Share

8. Bertemu Masa Lalu

Selagi ketiga orang itu saling bertatapan dengan kaget, Asher mengerutkan keningnya dengan bingung. "Kalian saling mengenal?"

Pertanyaan Asher mengalihkan fokus semua orang.

Laura terlihat sedikit canggung. "Ah … ya, saya–"

Belum sempat Laura selesai menjawab, Nora langsung buru-buru berkata, "Kami kenalan lama!" Dia menatap Laura dan memberikan pandangan penuh makna. "Laura adalah mantan karyawan perusahaan keluarga saya."

Ucapan Nora sukses membuat Laura dan Noah mengerutkan kening. Kenalan lama? Mereka adalah kakak-adik!

Di tempatnya, Noah menatap Nora dengan ekspresi keruh. "Nora, kamu–"

"Kak Noah …," panggil Nora dengan suara rendah. Pandangan gadis itu tampak menegaskan sesuatu seiring dirinya berucap dengan suara yang hanya bisa didengar Noah. "Jangan mempersulit keadaan."

Kalimat Nora membuat Noah bungkam, paham bahwa gadis itu sedang memperingatkan bahwa situasi Laura sudah cukup rumit. Simon sudah menghapusnya dari daftar keluarga, jadi tak ada yang boleh mengungkit latar belakang Laura sebagai Laura Hartley!

Di tempatnya, Laura hanya tersenyum pahit, terutama melihat kedekatan Nora dan Noah.

Asher sendiri tampak curiga, tapi memutuskan menepiskan hal tersebut karena tak ingin terlalu peduli dengan masa lalu karyawannya. "Begitukah?"

Nora tersenyum. "Kalau tidak keberatan, saya ingin bicara sebentar dengannya."

Entah kenapa, gerak-gerik Nora membuat Asher sedikit jengkel. Baru juga masuk dan belum memperkenalkan diri, tapi wanita itu sudah berani meminjam sekretarisnya. Namun, mengingat wanita itu adalah calon istri Noah Myers, dia pun menganggukkan kepala.

"Lima belas menit," titah Asher dingin sebelum lanjut berjalan dan duduk di sofa yang berada di seberang daerah Noah duduk tadi.

Nora lantas menarik tangan Laura setelah Asher mengizinkannya.

Setelah sampai di luar, Nora memastikan tak ada orang yang ada di sekitar mereka. Nora langsung memeluk Laura.

"Kakak, bagaimana kabarmu …?" Gadis itu melepaskan pelukannya kepada sang kakak. "Aku sangat mengkhawatirkanmu!"

Melihat raut wajah sedih dan penuh penyesalan adik tirinya, Laura merasa serba salah. Bagaimanapun, wanita itu masih menyimpan kebencian atas kejadian yang menimpa dirinya akibat kelalaian sang adik.

Selain itu, kalau Nora sungguh khawatir, kenapa tidak ada satu pun telepon yang Laura terima dari gadis itu sejak kejadian sampai sekarang!?

"Aku baik-baik saja …," jawab Laura singkat.

Ada banyak pertanyaan yang ingin Laura ajukan pada Nora, tapi sekarang rasanya sudah percuma. Dia tak ingin tahu lagi lantaran tak ada gunanya.

Karena Laura tak berbicara, mata Nora pun berkaca-kaca. Dia menutup wajah dengan kedua tangannya dan mulai menangis.

"Kakak pasti membenciku setelah semua yang terjadi …," ujar Nora membuat Laura terkejut, menjadi semakin serba salah. "Maafkan aku, Kak. Maafkan aku …."

Tangisan Nora membuat sejumlah orang yang baru saja lewat di tempat tersebut melirik dirinya dan Laura. Mereka bahkan tak segan melemparkan wajah tak suka kepada Laura karena mengira wanita itu membuat seseorang menangis.

Dengan senyuman yang dipaksakan, Laura berkata, "Nora, Nora … Kakak tidak membencimu."

Hati Laura sedikit sakit mengatakan hal itu, karena jauh di lubuk hatinya yang terdalam, sebenarnya ada rasa benci yang tersimpan untuk Nora atas bencana yang menimpanya. Namun, dirinya harus menerima kenyataan kejadian malam itu juga terjadi karena kelalaiannya sendiri.

"Sungguh?" Nora mengangkat kepala dan menatap Laura. Melihat kakaknya itu mengangguk, Nora pun tersenyum. "Bagus kalau begitu, aku pikir Kakak akan menyalahkanku karena berakhir menggantikanmu untuk menikahi Noah. Padahal, itu adalah keputusan Papa dan Keluarga Myers! Karena Kak Noah juga setuju, aku juga tidak bisa apa-apa!"

Penjelasan Nora membuat dada Laura gak sesak. 'Ah … jadi … Noah juga setuju.'

Kesedihan di wajah Laura membuat Nora tersenyum. 'Lihat wajahnya … sungguh memuaskan,' batinnya melihat kakak tirinya itu tersiksa.

Dengan senyuman yang semakin dipaksakan, Laura berkata, "Aku tidak masalah. Semoga semuanya lancar sampai acara pernikahan."

Mendengar hal itu, Nora pun tersenyum haru. Kemudian, gadis itu pun melontarkan pertanyaan yang menjadi tujuan utamanya menarik Laura keluar dari ruangan itu, "Kenapa Kakak bisa di sini?"

Laura menjawab dengan senyuman tipis, "Bekerja. Aku adalah sekretaris Tuan Asher."

Sedetik setelah menjawab pertanyaan Nora, Laura melihat wajah adiknya itu berubah agak keruh bercampur khawatir.

"Kakak, aku rasa tidak baik Kakak bekerja di sini. Bagaimana kalau Kakak bertemu dengan anggota Keluarga Myers yang lain dan mereka mencaci Kakak?"

Pertanyaan Nora membuat Laura bingung. "Apa maksudmu?"

Mata Nora membesar. "Kakak tidak tahu? Asher Smith adalah paman Kak Noah."

Laura terbelalak di tempat. "Apa?"

***

"Jadi, apa yang akan kau gunakan untuk bahan dasar dari desain perhiasan itu?" tanya Asher kepada Noah yang terduduk di depannya.

Satu detik, dua detik, lima detik. Tak ada jawaban.

Asher mengangkat pandangan dari desain di tangan dan menyadari pandangan Noah terpaku pada pintu yang tertutup. Hal itu membuat Asher memicingkan matanya.

Sedari awal Noah bertemu dengan Laura, keponakan Asher itu tampak tak bisa fokus sepenuhnya dengan pekerjaan di depan mata. Terlebih sejak Laura pergi keluar ruangan bersama Nora, Noah sudah sepuluh kali melemparkan pandangan ke arah pintu!

Menyadari ada yang salah, Asher pun menutup dokumen di tangan dan memanggil, "Noah." Masih tidak dijawab. "Noah!"

Bentakan Asher membuat Noah tersentak dan mengalihkan pandangan kepada sang paman. "Y-ya, Paman Asher?"

"Ada apa denganmu?"

Sadar dirinya melamun, Noah langsung membenarkan posisi duduknya. "M-maaf, aku sepertinya agak lelah."

Kalimat Noah membuat Asher mendengus. "Jangan berbohong padaku. Selain ibumu, aku adalah orang kedua yang paling mengenalmu," tegasnya. Sembari menyandarkan punggungnya dan menatap lurus mata keponakannya, Asher pun bertanya, "Kenapa kau terlihat begitu terganggu?"

Noah pun menghela napas kasar karena dicecar oleh sang paman. Dia menyisir rambutnya ke belakang dan berkata dengan frustrasi, "Bagaimana aku tidak terganggu, Paman?" Pemuda tampan itu menjelaskan dengan wajah pahit. "Bertemu dengan mantan tunangan yang mengkhianatiku dua minggu sebelum pernikahan, bagaimana mungkin aku bisa tenang?"

Sontak, wajah Asher berubah keruh. "Apa katamu?"

Pandangan Noah terarah pada Asher, bingung karena pamannya itu tampak tidak mengetahui hubungan dirinya dan Laura. "Paman … sekretaris Paman itu adalah mantan tunanganku, Laura Hartley!"

VERARI

Scroll untuk lanjut baca 👋

| 99+
Comments (232)
goodnovel comment avatar
Nanik
bagus sih tapi ribet
goodnovel comment avatar
Riani Delfiana
koin lagi koin lagi
goodnovel comment avatar
Feysi Jliana Suawa
duh ngak bisa lanjut
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status