Share

Bab 3. Serba salah

Nayyara duduk termenung di ruangan kecil miliknya. Sebuah foto dengan menampilkan senyum manis ketiga orang di dalamnya membuat Nayyara menatap sendu. Bagaimana tidak, kebahagiaan yang dirasakannya saat itu seakan tidak mau jauh darinya. Nayyara kecil sangat dicintai saat itu, bahkan tidak sekalipun ia mendengar suara bentakan yang ditujukan padanya. Nayyara mengingat semua kenangan manisnya kala itu yang kini hanya tinggal tangis berselimutkan tawa yang perih.

Pernah sekali Nayyara berdoa minta waktu untuk di kembalikan ke belakang, dia meminta supaya adiknya Rania tidak pernah ada di antara mereka. Namun, sesaat kemudian Nayyara menarik kembali doanya, biar bagaimanapun dirinya juga sangat menyayangi Rania, walaupun Rania selalu berbuat masalah kepadanya.

“Ada masalah lagi di rumah?” tanya Salwa yang sudah mengerti dengan permasalahan hidup Nayyara.

“Seperti biasa,” jawab Nayyara pelan seraya menyimpan kembali foto yang dia pegang itu kedalam dompet miliknya.

Nayyara dan juga Salwa sudah bersahabat dari lama. Hal itu yang membuat mereka sedikit banyaknya mengetahui permasalahan yang dihadapi masing-masing. Salwa selalu ada untuknya begitu juga dengan kedua orang tua Salwa yang sudah menganggap Nayyara seperti anak sendiri.

Selesai makan malam Rania dan juga kedua orang tuanya langsung ke kamar untuk bersiap-siap karena malam ini mereka akan menghadiri acara ulang tahun anak dari salah satu kolega bisnis Yacob yang tidak lain adalah sahabat lamanya sendiri, sedangkan Nayyara justru masih beres-beres dan membersihkan dapur bekas dia memasak untuk makan malam tadi, setelah semua dirasa sudah bersih, Nayyara segera ke kamarnya untuk bersiap juga dia tidak ingin tertinggal seperti sebelum-sebelumnya.

Nayyara melihat ke arah Ayah dan juga Bundanya yang hanya sibuk menggandeng tangan Rania, sedangkan Nayyara berjalan di belakang mereka tanpa dihiraukan oleh ketiga orang itu. Malam ini penampilan Nayyara sangat cantik. Dia memakai dress berwarna hitam yang dia beli beberapa hari yang lalu. r

Rambut panjangnya dia gulung menampilkan leher jenjangnya dengan sempurna membuat siapapun yang melihatnya akan terpana.

Sesampainya di gedung tempat acara berlangsung, mereka disambut oleh pemilik pesta tersebut dengan ramah.

“Wah, ini dia tamu yang ditunggu-tunggu akhirnya menampakkan diri, terima kasih Bro sudah menyempatkan diri hadir di acara ini,” ucap Frans sumringah memeluk Yacob sebagai tanda sahabat yang sudah lama tidak bertemu.

“Sama-sama,” jawab Yacob membalas pelukan Frans dengan tersenyum lebar. Untuk beberapa saat mereka berbincang setelah beberapa tahun tidak bertemu.

“Ini Nayyara yang mana? Soalnya terakhir kali ketemu saat dia masih kecil. Mungkin saja sekarang wajahnya sudah berubah menjadi lebih cantik,” ujar Delia tersenyum melihat kedua putri Yacob bergantian.

“Ini Rania putri saya, saat ini ia sedang kuliah kedokteran di salah satu kampus terkenal di kota ini,” ucap Fania tanpa menghiraukan pertanyaan Delia yang pertama.

“Wah hebat sekali, sudah pintar cantik lagi,” puji Delia mengelus lembut pipi Rania membuat Rania menoleh ke arah Nayyara dengan tersenyum remeh.

Sesaat kemudian pandangan Delia beralih pada gadis yang masih setia berdiri di tempatnya dengan senyum yang tidak pernah pudar di bibirnya.

“Berarti yang ini Nayyara, ya ampun sekarang kamu sudah dewasa dan menjadi gadis yang sangat cantik. Bisa-bisanya Tante lupa pada wajah gadis yang selalu tersenyum ini,” ucap Delia sumringah berjalan ke arah Nayyara dan memeluknya dengan lembut.

Tentu saja hal itu tidak luput dari pandangan Fania dan juga Rania yang memandang tidak suka ke arah Nayyara yang seakan sedang mencari perhatian.

Kedua wanita berbeda usia itu terus saja mengobrol hingga lupa tempat di mana mereka berada saat ini. Hingga suara deheman dari Frans membuat obrolan mereka terhenti dan sama-sama menoleh ke arah suara dengan tersenyum kikuk.

“Sepertinya setelah bertemu dengan Nayyara membuat Mama lupa pada Papa dan juga anak kita yang sedang menunggu di sana,” ucap Frans berpura-pura merajuk.

“Ih Papa ini, Mama sudah lama ingin bertemu dengan Nayyara. Oh ya Faris pasti juga akan sangat senang melihat Nayyara hadir di acaranya. Ayo, Sayang, kita ke sana,” ucap Delia menggandeng tangan Nayyara menuju tempat di mana Faris menunggu.

Frans mengikuti langkah istrinya dengan menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah isterinya itu yang sangat bersemangat sekali ketika bertemu dengan Nayyara. Diikuti dengan Yacob beserta istri dan anaknya yang sudah memasang wajah tidak senang pada Nayyara mereka pun menuju ke arah Faris.

“Kak Nayyara apa-apa sih Bun, pasti dia sengaja melakukan ini untuk mempermalukan aku,” ucap Rania kesal sambil terus menatap Nayyara dengan sinis.

“Sudah tenang saja, nanti saat tiba di rumah Bunda akan memberinya pelajaran.” Fania berusaha untuk menghibur hati putrinya yang dirundung rasa cemburu itu dan kesal itu.

Raut wajah Rania seketika berubah saat melihat penampilan Faris yang terlihat sangat memukau malam ini. Dia berjalan mendahului langkah Nayyara dengan wajah yang berseri-seri berniat ingin menyapa Faris terlebih dahulu.

“Kak Fa—" Rania terdiam saat melihat Faris berjalan melewati dirinya, seketika senyuman di wajahnya hilang begitu saja mendengar seseorang yang di panggil oleh Faris.

“Nayyara, astaga ini kamu?” Faris menatap kagum ke arah Nayyara dan menghampiri Nayyara tanpa menghiraukan Rania yang sempat akan memanggilnya.

Rania menoleh dan mendapati Faris sedang memeluk Nayyara dengan sangat erat membuat sang empunya badan merasa sesak dan juga terkejut secara bersamaan.

“Maaf, maaf. Aku tidak bermaksud untuk memeluk kamu tanpa ijin, aku hanya sangat bahagia melihat kamu hadir di acara ku malam ini,” ucap Faris dengan wajah yang benar-benar terlihat sangat bahagia.

Sedangkan Nayyara merasa sangat canggung dan juga takut saat tanpa sengaja tatapannya bertemu dengan Bunda dan juga Ayahnya yang menatap dirinya dengan tatapan tajam, pasti nanti Nayyara akan kena marah besar dari keluarganya itu.

“Ah, tidak apa-apa. Aku hanya merasa sedikit terkejut. Oh ya, selamat ulang tahun, Kak. Maaf aku tidak menyiapkan apa-apa,” ucap Nayyara tersenyum ramah dan tentunya senyuman itu sudah sangat lama Faris rindukan.

“Tidak apa-apa, kamu sudah mau datang saja itu sudah sangat buat aku bahagia,” timpal Faris tersenyum hangat.

Faris menoleh ke arah Rania saat ia menyadari bahwa sedari tadi ia hanya sibuk pada Nayyara hingga melupakan jika Rania juga berada di sampingnya.

“Hai adik cantik, tidak terasa kamu juga sudah semakin cantik sekarang. Sudah bukan anak ingusan lagi,” ujar Faris mengelus rambut Rania lembut seraya menggodanya seperti hal yang sering dia lakukan dulu.

Rania hanya menjawab dengan senyum yang di paksakan. Hatinya sudah terlebih dahulu dibakar api cemburu melihat kedekatan Faris dan juga Nayyara. Rania selalu merasa tersaingi bila Nayyara ikut serta di antara mereka. Bagi Rania hanya dirinyalah yang boleh mendapatkan perhatian dari semua orang.

Beberapa saat kemudian, Nayyara, Rania, dan juga kedua orang tua mereka berjalan menuju mobil untuk segera pulang ke rumah. Saat sudah berjalan menjauhi kerumunan orang-orang, Fania menarik tangan Nayyara dengan kasar dan mendorongnya untuk segera memasuki mobil, kemarahan Fania sudah memuncak saat melihat putri kesayangannya kehilangan mood akibat perbuatan Nayyara yang selalu saja mencuri perhatian banyak orang di dalam sana.

Setibanya di rumah, Nayyara yang baru saja turun dari mobil segera diseret masuk oleh Fania dan tentunya senyuman penuh kemenangan terbit dibibir Rania. Dia merasa sangat bahagia karena sebentar lagi Nayyara akan merasakan siksaan seperti biasa yang dilakukan Fania padanya, sedangkan Yacob yang melihat itu hanya diam tak menanggapi atau pun melarang sang istri karena dirinya juga tidak jauh berbeda dengan sang istri saat mengetahui anak semata wayangnya bersedih disebabkan oleh Nayyara.

Sepasang suami istri itu seakan lupa bahwa mereka tidak bisa memerintahkan siapa saja untuk selalu berlaku baik dan juga memperhatikan putri yang teramat mereka cintai itu. Mereka seakan tutup mata melihat sifat iri sang anak yang sudah mendarah daging pada Nayyara putri yang mereka lupakan setelah kehadiran Rania.

Menjadi Nayyara saat ini memang serba salah, segala apa yang dilakukan oleh Nayyara selalu saja salah di mata kedua orang tuanya itu, sedih rasanya menjadi Nayyara saat ini karena mereka benar-benar sudah berubah ketika memperlakukan Nayyara, dari dulu yang selalu lembut kepada Nayyara sekarang menjadi semakin kasar.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status