แชร์

7. Batas Kebohongan

ผู้เขียน: VERARI
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2023-08-31 21:24:57

Hening. Tidak ada yang bersuara.

Laura mengangkat pandangan, lalu melihat wajah Asher tampak kebingungan.

"Diperkosa?"

Laura tidak bohong. Dirinya memang tak berdaya di kala Asher merudapaksa dirinya. Hanya saja, pria itu tak mengenalinya … atau bahkan tidak peduli.

Dengan air mata yang mengalir turun menuruni wajahnya, Laura pun mulai bercerita, "Ya … saya diperkosa … dan itulah yang membuat saya ditendang keluar dari keluarga saya tanpa harta apa pun." Dia bersujud di hadapan Asher. "Saya tinggal di kediaman teman saya, tapi tidak bisa untuk waktu yang lama. Itulah alasan saya berusaha mencuri kalung itu, untuk mendapatkan uang dengan lebih cepat!"

Laura tidak berbohong, tapi juga tidak sepenuhnya jujur. Dia memang diperkosa oleh Asher, juga ditendang keluar oleh Simon. Hanya saja, mengenai alasan dirinya mencuri, itu adalah sebuah kebohongan besar.

Asher menatap bagaimana tubuh Laura bergetar selagi bersujud di hadapannya. Sepasang manik hitamnya mempelajari setiap gerak-gerik Laura, terlebih makna dari pancaran mata wanita tersebut saat tadi menatapnya.

Tepat pada saat itu, Laura mengangkat kepalanya. "Saya mohon Tuan, jangan pecat saya …," pintanya. "Berikan saya satu kesempatan lagi …."

Sepasang manik biru wanita itu membuat sesuatu dalam diri Asher bergejolak, terlebih air mata yang mengalir menuruni wajahnya. Entah kenapa … ada tarikan dari netra indah sebiru lautan itu.

"Bangun."

Mendengar ucapan itu, Laura membeku. "Tuan?" Dia melihat pria itu menghela napas kasar.

"Jangan bersujud padaku," ucap Asher dengan wajah dingin seperti biasa. "Aku tidak perlu sujudmu."

Laura pun mengusap air matanya, lalu berdiri mengikuti perintah Asher.

"Aku tidak peduli dengan apa yang telah terjadi padamu," ujar pria itu, membuat Laura merasa usahanya untuk menjelaskan sudah sia-sia. Namun, Laura tak menyangka Asher akan melanjutkan, "Satu kali."

Laura mengerjapkan mata, tampak bingung.

Satu kali?

Asher menjelaskan, "Satu kali kesempatan kuberikan. Kalau ada kesalahan lagi, segera tinggalkan perusahaan ini."

Mendengar ucapan Asher, mata Laura kembali berkaca-kaca. Ada rasa syukur yang mendalam di hatinya.

"Terima kasih, Tuan Asher! Terima kasih!" Wanita itu membungkuk beberapa kali membuat Asher memalingkan wajah.

"Pergi kalau tidak ada masalah lain."

"S-saya mengerti!"

Melihat kepergian Laura, Asher terdiam di tempatnya. Wajahnya tampak kesulitan, seakan tak menyangka dirinya bisa berbuat baik kepada orang lain. Namun, tanpa mengatakan apa pun, dia menutup mata.

‘Manik biru itu … membuatku gila ….’

***

Satu minggu berlalu sejak Laura diketahui mengandung. Akan tetapi, tidak ada satu pun orang dari Keluarga Ruiz yang tahu mengenai hal ini.

Laura sebenarnya ingin menceritakan kegelisahan tentang kehamilannya kepada Emma. Tetapi, Laura tahu bahwa Emma bisa-bisa mengamuk dan mendatangi tempat kerja Laura untuk menuntut Asher saat tahu mengenai hal itu.

Alhasil, selain Laura, Asher, dokter rumah sakit, dan juga Theo yang mengantarkan surat laporan tes kehamilan, tidak ada lagi orang lain yang tahu perihal kehamilan tersebut.

"Bawakan semua laporan kemari," perintah Asher saat baru saja datang dan melewati meja Laura.

"Baik, Pak," jawab Laura seraya membawa berkas yang dimaksud dan segera mengikuti Asher.

Pekerjaan Laura sejauh ini cukup baik, dan walau Asher tidak mengatakannya, pria itu juga mengakui bahwa kinerja wanita itu memuaskan. Sampai saat ini, tak ada sedikit pun niat bagi Asher untuk memecat wanita tersebut. Pria itu bahkan memberikan gaji Laura bulan itu lebih awal dengan peringatan wanita tersebut tidak boleh lagi mencuri.

Di siang yang tenang itu, Laura mendengar Theo memberitahukan Asher perihal sebuah pertemuan. "Tuan Myers sudah ada di lantai dasar, Tuan."

'Myers?' Laura tampak kaget mendengar nama itu. Itu merupakan nama belakang Noah.

Namun, keterkejutan itu tidak bertahan lama. Laura menggeleng pelan, 'Apa yang kau kagetkan Laura, ada banyak yang memiliki nama belakang itu.' Dia melanjutkan dalam hati, 'Lagi pula, aku belum pernah mendengar Keluarga Myers menjalin kerja sama dengan perusahaan Smith.'

"Nona Laura." Suara Asher yang memanggil Laura menyentak wanita tersebut dari lamunannya. Melirik Asher, pria itu menambahkan, "Ikut."

"B-baik, Tuan!"

Laura berlari kecil menyusul Asher dan Theo. Meskipun sempat gugup saat mendengar nama itu, Laura tak ingin merusak konsentrasinya. Dia harus tetap profesional.

Namun, kala Theo membuka pintu dan mereka masuk ke dalam ruangan, langkah Laura sontak terhenti. Hal itu terjadi bersamaan dengan sepasang netra cokelat yang mendarat kepada dirinya dengan ekspresi terkejut.

"Laura …?"

Di sana, berdirilah seorang pria dengan jas berwarna biru gelap dengan wajah tampan yang lembut.

Dalam hati, Laura tak elak mengucapkan nama pria itu dengan lembut, 'Noah ….'

Ya, pria itu adalah mantan tunangan Laura, Noah Myers.

Kenapa … kenapa pria itu bisa ada di sini?!

Selagi Laura dan Noah saling bersitatap, sebuah suara lain yang familier terdengar memanggilnya, "Kak Laura?"

Laura pun menoleh kepada sosok yang berdiri di sebelah Noah.

Detik itu juga, dunia Laura terasa berhenti.

Itu … adalah Nora.

VERARI

Mau bikin ilustrasi Nora jadi keingat Dora :v

| 74
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
ความคิดเห็น (12)
goodnovel comment avatar
azhranie
author ke inget dora saat ilustrasi nora sementara aku ke inget laptop acer saat baca acher...
goodnovel comment avatar
Tumin Neng
mulai ribet nih pikiran Laura
goodnovel comment avatar
Suaibatul Aslamiah
Laura yg malang
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • Gelora Hasrat sang Presdir   Gelora Hasrat ...

    “Apa ini?” Laura Smith—ibu Claus dan Collin Smith—mendapat sebuah pesan dari nomor tak dikenal yang membuatnya hampir terkena serangan jantung. “Sayang!!! Lihat ini!!” Tangan Laura gemetaran ketika melihat foto terakhir di ponselnya. Asher Smith yang sedang duduk santai sambil membaca koran, langsung membuang surat kabar itu sembarangan. Dia sangat panik mendengar istrinya berteriak. “Apa yang terjadi, Sayang?” Melihat air mata istrinya, pria yang masih menguasai Smith Group itu langsung terbelalak marah. “Siapa yang membuatmu menangis?!” Laura menyerahkan ponselnya sambil terisak-isak. Asher lantas memeluk Laura sambil melihat penyebab istrinya menangis. Sontak, wajah Asher mengernyit. “Siapa ini? Claus? Atau Collin?” “Mana kutahu!! Sebelum ulang tahun Jolie kemarin, mereka sepakat untuk memangkas rambut dengan gaya yang sama!” Asher memeluk istrinya, menepuk punggungnya untuk memberikan ketenangan selagi berpikir. Dia sungguh tak menyangka jika salah satu putra kembar yang s

  • Gelora Hasrat sang Presdir   441. Kehangatan Keluarga Smith

    Laura Smith berjalan keluar dari gedung perusahaan Hartley. Pekerjaannya telah usai saat menjelang jam makan siang.Sudah satu tahun Laura kembali bekerja. Laura tak perlu mengawasi Lana selama seharian penuh lagi.Lana saat ini sudah berusia hampir lima tahun, sedangkan Claus dan Collin pun sudah sekolah. Si kembar cukup bisa diandalkan menjaga adiknya meski terkadang membuatnya menangis. “Di mana Asher?” gumam Laura menanti Asher keluar dari mobil.Di tepi jalan, mobil mewah telah menanti Laura. Biasanya, Asher selalu menunggu Laura di depan pintu masuk kantor. Namun, dia tak melihat tanda keberadaan sang suami di mana-mana.“Kenapa malah anak-anak yang datang ke sini?” Laura gegas menghampiri mereka.Dua anak lelaki tampan dan berwajah serupa membuka pintu di kedua sisi mobil bagian belakang. Claus membantu adik perempuannya yang memakai gaun putih turun dari mobil. Si kembar kemudian menggandeng Lana di kanan dan kiri secara protektif. Seakan-akan tak ingin ada satu pun orang men

  • Gelora Hasrat sang Presdir   440. Hanya Asher

    Laura sudah menduga sejak awal saat dirinya melahirkan bayi perempuan. Asher pasti akan menjadi papa yang banyak membatasi pergerakan putri mereka. Dengan Rachel pun, Asher seperti ayah kandung yang selalu menegur setiap kali ada kesempatan. Laura takut membayangkan masa depan putrinya tidak akan bisa bebas, atau sulit mencari kebahagiaan yang diinginkannya karena tekanan dari Asher.Namun, kata-kata Asher yang menyatakan bahwa putri mereka tak akan berteman dengan siapa pun, Laura kali ini menyetujuinya. Setidaknya, untuk situasi sekarang.“Putri kami bahkan masih belum bisa melihat dengan jelas. Sebaiknya, kita membicarakan masalah teman bermainnya kalau dia sudah agak dewasa,” kata Laura kepada para nyonya besar yang hadir di pesta.Bukan hanya Asher yang diserang oleh tamu-tamu mereka, Laura pun demikian. Berbeda dari si kembar, jika putra mereka menjadi bagian dari Smith Group, besar kemungkinan dia bisa menduduki posisi tinggi tanpa bersusah payah, dan hanya karena menjadi suami

  • Gelora Hasrat sang Presdir   439. Hanya Milik Asher

    Lana Smith, putri pertama Asher dan Laura ditidurkan di tengah-tengah ranjang di kamar yang kini telah diubah sepenuhnya menjadi bernuansa merah muda. Asher, Claus, dan Collin tidur tengkurap mengelilinginya dan tak jenuh memandang bayi itu layaknya harta karun yang tak ternilai harganya.“Bibirnya bergerak-gerak, Papa,” bisik Collin.“Aduh … aku baru saja berkedip! Aku tidak melihatnya,” sesal Claus bermuram durja.“Nanti pasti bergerak lagi. Jangan terlalu keras bicara, Claus,” tegur Asher lirih.Claus cemberut dan hampir menyentuh pipi adik bayinya. Namun, Asher lekas mencegah dengan decapan dan menunjukkan tatapan tajam padanya.“Aku ingin menggendong adikku, Papa,” pinta Claus memelas.“Tidak boleh. Lana masih berusia dua hari lebih empat jam. Kau bisa menjatuhkan Lana.”Sejak diperbolehkan melihat bayi itu, mereka bertiga senantiasa mengamatinya dengan posisi sama. Asher mencatat setiap gerakan kecil Lana, sedangkan Claus dan Collin akan memberi tahu ketika dirinya sedang melakuk

  • Gelora Hasrat sang Presdir   438. Harapan Laura dan Asher

    Waktu berlalu dengan cepat. Perut Laura kini telah membesar dan hampir melahirkan.Asher dan Laura sepakat untuk tidak mencari tahu jenis kelamin bayi mereka karena pertentangan pendapat. Namun, dokter tetap memberi tahu bahwa bayi di dalam rahim Laura kali ini hanya ada satu.Asher meyakini bahwa bayinya berjenis kelamin perempuan, sedangkan Laura yakin bahwa anaknya lelaki. Sementara itu, orang-orang di sekeliling mereka pun memperdebatkan hal yang serupa dan tak ada yang menebak sama. Karena itu, kamar untuk bayi mereka juga dipersiapkan setengah untuk perempuan, setengah lagi untuk laki-laki.“Sayaaaang!” seru Asher dari koridor.Laura yang saat ini berada di kamar Claus dan Collin bersusah payah bangun untuk menyambut Asher yang baru saja pulang dari kerja. Simon gegas membantu Laura berdiri dan menuntunnya ke depan pintu.Rupanya, Asher masih jauh dari kamar itu dan hanya suaranya yang terlalu keras memanggil dirinya. Melihat sang istri kesulitan menegakkan badan, Asher gegas

  • Gelora Hasrat sang Presdir   437. Tawa Lepas

    “Hanna, apakah aku-”Hanna berjalan melewati Simon dan tak ingin mendengar penjelasan apa pun sekarang. Dia masih kecewa karena ternyata hanya dirinya yang menganggap Simon sebagai keluarga.Simon mengusap wajah dengan kasar, lalu berbalik menyusul Hanna. “Aku harus segera menjelaskan kesalahpahaman ini.”Hanna sudah hampir masuk ke mobil sambil bercakap-cakap dengan Laura. Melihat cara bicara Laura yang sambil melihat dirinya, Simon takut jika Hanna mengadukannya.Simon tak berani mendekat. Kemudian masuk ke pintu mobil di arah yang berlawanan dari mereka.Dalam perjalanan ke tempat wisata lain, Hanna sekali pun tak melihat Simon. Saat mengurus Claus dan Collin yang duduk di antara mereka dan harus menghadap Simon, Hanna selalu menunduk atau melihat ke arah lain.Hanna benar-benar mengacuhkan Simon sampai hari berikutnya. Dia selalu berkumpul dengan orang lain dan enggan duduk hanya berdua dengan Simon ketika mengasuh Claus dan Collin.Simon tak tahan lagi! Hari ketiga liburan merek

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status