Mala langsung keluar dari apartemen Bramono, saat itu juga, dengan kesal. Bisa-bisanya seorang pria ingin menikahi seorang wanita, hanya karena ingin tidur dengan wanita itu.Bramono, menatap pintu apartemen nya yang kini sudah tertutup rapat lagi, hati Bramono benar-benar di buat marah, oleh Mala. ***Esok harinya lagi, Bramono sengaja menunggu Mala, datang. Bramono ingin menyelesaikan masalah ini dengan Mala secepatnya. Namun Mala hari itu, tak kunjung datang, membuat Bramono terpaksa keluar dari apartemen nya, untuk mencarinya. Bramono menghentikan maksudnya, saat melihat Mala sedang berbincang akrab dengan pemilik apartemen sebelah."Jadi nama kamu, Mala?" "Iya, tuan,""Pekerjaan kamu bagus, besok datang lagi kemari, ok!""Baik tuan, terimakasih,"Mala pun pamit, dan terkejut ketika matanya bertemu dengan mata Bramono yang menatap tajam ke arahnya. Mala pun menghampiri Bramono, dan meminta maaf, karena telat datang. Bramono hanya diam, dia memberi jalan Mala, untuk masuk ke dala
Bramono mencoba menenangkan diri, agar bisa berkonsentrasi dalam mengemudi. Bramono masih memikirkan keanehan yang terjadi, pada dirinya, bagaimana bisa melihat Laras yang seksi, namun dalam khayalan nya tadi Laras berubah menjadi Mala.Bramono tidak bicara sama sekali, dia seperti melupakan jika ada Laras di sampingnya, yang kini bahkan sedang terlihat kesal pada Bramono. Laras merasa di cuekin, bahkan tidak dianggap oleh Bramono.Bramono menghentikan mobilnya, tepat di depan sebuah restoran, Bramono berlari untuk membukakan pintu mobil untuk Laras, dengan tersenyum lebar, namun Laras malah membuang wajahnya ke arah lain.Bramono mengerutkan keningnya, karena merasa tidak berbuat apa-apa, yang bisa membuat Laras marah, sejak tadi dia hanya diamBramono tidak tahu, jika diamnya itu yang membuat Laras kesal dan Marah. Bramono dengan ragu mengulurkan tangannya, takut di tolak oleh Laras, namun ternyata dia salah.Laras menerima uluran tangan Bramono, bahkan membiarkan Bramono, menuntun
Dengan tidak sabar, Bramono menunggu kedatangan Mala. Ketika pintu apartemen baru terbuka, Bramono langsung menarik tangan Mala masuk ke dalam apartemen nya, membuat Mala terkejut, dan sedikit ketakutan melihat ekspresi yang di perlihatkan Bramono padanya.Bramono seperti akan menelannya, hidup-hidup."Duduklah, kita harus bicara!" Ucap Bramono, tiba-tiba.Mala berjalan perlahan, lalu duduk di sofa tanpa melepaskan pandangan nya, dari Bramono. Dia takut tiba-tiba Bramono, menyerangnya.Bramono duduk di sebelah Mala, lalu menarik tangan Mala dalam genggamannya. Mala mencoba menarik tangannya dari genggaman Bramono, tapi tidak bisa. Bramono memperkuat genggamannya, mata mereka saling menatap tajam penuh permusuhan. Hingga terjadi aksi tarik menarik antara Bramono dan Mala.Bramono mengalah melepaskan tangan Mala, dia harus berkonsentrasi agar bisa mengatakan, semuanya pada Mala. Dia percaya pada Mala, jika Mala akan menutup mulutnya pada siapapun, jika Mala sudah tahu semua masalahnya.
Walau ini hari pernikahan nya, Mala sama sekali tidak berdandan ataupun memakai pakaian bagus, Mala hanya berpenampilan seadanya. Karena tak ada yang istimewa dalam pernikahan ini, tidak ada ibu atau ayahnya, hanya dia sendiri."Cih!" Bramono mendelik kesal, Mala benar-benar tidak memikirkan dirinya, bagaimana bisa calon istri Bramono Sudjatmiko, berpenampilan seperti itu."Bikin malu!" Batin Bramono.Mala tak mau ambil pusing, dengan tatapan tajam yang di berikan Bramono padanya, saat melihatnya datang. Bramono langsung mengajak Mala masuk ke dalam ruangan di mana pak penghulu berada.Bramono pun langsung keluar begitu selesai, mengucapkan ijab kobul di depan penghulu, tanpa menunggu Mala. Mala memasang wajah kesal, melihat tingkah Bramono yang menurutnya, seperti anak kecil.Bahkan setelah itu, Bramono dan Mala berpisah, kemudian mereka kembali melakukan rutinitas sehari-hari.mereka. Bramono pergi ke kantornya, sedangkan Mala kembali menjadi cleaning servise. Seperti tidak terjadi h
Mata Mala yang tadi terpejam kini terbuka lebar, ketika Bramono mengulang adegan mencium bibirnya lagi. Sekuat tenaga Mala berusaha tetap sadar, agar tidak sampai membalas ciuman itu, Mala tak mau sampai jatuh terlalu dalam, dalam hubungan palsu ini.Walau ciuman Bramono sangat lembut, menggoda nya untuk membalas ciuman itu, Mala tetap bertahan, untuk tidak membalas ciuman itu. Mala membiarkan Bramono bereaksi sendiri di atas tubuhnya, ingin sekali Mala mengeluarkan suara karena merasa kan hal yang nikmat, yang Bramono lakukan di atas tubuhnya, tapi Mala menyangkal hal itu, dengan menutup mulutnya rapat-rapat.Mala memutuskan untuk mengeraskan hatinya menampik rasa itu. Mala takut dia akan jatuh cinta pada Bramono, sedangkan mereka hanya akan bersama selama enam bulan saja, Mala tidak ingin bernasib sama seperti wanita yang kemarin di tolak oleh Bramono.Mala tak berani mengharapkan mereka akan bersatu suatu hari nanti, karena Mala tahu, Bramono pria seperti apa, seorang Pria tampan y
"Tidak!" Jawab Mala cepat."Tapi, tadi kamu tertawa,""Memangnya tak boleh!" Seru Mala.Bramono terdiam, Mala memang sangat berbeda dengan wanita-wanita nya selama ini, para wanita itu selalu mencoba mengambil hatinya, dengan menuruti apapun yang dia inginkan. Namun Mala bersikap sebaliknya, Mala selalu berusaha membuatnya kesal.Mereka tak lama berada di sana, selesai menandatangani surat pembelian rumah, mereka kembali ke tempat masing-masing. Bramono ke kantor, sedangkan Mala kembali ke apartemen.Malam itu Mala tidak ke apartemen Bramono, dia bersiap-siap di kontrakan. Barang-barang yang ada di rumah kontrakan nya, dia berikan kepada para tetangga, Mala hanya membawa baju dan barang-barang pribadi miliknya saja.Setelah selesai Mala membaringkan tubuhnya yang lelah di atas tempat tidur, dan terlelap begitu saja.Berbeda dengan Bramono, Bramono yang melihat tempat tidurnya kosong malam ini, menjadi agak susah tidur. Dia hanya meraba-raba tempat tidurnya yang kosong saat ini, baru se
Bramono tak percaya, jika Imran benar-benar mendekati Mala. Bramono bahkan melihat Imran menegur Mala, namun tak lama kemudian mereka terlibat sebuah pembicaraan, Bramono bahkan kini, melihat sebuah senyum malu hadir di wajah Mala. Entah apa yang di katakan Imran padanya.Karena merasa Imran malah asyik bicara dengan Mala. Bramono mau tak mau mendekati mereka dengan perasaan dongkol, lalu menyapa."Lebih baik kita pergi, sekarang," ucap Bramono.Mala sedikit terkejut melihat kedatangan Bramono, mata mereka bertemu untuk sejenak, kemudian Mala pamit pergi pada mereka berdua."Kamu salah, dia belum bersuami," ucap Imran.Bramono terdiam, dia lupa jika pernikahan nya dengan Mala tidak boleh di ketahuan oleh siapapun. Untuk pertama kali, Bramono menyesali jika dia menutupi pernikahannya dengan Mala."Jika dia belum bersuami, memangnya kamu mau apa?" Tanya Bramono sinis."Tentu saja pdkt, kamu tahu di balik penampilannya yang seperti itu, ku lihat bodynya sangat proporsional, hidungnya pu
Mala hari ini, menunggu kedatangan Imran yang katanya akan datang menjemput, Mala terlihat sangat gelisah,bukan gelisah karena menunggu kedatangan Imran. Tapi gelisah karena mereka akan keluar bersama Bramono dan Laras.Sesaat Mala menyesali keputusannya menerima ajakan Imran. Saat itu Mala penasaran apa yang membuat para wanita mengejar Bramono.Tak lama Imran pun akhirnya datang juga, dia terlihat sangat tampan, Mala menjadi malu sendiri, dengan penampilannya yang apa adanya. Tapi Imran seperti biasa saja melihat penampilannya, Imran memang sangat berbeda dengan Bramono yang selalu memandang fisik.Imran bahkan tersenyum sangat lebar padanya, saat mereka bertemu, membuat Mala merasa percaya diri."Maaf, aku agak telat!" Ucap Imran."Tak masalah, bisa pergi sekarang?" "Tentu saja!" Jawab Imran.Imran mengajak Mala langsung menemui Bramono dan Laras di tempat tujuan. Mala terdiam sebentar saat melihat Bramono dan Laras sedang makan berdua."Ayo, kenapa berhenti?" Tanya Imran membuat