“Malam, Tan,” Jiandra memamerkan senyum manisnya saat Jilaine membuka pintu.
Perempuan itu tampak terkejut karena Jiandra tak sendirian—gadis itu datang bersama Anindia, sang Ibu.
“Ada tamu spesial ternyata, mari masuk,” Jilaine membuka pintunya lebih lebar lagi dan mempersilakan kedua tamunya itu untuk masuk.
“Revian ada kan, Tan?” tanya Jiandra sambil melepas sepatunya.
“Loh, emang kamu nggak kabari dia dulu?” Jilaine mengerenyitkan alis.
“Nggak, Tan. Biar surprise hihihi,” Jiandra tertawa kecil.
“Dasar, ada tuh di kamarnya. Sejam yang lalu baru aja pulang,”
Mereka dipersilakan duduk di ruang keluarga yang nyaman, mata Anindia tak berhenti memperhatikan keadaan sekitar. Rumah ini besar dan nyaman, jelas mereka keluarga yang berada dan hidup dalam kecukupan.
“Bagus kan, Bu? Rumahnya?” Jiandra menyodok pinggang Ib
Suasana ruang keluarga di unit Dafandra & Naren kini ramai dengan kehadiran Revian, Arusha, Narthana dan Jivan. Besok—Naren akan berangkat ke Tokyo, mereka memutuskan untuk mengadakan pesta perpisahan.“Jauh banget di Tokyo, Kak. Nggak disini aja kenapa,” ujar Jivan sambil mencomot pizza.“Menambah wawasan, Van. Bosen ah disini mulu,” Naren menuangkan cola kedalam gelas.“Bilang aja sekalian nyari cewek disana, Kak,” celetuk Arusha.“Bener juga tuh, dia mah dimana aja bakal laku,” tanggap Narthana.“Emang dikira gue barang dagangan apa, gue beneran mau belajar ya disana,”“Liat aja deh, kalau Naren sampai post jalan sama cewek kita ledekin aja,” Dafandra tertawa kencang.“Lo ngomporin aja anjir, temen bukan sih?” Naren mendorong pundak Dafandra.“Hahahha, nggak apa-apa kali studi sambil pacaran,”
“Anna?” Satya kaget kala mendapati manajer Sherianne datang ke Sadajiwa tepat saat kafe baru saja dibuka.“Hahaha, kaget lo. Liat gue,” Anna tertawa.“Abis lo kelamaan cutinya, Sherianne uring-uringan tuh nggak dimanajerin sama lo,” Satya menarikkan kursi dan mempersilakan Anna untuk duduk.“Sorry deh, hahaha lo tau pemulihan bumil susah ditebak. Ini gue juga berani setelah dapet baby sitter yang cocok,” jelasnya. Anna memang manajer sedari awal Sherianne berkarir sebagai model, meski 4 tahun lebih muda dari Sherianne—perempuan itu begitu cocok bekerja dan dapat diandalkan. Ia memutuskan cuti setelah kehamilan anak ketiganya sudah memasuki usia 7 bulan dan baru kembali setelah anaknya hampir berusia setahun.“Mau pesen kopi lo?” tanya Satya.“Iyalah, Sherianne mau kopi tapi buatan lo katanya. Sama 10 gelas buat fotografer sama staffnya,” jela
"Paaaaa !!!" pagi-pagi begini Narthana sudah menyeruak masuk ke kamar Satya."Kenapa, Nat?" tanya Satya, ia menyingkap selimutnya dan membiarkan Narthana masuk ke dalamnya. Dengan tinggi Narthana yang sudah melebihi Satya, sang anak memeluki Papanya dengan erat."Nat, masih aja peluk-peluk. Bulan depan sudah jadi mahasiswa lho," Satya terkikik."Biarin, kan aku anak Papa satu-satunya. Siapa lagi yang peluk Papa selain aku?""Mamamu? Adikmu nanti?" goda Satya."Adik?" Narthana menautkan alisnya."Memang kamu nggak mau punya adik?" tanya Satya lagi."Mau sih, Pa. Tapi kira-kira bedanya nanti 19 tahunan? Nanti disangkanya anak aku,""Biar ada yang nemenin Papa-Mama, kamu nanti kuliah pasti sibuk sendiri terus nggak lama kamu kerja, punya karir dan nikah deh,""Itu masih lama, Pa,""Waktu nggak kerasa Nat, dulu Papa juga mikir begitu. Rasanya baru kemarin Papa pacaran sama
"Kamu pindah sekolah aja, ya?" ujar Keenan saat mereka tengah sarapan bersama. Hari ini hari pertama Arusha sekolah setelah liburan kenaikan kelas kemarin, anak itu menaruh garpu dan pisau yang sedari tadi ia gunakan untuk menikmati rotinya."Yah, nanggung. Setahun lagi aku lulus," Arusha menatap Keenan lekat."Nanggung atau kamu nggak mau jauh dari gadis itu?" tanya Keenan. Arusha menghembuskan nafas panjang."Gadis itu punya nama, Yah. Rea,""Jadi kamu nggak mau pindah karena dia? Iya?" cecar Keenan."Yah, dia nggak seburuk itu," Arusha masih berusaha membela."Pengaruh dia baik setelah bikin kamu suka keluar malam dan balap liar?""Dia yang paling ngerti aku sekarang, Yah. Tolong jangan pojokin Rea terus," Keenan menaruh pisau dan garpunya, ia teguk sisa kopi di gelasnya dan beranjak dari kursinya."Kita berangkat sekarang, Ayah ante
"Kayak ABG aja jalan-jalan kemallgini," ujar Jilaine saat ia dan Johnny memasuki lobby."Haha, sesekali. Mumpung kamu lagi disini juga, kalau udah pergi ke NY kan kamu susah pulangnya," Johnny mengamit tangan Jilaine."Iya juga sih, kalau sama kamu kan paling nggak jauh dari ngopi,hunting foto,sama jalan-jalan ke alam," mata Jilaine sibuk melihat toko-toko yang berjejer."Kalausummernanti kita liburan berempat gimana? Mau?" tawar Johnny. Jilaine tertawa."Kok ketawa sih?" Johnny mengerenyitkan alis."Kamu dari dulu juga suka serba dadakan kalau ajak pergi, nggak berubah,""Jadi nggak mau nih?" bibir Johnny mengerucut."Hahaha, mau. Tapi bicarain dulu sama anak-anak, apalagi Revian kan baru masuk kuliah,""Oke, nanti aku bicarain sama mereka," mereka masuk ke salah satu toko sepatu.*
7 tahun yang lalu... Keenan baru saja mengantarkan Arusha ke sekolah, ini selalu menjadi rutinitasnya setiap pagi sebelum berangkat ke kantor--kecuali ia ada urusan mendesak di kantor barulah ia menyuruh supir untuk mengantar anaknya tersebut. Di perjalanan menuju kantor, ponselnya berdering.Sissy...calling."Ada apa, Sy?" tanya Keenan--Sissy merupakan sekretarisnya."Pak, saya baru dapat kabar kalau proyek cabang yang di Bogor mengalami kecelakaan, Pak. Konstruksi bangunan runtuh," ujar Sissy."Yang bener kamu, Sy?" tanya Keenan tak percaya."Iya, Pak. Bapak diminta untuk mendatangi lokasi,""Oke, saya kesana sekarang," Keenan memutus sambungan teleponnya, ia pacu mobilnya dengan kecepatan tinggi dan menuju tempat yang dituju.*** 2 jam kemudian, Keenan sudah sampai di lokasi. Sejak 2 tahun lalu ia memang berencana untuk membangun cabang
Berita tentang runtuhnya bangunan Sagara menghiasi media beberapa hari belakangan ini, Keenan tak bisa sepenuhnya fokus pada pekerjaan karena ia masih harus mengurusi hal yang berkaitan dengan insiden tersebut. Mulai tuntutan hukum dari keluarga korban, kompensasi yang ia harus berikan hingga tekanan dari dewan perusahaan untuk segera menyelesaikan masalah ini. Mereka berkata bahwa masalah ini harus segera diselesaikan, karena semakin lama masalah ini berlarut maka akan berpengaruh terhadap kredibilitas Sagara sebagai salah satu perusahaantour & travel ternama di Indonesia."Ayah mau kemana?" diluar dugaan--Arusha sudah berdiri dihadapan ruang kerja Keenan."Kok kamu disini, Nak?" Keenan menunduk menatap tinggi Arusha yang kini sudah hampir mencapai pundaknya."Abis Ayah di ruang kerja terus. Ini hari Minggu, Yah. Nggak mauquality timesama aku gitu?" rajuk Arusha sambil
3 hari berlalu sejak Revian terakhir kali menghubungi Jiandra, ia sempat lupa karena kesibukannya di kampus. Tapi biasanya jika Revian tengah lupa menghubungi--maka Jiandralah yang akan menghubunginya terlebih dulu, entah viachatatauvideo call.Namun hingga kini, gadis itu sama sekali tak menghubunginya. Apakah jadwal sekolahnya sepadat itu?"Anak bujang Papa bengong aja, kenapa nih?" Johnny yang keluar dari kamarnya mendapati sang anak masih berjibaku dengan tugas, di meja ruang TV--Revian duduk bersila di lantai dengan laptop yang menyala--tak lupa ada segelas kopi disampingnya."Jangan ngopi mulu, nanti kamu makin susah tidurnya," peringat Johnny."Justru kalau aku nggak ngopi, yang ada aku ngantuk Pa," kilah Revian. Johnny menggelengkan kepalanya dan menuju dapur untuk mengambil segelas air. Ia mengenggam mug putihnya yang selalu ia pakai untuk meminum air putih dan duduk