Share

7. Batas Kebohongan

Hening. Tidak ada yang bersuara.

Laura mengangkat pandangan, lalu melihat wajah Asher tampak kebingungan.

"Diperkosa?"

Laura tidak bohong. Dirinya memang tak berdaya di kala Asher merudapaksa dirinya. Hanya saja, pria itu tak mengenalinya … atau bahkan tidak peduli.

Dengan air mata yang mengalir turun menuruni wajahnya, Laura pun mulai bercerita, "Ya … saya diperkosa … dan itulah yang membuat saya ditendang keluar dari keluarga saya tanpa harta apa pun." Dia bersujud di hadapan Asher. "Saya tinggal di kediaman teman saya, tapi tidak bisa untuk waktu yang lama. Itulah alasan saya berusaha mencuri kalung itu, untuk mendapatkan uang dengan lebih cepat!"

Laura tidak berbohong, tapi juga tidak sepenuhnya jujur. Dia memang diperkosa oleh Asher, juga ditendang keluar oleh Simon. Hanya saja, mengenai alasan dirinya mencuri, itu adalah sebuah kebohongan besar.

Asher menatap bagaimana tubuh Laura bergetar selagi bersujud di hadapannya. Sepasang manik hitamnya mempelajari setiap gerak-gerik Laura, terlebih makna dari pancaran mata wanita tersebut saat tadi menatapnya.

Tepat pada saat itu, Laura mengangkat kepalanya. "Saya mohon Tuan, jangan pecat saya …," pintanya. "Berikan saya satu kesempatan lagi …."

Sepasang manik biru wanita itu membuat sesuatu dalam diri Asher bergejolak, terlebih air mata yang mengalir menuruni wajahnya. Entah kenapa … ada tarikan dari netra indah sebiru lautan itu.

"Bangun."

Mendengar ucapan itu, Laura membeku. "Tuan?" Dia melihat pria itu menghela napas kasar.

"Jangan bersujud padaku," ucap Asher dengan wajah dingin seperti biasa. "Aku tidak perlu sujudmu."

Laura pun mengusap air matanya, lalu berdiri mengikuti perintah Asher.

"Aku tidak peduli dengan apa yang telah terjadi padamu," ujar pria itu, membuat Laura merasa usahanya untuk menjelaskan sudah sia-sia. Namun, Laura tak menyangka Asher akan melanjutkan, "Satu kali."

Laura mengerjapkan mata, tampak bingung.

Satu kali?

Asher menjelaskan, "Satu kali kesempatan kuberikan. Kalau ada kesalahan lagi, segera tinggalkan perusahaan ini."

Mendengar ucapan Asher, mata Laura kembali berkaca-kaca. Ada rasa syukur yang mendalam di hatinya.

"Terima kasih, Tuan Asher! Terima kasih!" Wanita itu membungkuk beberapa kali membuat Asher memalingkan wajah.

"Pergi kalau tidak ada masalah lain."

"S-saya mengerti!"

Melihat kepergian Laura, Asher terdiam di tempatnya. Wajahnya tampak kesulitan, seakan tak menyangka dirinya bisa berbuat baik kepada orang lain. Namun, tanpa mengatakan apa pun, dia menutup mata.

‘Manik biru itu … membuatku gila ….’

***

Satu minggu berlalu sejak Laura diketahui mengandung. Akan tetapi, tidak ada satu pun orang dari Keluarga Ruiz yang tahu mengenai hal ini.

Laura sebenarnya ingin menceritakan kegelisahan tentang kehamilannya kepada Emma. Tetapi, Laura tahu bahwa Emma bisa-bisa mengamuk dan mendatangi tempat kerja Laura untuk menuntut Asher saat tahu mengenai hal itu.

Alhasil, selain Laura, Asher, dokter rumah sakit, dan juga Theo yang mengantarkan surat laporan tes kehamilan, tidak ada lagi orang lain yang tahu perihal kehamilan tersebut.

"Bawakan semua laporan kemari," perintah Asher saat baru saja datang dan melewati meja Laura.

"Baik, Pak," jawab Laura seraya membawa berkas yang dimaksud dan segera mengikuti Asher.

Pekerjaan Laura sejauh ini cukup baik, dan walau Asher tidak mengatakannya, pria itu juga mengakui bahwa kinerja wanita itu memuaskan. Sampai saat ini, tak ada sedikit pun niat bagi Asher untuk memecat wanita tersebut. Pria itu bahkan memberikan gaji Laura bulan itu lebih awal dengan peringatan wanita tersebut tidak boleh lagi mencuri.

Di siang yang tenang itu, Laura mendengar Theo memberitahukan Asher perihal sebuah pertemuan. "Tuan Myers sudah ada di lantai dasar, Tuan."

'Myers?' Laura tampak kaget mendengar nama itu. Itu merupakan nama belakang Noah.

Namun, keterkejutan itu tidak bertahan lama. Laura menggeleng pelan, 'Apa yang kau kagetkan Laura, ada banyak yang memiliki nama belakang itu.' Dia melanjutkan dalam hati, 'Lagi pula, aku belum pernah mendengar Keluarga Myers menjalin kerja sama dengan perusahaan Smith.'

"Nona Laura." Suara Asher yang memanggil Laura menyentak wanita tersebut dari lamunannya. Melirik Asher, pria itu menambahkan, "Ikut."

"B-baik, Tuan!"

Laura berlari kecil menyusul Asher dan Theo. Meskipun sempat gugup saat mendengar nama itu, Laura tak ingin merusak konsentrasinya. Dia harus tetap profesional.

Namun, kala Theo membuka pintu dan mereka masuk ke dalam ruangan, langkah Laura sontak terhenti. Hal itu terjadi bersamaan dengan sepasang netra cokelat yang mendarat kepada dirinya dengan ekspresi terkejut.

"Laura …?"

Di sana, berdirilah seorang pria dengan jas berwarna biru gelap dengan wajah tampan yang lembut.

Dalam hati, Laura tak elak mengucapkan nama pria itu dengan lembut, 'Noah ….'

Ya, pria itu adalah mantan tunangan Laura, Noah Myers.

Kenapa … kenapa pria itu bisa ada di sini?!

Selagi Laura dan Noah saling bersitatap, sebuah suara lain yang familier terdengar memanggilnya, "Kak Laura?"

Laura pun menoleh kepada sosok yang berdiri di sebelah Noah.

Detik itu juga, dunia Laura terasa berhenti.

Itu … adalah Nora.

VERARI

Mau bikin ilustrasi Nora jadi keingat Dora :v

| 56
Comments (12)
goodnovel comment avatar
azhranie
author ke inget dora saat ilustrasi nora sementara aku ke inget laptop acer saat baca acher...
goodnovel comment avatar
Tumin Neng
mulai ribet nih pikiran Laura
goodnovel comment avatar
Suaibatul Aslamiah
Laura yg malang
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status