“Nadine, selama ini aku kurang memperhatikanmu sebagai mertua. Kau mungkin merasa aku adalah mertua yang buruk. Aku tidak bisa memberi alasan apa pun tentang itu, tapi memang benar kalau aku sempat tidak menyukai kehadiranmu,” ungkap Laura.Nadine memilin jari-jarinya dengan gugup. Jadi, firasatnya memang benar. Laura sempat tak menyukai dirinya.Akan tetapi, Laura mengatakan ‘sempat’ tak menyukai dirinya. Artinya, Laura sudah tak merasakan itu lagi. Nadine bisa sedikit lega karenanya.“Pikiranku selalu menghakimimu tanpa berusaha mengenalmu lebih dulu. Karena itu, aku datang ke sini untuk mengenalmu lebih dekat dan tadinya ingin memintamu kembali dengan Collin. Tapi, ternyata aku tidak perlu minta itu lagi.” Laura tersenyum hangat pada menantu yang terpana oleh kejujurannya.“Selama tiga bulan terakhir, Collin tidak pernah pulang ke kediaman Smith. Dia selalu bekerja keras dan diam-diam mencarimu. Dia pikir papanya akan menghalangi usahanya mencarimu.”“Itu … saya sendiri yang minta
Collin menggendong Nadine ala pengantin sepanjang jalan. Edwin pikir, Nadine terluka parah sampai tak bisa jalan sendiri.Nadine buru-buru turun dari gendongan Collin. Dia malu sekali dilihat ayahnya dalam keadaan seperti itu.“Kaki Nadine kesemutan, Ayah. Tidak terjadi apa pun padanya.”“Kesemutan? Kau tidak perlu menggendongnya kalau cuma kesemutan!” Edwin tercengang, lekas mendekati Nadine. Dia tak enak hati pada besannya karena tingkah putrinya yang seperti anak kecil manja pada suami.“Lihat! Kau cukup memukul pelan seperti ini dan akan sembuh sendiri!”Ayah Nadine menunduk dan memukul pelan betis Nadine.“Ayah! Aku sudah mengatakan padanya kalau kakiku sudah baik-baik saja, tapi dia tidak mau menurunkanku!” seru Nadine.Collin menghalangi mertuanya menyiksa kaki istrinya. Meskipun Edwin orang tua Nadine sendiri, Collin akan melawan jika diperlukan.“Jangan pukul kaki istriku, Ayah! Dia tidak salah apa-apa!”Laura akhirnya keluar dari rumah sambil mendecak dan menggeleng-geleng.
“Claus, di mana Collin dan Nadine? Apa mereka akhirnya bertemu? Tuan Billy katanya menyuruh orang memberi Collin petunjuk sampai ke sini.” Angela celingukan mencari Collin dan Nadine.Para pencari Nadine suruhan Collin beberapa waktu adalah orang-orang yang dikirim Billy. Mereka tak langsung memberi tahu posisi Nadine, sebab Billy juga menunggu Claus datang.“Tumben kau melakukan kebaikan, Paman,” cibir Claus sambil melirik Billy.Angela mencubit gemas pipi Claus. Suaminya ternyata tak berubah setelah mereka berpisah puluhan tahun … menurut waktu dalam benak Angela sendiri.“Tuan Billy sengaja mengundangku untuk merayakan ulang tahun kalian.”Wajah Claus mengernyit ke arah Billy yang menyeringai. Sudah jelas, Billy berniat membuat Asher Smith yang telah menyiapkan ulang tahun mereka kesal.“Duke dan Jolie juga akan ke sini nanti.”“Apa?! Kenapa Duke juga ikut?!” sergah Claus.“Apa maksudmu? Di sini negara asal putraku! Sekaligus—”Terdengar bunyi keras dari atas. Lagi-lagi, Claus haru
Claus Smith menggerutu sepanjang hari. Sudah sejak kemarin Collin dan Nadine pergi, tapi mereka tak kunjung kembali. Hari ini pun sudah akan segera berganti.“Katanya mereka hanya mengambil koper. Kenapa lama sekali? Collin harusnya membantuku mencari lobster!”Saat ini, Claus dan Edwin sedang berada di perahu yang berhenti di perairan dangkal. Mereka memutuskan mencari lobster mutiara pesanan Billy karena para nelayan tak berhasil menemukannya.Claus tak sabar. Dia akhirnya mengajak Edwin mencari lobster, sekaligus menghabiskan waktu menunggu Collin dan Nadine pulang.“Di sini memang bukan habitat lobster mutiara. Kenapa tidak mencari lobster jenis lain saja?”Claus menepuk dahinya dengan tangan yang basah terkena air laut. Dia sudah merogoh-rogoh di area berpasir yang kata para nelayan adalah habitat lobster mutiara, sejak siang sampai sore ini!“Kenapa Anda tidak bilang dari kemarin?! Dan kenapa tidak mencegah sebelum berangkat?! Argh!!!”Claus berdiri sambil menjambak rambutnya de
Collin sengaja tak menyentuh Nadine. Bukan karena marah, melainkan tak mau lebih terpancing menginginkan percintaan panas lainnya.Hingga sinar matahari menerobos dari tirai jendela, Collin masih terbangun-bangun, dan akhirnya terjaga sepenuhnya.‘Gawat … pagi-pagi seperti ini lebih mengerikan dibanding semalam,’ batin Collin resah sambil melihat ke bawah tubuhnya. ‘Apa kau merindukan si imut? Ough!! Kau harusnya membantuku berpikir, bukan malah memamerkan kekuatanmu saja!’Collin memaki kejantanannya. Dia benar-benar sulit menahannya.Namun, Collin tetap tersenyum saat mengamati istri cantiknya yang masih tidur lelap. Punggung tangannya menyentuh pipi Nadine dengan lembut.Dengan menatap Nadine, Collin berharap hasratnya sedikit meredup. Namun …“Ough .…” Collin menahan gerakan tangannya, mengambang di atas pipi Nadine. Hasratnya justru semakin kuat setelah hanya menyentuh pipi istrinya.“Pipimu lembut sekali, seperti ….”Dia mengusap wajahnya dengan kasar. Kemudian mandi dengan air
“Aku tidak mengatakan apa pun, Nadine. Kenapa kau khawatir sekali?” Collin kemudian mengabaikan televisi, memiringkan badan ke arah Nadine. “Apa sesakit itu? Perlukah aku memeriksanya?”Nadine mencebik. “Lalu mau apa setelah memeriksa? Lagi pula, rasanya tetap perih.” Dia jelas tahu apa yang ingin Collin lakukan dengan menawarkan bantuan sebagai alasan.“Aku bisa membantu mengurangi rasa sakitnya. Apa kau tahu alasan orang-orang melakukan hubungan badan berkali-kali saat malam pertama?” Collin mulai mengada-ada. Dia sangat menginginkan Nadine, tapi tak mau memaksa.“Istri mereka mungkin sudah pernah melakukan hubungan badan sebelum menikah dan sudah terbiasa.”“Yang aku bilang adalah saat wanita pertama kali melakukannya. Aku sempat mencari informasi di internet, cara untuk meredakan perih ketika malam pertama. Apa kau mau tahu caranya?”Tentu saja, itu hanyalah bualan Collin. Satu alis Nadine terangkat, tampak tertarik. Sesungguhnya, pangkal pahanya masih nyeri saat kakinya bergera