerakan Bramono terhenti.Bramono dan Mala saling pandang."Siapa?" Tanya Bramono."Ini aku ayah, aku ingin tidur bersama ayah!" Jawab Brama.Bramono kembali menatap Mala, Mala tersenyum. Bramono mau tidak mau segera turun untuk membukakan pintu untuk Brama."Kamu mau tidur sama ayah?" "Iya,""Baiklah!" Jawab Bramono. Bramono langsung menggendong Brama lalu masuk ke dalam kamar nya Brama."Baiklah, malam ini kita akan tidur berdua di kamar ini," ucap Bramono.Brama tersenyum senang mendengar itu, dia pun langsung tidur sambil memeluk Bramono erat, seakan-akan tidak akan dia lepaskan lagi.Bramono jadi senyum sendiri, menyadari hal yang tidak jadi dia lakukan bersam

  • Gelora Cinta Cassanova Impoten   Berkumpul lagi

    Bramono menatap Mala yang muntah mengenai seluruh tubuhnya, Mala menutup mulutnya, menahan rasa mual yang kembali menyerangnya.Mala tanpa ragu mendorong tubuh Bramono, lalu turun dari tempat tidur, dan kelur dari kamar menuju kamar mandi.Sedangkan Bramono menatap tubuhnya, yang penuh dengan muntah."Oh, Tuhan!" Ucap Bramono, dia pun langsung berlari ke arah kamar mandi menyusul Mala.Mala menatap sedih ke arah Bramono."Maaf!" Lirih Mala "Sudahlah, mungkin bayinya belum mau di tengok," ucap Bramono sedih.***Bramono dengan berat hati harus meninggalkan Mala dan Brama di kampung, hari ini. Bramono harus kembali, ke Jakarta karena Bramonos'grup membutuhkannya.Sampai di Jakarta, Bramono benar-benar langsung pergi menuju kantor, hari itu juga.Dia mencoba berbuat sesuatu yang dia bisa dia lakukan untuk menyelamatkan Bramonos'grup dari kebangkrutan.Siang dan Malam, Bramono berkutat hanya di seputar pekerjaan, tidak ada waktu untuk memikirkan hal lain.Hingga tanpa terasa, waktu pu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status