Karena merasa ganteng, Asher nggak pernah lihat cermin. Dia sampai nggak sadar jadi penyebab Laura menangis.
Sekembalinya ke kamar, Asher langsung bertanya tanpa basa-basi, “Apa yang dia katakan sampai membuatmu menangis?” Laura menduga, Asher baru saja mencari tahu alasan dirinya menangis. Pria itu mengatakan akan membawakan buah di tangannya. Akan tetapi, Asher kembali ke kamar hanya membawa sebuah pertanyaan. ‘Asher pasti tahu, Noah baru saja datang ke sini.’Laura tak ingin memperpanjang masalah dengan memberi tahu Asher kata-kata kasar Noah padanya. Namun, jika dia tak memberi tahu apa yang telah dikatakan Noah, Asher tak akan dapat mengantisipasi jika Noah menuduh Asher telah tergoda oleh Laura. Reputasi suaminya akan ternoda karena dianggap membawa dirinya pulang ke rumah. Lagi pula, tak ada gunanya menyembunyikan sesuatu di belakang seorang Asher Smith. “Noah mengira aku datang ke sini karena sedang mencoba merayumu agar tidak dipecat dari Smith Group.” Suara Noah kembali menggema dalam benak Laura, membuat mata wanita itu kembali berembun. “Bukankah masalahnya sudah selesai? Kena
Terlalu lambat! Gerakan pelan sang istri membuat Asher sakit kepala. Dia tak sabar ingin segera mendekap Laura. Namun, Asher tetap diam bersabar ketika merasakan sentuhan canggung istrinya. “Asher … aku … lelah.” Asher mengusap kening Laura yang berkeringat meskipun di dalam kamar yang begitu dingin. Dia kemudian menepuk dadanya sendiri agar Laura bersandar di sana. Laura yang sudah sangat kelelahan itu langsung ambruk di dada Asher. Suara detak jantung suaminya terdengar begitu jelas dan cepat, lebih cepat dibanding gerakan pinggul sang suami. Apakah Asher berdebar kencang karena aktivitas mereka? Ataukah karena memiliki perasaan padanya? Laura tiba-tiba jadi penasaran. Kepala Laura mendongak ke atas untuk melihat ekspresi Asher yang sedang memejamkan mata seraya membuka sedikit mulutnya dengan mengerang lirih. Tangan Laura seolah bergerak dengan sendirinya untuk mengelus rambut halus di wajah suaminya. Asher membuka mata, menatap Laura sambil menyesap telapak tangannya. Mereka
Emma Ruiz, sahabat Laura itu yang pertama kali dipanggil Asher ke kantornya untuk menyelidiki masa lalu Laura dan Nora. Emma adalah orang yang paling dekat dengan Laura dan pasti tahu semua tentang Laura. Asher pun segera menyuruh Emma datang saat jam makan siang agar tak bertemu dengan Laura. Dia tak akan memberi tahu Laura sebelum semuanya jelas.Emma sebenarnya agak kurang suka dengan Asher dan enggan bertemu dengannya tanpa Laura. Namun, beberapa menit sebelumnya, Theo mendatangi kediaman Ruiz dan menjemput Emma setengah memaksa. Siapa yang butuh, seharusnya dialah yang datang, begitu pikir Emma. Asher seharusnya mendatangi dirinya sendiri kalau benar-benar butuh. Tetapi, Emma tak dapat menolak karena Theo tak mau pergi dari rumahnya sebelum membawa dirinya ke kantor Asher.Emma masih marah karena perbuatan Asher kepada Laura. Biarpun Asher telah bertanggung jawab menikahi sahabatnya, fakta bahwa Asher telah merudapaksa Laura tak bisa terhapuskan begitu saja. Laura sampai kehilan
“Aku yakin, kau akan mengurus masalah itu.” Laura lantas keluar dari kamar setelah mengatakannya. Dia sebenarnya sangat penasaran dengan sosok orang yang telah mengambil fotonya secara diam-diam. Orang itu juga, yang pasti membawa dirinya masuk ke dalam kamar hotel. Mustahil jika dirinya sendiri yang berkeliaran ke area hotel yang berjarak beberapa lantai di atas bar tersebut. Laura juga ingin memastikan bahwa ucapan Emma salah, Nora tak mungkin tega menjebaknya dengan perbuatan sekeji itu.Akan tetapi, Laura memilih mengabaikan rasa penasarannya daripada harus malu dan dituduh tergila-gila dengan sang suami terus-menerus. Dia tak mau lagi merayu Asher seperti sebelumnya.Asher bergegas menyusul Laura. “Kau tidak mau tahu? Ini sangat penting untukmu! Kau seharusnya mencari tahu orang yang sudah menjebakmu!” Dia kecewa karena usaha membuat Laura menggoda dirinya tak berhasil. “Laura Smith!” seru Asher seraya berjalan cepat menyusul Laura. “Kau sendiri yang tidak mau memberi tahu. Ke
Tubuh indah itu menari-nari di atasnya. Asher tak mau memejamkan mata untuk melihat keindahan yang sangat didambakannya. Asher tak sudi menyia-nyiakan pemandangan indah itu. Dia merekam setiap gerakan Laura dalam benaknya.Setiap liukan tubuh Laura membuat Asher melayang-layang. Desakan nikmat sang istri, seakan-akan membawa jiwa Asher terbang tinggi menembus cakrawala.Asher tak kuasa menahan gejolak dahsyat yang ingin ditumpahkan sekarang juga. Dengan satu gerakan tegas, Asher membalik tubuh Laura di bawah kuasanya.Benar ... gerakan tubuh Laura memang sangat indah di atas tubuhnya. Tetapi, wanita itu harus terus berada di bawah kendalinya."Asher ...," desah Laura.Kedua tangan Laura mencengkeram erat lengan Asher dengan mulut terbuka dan mata terpejam. Kepala Laura mendongak dan dadanya membusung ke atas.Asher tahu, wanita itu akan segera mencapai puncak kenikmatan. "Bersama-sama, Sayang ...." Dia membungkam bibir Laura yang mendesah nikmat seraya mempercepat gerakannya.Laura me
Pembalasan apa yang Laura inginkan? Laura tak bisa menjawab pertanyaan Asher itu. Memang benar jika Laura sangat marah pada Nora. Akan tetapi, Laura belum memikirkan apa yang harus dia lakukan kepada Nora.Sanggupkah Laura membalas keluarganya sendiri? Laura belum sepenuhnya yakin. Melihat keraguan dari sorot mata Laura, Asher kemudian berucap, “Kau tidak harus membalas perbuatan mereka saat ini juga. Dekatilah musuh-musuhmu untuk mengetahui kelemahan mereka.” Laura sedikit kagum saat Asher bicara tegas, namun terlihat ketenangan dari air mukanya, sehingga Laura merasakan kenyamanan ketika berada di sisinya. Asher memiliki daya tarik yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Asher yang melihat perubahan dari cara Laura memandangnya, kemudian mengucapkan petuah-petuah lain. Asher berhasil membuat Laura berpikir bahwa sikap suaminya yang dewasa dan bijaksana begitu menarik dan memesona. Pria itu melanjutkan bicara panjang lebar hingga pundaknya kian meninggi karena ditatap secara i
“K-Kakak … kenapa Kakak bicara seperti itu?” Nora tampak tercengang luar biasa. Benarkah wanita yang ada di hadapannya sekarang adalah Laura, kakak tirinya? Bukan tentang masalah barang-barang yang selalu dia minta ketika Laura menginginkannya, justru aneh bagi Nora karena Laura baru mengetahuinya. Nora tak menyangka jika Laura akan menuduhnya merebut Noah dari kakaknya itu! Nora tak merasa telah merebut Noah dari Laura. Sejak awal, Noah memang ditakdirkan untuknya dan Laura tak pantas bersanding dengan pria itu. Noah adalah miliknya! Nora lebih mencintai Noah daripada Laura dan dialah yang pantas menyandang status sebagai Nyonya Myers. Itu merupakan hal yang sangat jelas. Apa hak Laura bertanya, apakah dirinya bahagia dengan Noah atau tidak?! “Tentu saja, aku dan Noah bahagia. Dan aku tidak pernah berniat merebut Noah darimu. Noah yang menginginkanku. Buktinya, Noah meninggalkanmu karena kau juga mengkhianati dia lebih dulu.” Nora meninggikan suara. ‘Noah meninggalkanku karena k
“Apa yang kau inginkan dengan menunjukkan foto ini?” tanya Ariana ketus. Nora menelan ludah susah payah. Ariana bukannya marah kepada Laura, tetapi justru bertambah dingin padanya. Kenapa? Salahkah dirinya menunjukkan perbuatan buruk kakak tirinya? Sesayang itukah Ariana kepada Laura sehingga tak memercayai bukti kuat yang sudah jelas kebenarannya? “M-Ma, Laura telah mengkhianati Noah ….” Suara Nora seperti tercekik di tenggorokan. Dia takut ketika Ariana menatap dirinya penuh kebencian. “Pergilah,” usir Ariana, tanpa mengembalikan foto itu. Habis sudah! Nora tak memiliki bukti lain untuk menghancurkan Laura di depan semua orang! Ariana melihat punggung Nora yang bergetar dan kian menjauh. Dia mengira, Nora yang mengepalkan tangan penuh amarah itu sedang menahan tangisan sampai gemetaran. Apakah dia sudah keterlaluan pada menantunya? Tidak. Tindakannya sudah benar. Sesuai janjinya kepada Asher, Ariana akan menyembunyikan rencana pernikahan mereka sebelum Asher mengumumkannya.