Share

Gelora Hasrat Kakak Ipar
Gelora Hasrat Kakak Ipar
Penulis: Mommykai22

Malam Panas

"Mengapa pintunya dikunci, buka pintunya!"

Setelah melangkah sempoyongan melewati koridor kamar hotel akibat pengaruh alkohol, wanita itu berdecak kala menemukan pintu kamarnya terkunci.

Kepalanya masih berdenyut hebat dan pandangannya kabur, sampai untuk sesaat, ia tidak bisa melihat jelas nomor kamar di hadapannya. Wanita itu pun hanya bisa menekan bel pintu kamar itu beberapa kali, berharap suaminya akan membukakan pintu.

Sambil menyandarkan tubuhnya ke pintu agar tidak jatuh, wanita itu mulai merogoh tasnya untuk mencari kunci, sebelum tiba-tiba pintunya terbuka dan Belinda Zamora yang tidak siap pun terhuyung masuk ke dalam.

"Akhh!" pekik Belinda saat ia terjatuh di pelukan kokoh seseorang.

Sungguh, Belinda tidak bisa melihat apa pun saat ini karena kamarnya begitu gelap, hanya ada sedikit cahaya dari luar kamar yang juga menghilang setelah pintu itu ditutup.

"Mengapa gelap sekali? Mengapa kau mematikan semua lampu, aku tidak bisa melihat apa pun!" seru Belinda sambil bergelayut di tubuh pria yang memeluknya.

"Apa ini? Kau mabuk?" Terdengar suara berat pria itu di telinga Belinda.

"Hmm, aku minum terlalu banyak." Belinda mengalungkan lengannya ke leher pria itu begitu erat. Kemudian ia berkata dengan lembut di telinga pria itu, "Apa kau tidak mendengarku? Aku tidak bisa melihat apa pun, tolong nyalakan lampunya."

Belinda sempat mendengar pria itu menggeram marah, tapi detik berikutnya, Belinda merasakan bibir pria itu sudah mencumbui lehernya sampai tubuh Belinda meremang.

"Kau beruntung aku suka aromamu meski kau mabuk, tapi sungguh kita tidak membutuhkan lampu malam ini," bisik pria itu dengan suara paraunya.

Setelahnya, tanpa menunggu lebih lama lagi, pria itu langsung membungkam bibir Belinda dengan penuh gairah dan Belinda pun membalasnya dengan intensitas yang sama. Aroma alkohol yang menguar dari napas keduanya pun membuat hasrat mereka membuncah tidak terkendali.

Tanpa melepaskan tautan bibir mereka, pria itu mendorong lembut tubuh Belinda sampai wanita itu terbaring di ranjang. Bibir dengan jambang tipis pria itu pun menyapa dan menggelitik kulit Belinda sampai Belinda pun melengkungkan tubuhnya, memberikan akses lebih pada pria itu untuk menjelajah tubuhnya.

Belinda tidak ingat lagi bagaimana caranya ia bisa berada di sini. Yang Belinda ingat hanyalah Belinda sedang menghadiri pesta untuk merayakan dilantiknya Daniel, suaminya, sebagai anggota dewan tadi.

Namun, Belinda yang diabaikan oleh Daniel pun memilih duduk sendirian dan tenggelam dalam alkoholnya. Hanya saja, segala pengabaian yang diterimanya tadi mendadak telah ia lupakan saat tangan dan bibir pria di hadapannya itu sudah begitu memanjakan tubuhnya.

Dalam sekejap, gaun Belinda sudah menghilang entah ke mana. Desahan Belinda pun terus lolos dari bibirnya karena pria itu terlalu lihai memberikan kepuasan padanya. Tubuh pria itu terus mendesaknya sampai napas Belinda tersengal dan rasa nikmat dalam tubuh Belinda pun rasanya akan segera meledak.

"Oh, kau tidak pernah selembut ini. Jangan berhenti! Jangan berhenti," desah Belinda dengan suara seksinya.

"Tentu, aku tidak akan berhenti sebelum kau memohon padaku," bisik pria itu yang benar-benar tidak berhenti membuat Belinda menjerit nikmat sepanjang malam itu.

*

Dering ponsel mendadak mengagetkan dan membangunkan Belinda pagi itu. Kepalanya masih berdenyut hebat karena sisa alkohol tadi malam, tetapi dering ponsel membuatnya harus mencari sumber suara yang ternyata berasal dari tas tangannya yang tergeletak di lantai tidak jauh darinya.

"Siapa yang menelepon?" gumamnya sambil langsung menggapai tasnya.

Buru-buru Belinda mengeluarkan ponselnya dan mengangkat teleponnya tanpa melihat nama peneleponnya.

"Halo!"

"Aku sudah meneleponmu beberapa kali, Sayang!" Terdengar suara Daniel yang sedang kesal sampai membuat matanya membuka nyalang.

Belinda masih belum bisa mengingat jelas kejadian semalam, tapi dari tubuh polosnya, ia tahu percintaan kemarin bukan mimpi.

"D-Daniel? Kapan kau pulang?" lirih Belinda bingung.

Ia berpikir, Daniel baru saja menyentuhnya semalam, tetapi mengapa pria itu sudah berada di rumah dan tanpa membangunkannya?

"Apa maksudmu kapan aku pulang? Aku sudah pulang sejak kemarin dan kau tidur di hotel sendirian, Sayang! Tapi cepatlah pulang karena semua orang sudah berkumpul di rumah!"

Debar jantung Belinda pun langsung memacu tidak karuan mendengarnya. Ada yang aneh dengan semua ini sampai Belinda pun buru-buru menoleh ke ranjang di sampingnya, dan rasanya seolah dunia sedang runtuh menimpanya saat melihat pria yang tidur di sampingnya adalah Luca Alfredo, kakak iparnya. 

‘B-bagaimana mungkin?!’ batinnya memekik.

Tubuh Belinda mendadak gemetar melihat Luca di sana sampai untuk sesaat, Belinda hanya mematung sambil memegang teleponnya.

"Halo, Sayang? Kau masih di sana kan? Belinda?"

Belinda tersentak mendengar suara Daniel di telepon.

"Aku ... aku masih di sini, Daniel. Tapi aku akan segera pulang," seru Belinda yang langsung menutup teleponnya.

Belinda begitu tegang sampai ia pun hanya bisa terus menggenggam erat selimut di dadanya. Baru saja Belinda hendak bergerak untuk turun dari ranjang, suara berat Luca tiba-tiba mengagetkannya.

"Mau ke mana kau? Aku bahkan belum membayarmu. Aku berpikir untuk menikmatimu satu malam lagi karena aku sangat puas semalam," seru Luca dengan suara paraunya sambil membelai punggung indah wanita bayarannya. 

Tentu saja Luca belum menyadari siapa wanita itu karena Luca hanya melihat rambut dan punggung mulusnya saat ini.

Belinda yang kembali tersentak merasakan sentuhan itu pun refleks mengempaskan tangan Luca dengan kasar dan berbalik menatap tajam pada pria itu.

"Berani sekali kau menyentuhku, Luca!"

Luca yang mendapatkan penolakan pun terperanjat. Terlebih, ketika ia melihat sosok wanita di hadapannya merupakan adik iparnya. 

"Sial! Kau Belinda? Apa yang kau lakukan di ranjangku?"

"Seharusnya aku yang bertanya, bagaimana kau bisa ada di kamarku dan Daniel?"

"Kamarmu dan Daniel? Ini kamarku, Belinda!"

Belinda membelalak mendengarnya dan langsung mengedarkan pandangan ke sekeliling. Dan benar saja, ini bukan kamarnya.

"Ya ampun, bagaimana bisa aku ada di kamar ini?"

Luca memicingkan mata mendengarnya. "Jangan bilang kau salah masuk kamar, Belinda?!"

"Aku tidak ingat, Luca. Tapi sekalipun aku salah masuk kamar, tidak seharusnya kau melakukan itu padaku."

"Jangan salahkan aku. Kau yang datang ke kamarku, kupikir kau adalah wanita pesananku."

"Apa? Bagaimana bisa kau memesan wanita seperti itu?"

"Jangan sok polos, Belinda!"

Belinda yang mendengarnya pun tidak ingin menanggapinya lagi. Otaknya seketika berpikir keras tentang semua ini, sebelum ia mengambil satu keputusan penting.

Luca adalah kakak dari suaminya. Terlebih, sang suami baru saja dilantik sebagai anggota dewan. Jika skandal malam ini terendus atau bahkan diketahui orang lain, efek yang ditimbulkan jelaslah besar.

"Luca, jujur aku masih tidak percaya akan ada hal seperti ini di antara kita. Tapi keputusan paling bijak yang bisa kita lakukan saat ini adalah melupakan segalanya dan berpura-pura tidak pernah terjadi apa pun di antara kita!”

Di hadapannya, Luca masih terdiam. Untuk itu, Belinda kembali melanjutkan berbicara, "Kau juga tidak mau ada skandal di dalam keluarga Alfredo yang terhormat kan? Karena itu, kuharap ke depannya kita bisa menjalani kehidupan kita seperti biasa sebagai saudara ipar, Luca. Dan sekarang, aku harus pulang karena Daniel menungguku, jadi aku permisi!" 

Dengan cepat, Belinda pun menarik selimut besar itu bersamanya. Belinda bergegas memungut bajunya yang berserakkan dan secepat kilat menghilang dari sana tanpa menunggu komentar Luca.

Pria itu sendiri hanya bisa duduk mematung di tempatnya. Ekspresi wajah Belinda yang nampak begitu yakin dan begitu angkuh saat meminta pria itu melupakan segalanya tadi membuat egonya tersentil.

"Sial! Anggap ini tidak pernah terjadi?" Luca mengulang kalimat yang tadi diucap Belinda. "Mudah sekali dia berkata seperti itu! Apa Belinda sudah biasa melakukannya di belakang Daniel? Wanita macam apa sebenarnya Belinda itu?"

**

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Fitria Pangumpia
...️...️...️...️...️...️...️...️
goodnovel comment avatar
Dermaga Bisu
Itulah sebabnya Islam mengharamkan minuman yg memabukkan spt arak dan sebagainya. Minuman yg memabukkan blh mendatangkan byk keburukan kpd peminumnya. Dlm hal ini, baik Belinda mahupun Luca, kedua-duanya adalah manusia yg bodoh! Mabuk lalu berzina.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status