Share

Bab 4. Ajakan makan malam

Author: Penasaya
last update Huling Na-update: 2023-12-14 16:52:21

Isak tangis masih terdengar di sudut kamar Nayyara, sesekali ia meringis mengobati luka dari Fania Bundanya. Nayyara tidak tahu bahwa membuat mood Rania buruk juga akan menjadi kesalahannya. Nayyara bukan lagi anak kecil yang tidak bisa membela diri. Akan tetapi, percuma saja jika kenyataannya pembelaannya tidak berarti apa-apa.

“Terlepas dari apapun yang sudah terjadi dan melukaiku, Nayya akan tetap sayang, Bunda,” ucap Nayyara lirih sambil menahan rasa perih pada lukanya.

Setelah puas menangis dan juga mengobati lukanya, Nayyara turun ke bawah menuju dapur untuk mengambil air minum yang selalu ia sediakan di dalam kamarnya. Saat melewati ruang tamu, Nayyara melihat pemandangan yang lagi-lagi menyesakkan dadanya. Kedua orang tuanya sedang bersenda gurau bersama adiknya dengan Fania mengelus lembut rambut Rania yang berada di pangkuannya seketika air mata Nayyara kembali menetes dari mata indahnya padahal dirinya sudah terbiasa dengan pemandangan itu. Namun, tetap saja hatinya kembali sakit saat merasa kedua orang tuanya tidak lagi berlaku adil padanya.

“Kau sudah terbiasa Nayya, kau sudah terbiasa dengan hal ini. Janganlah iri pada Rania adikmu, dan jangan terlalu berharap lebih, bersyukur lah karena kamu masih diberi tempat tinggal dan diberi makan dirumah ini. Jadi tutuplah matamu pada hal-hal yang tidak perlu untuk kamu lihat,” lirihnya kembali mencoba untuk menguatkan isi hatinya.

***

Nayyara sudah sampai di toko dengan keadaan yang masih sunyi. Dia sengaja datang lebih awal dikarenakan ada pesanan yang harus segera diselesaikan. Nayyara selalu senang jika sudah berurusan dengan alat-alat tempurnya dengan begitu dia dapat melupakan sejenak permasalahan hidupnya dengan keluarganya.

“Selamat pagi, Wanita Pejuang Dolar,” ucap Salwa yang tiba-tiba saja sudah berada di belakang Nayyara membuatnya sedikit tersentak dengan kebiasaan buruk sahabatnya itu.

“Astaga, tidak bisakah kebiasaan burukmu itu diubah? Syukur saja aku tidak mempunyai riwayat penyakit jantung,” ucap Nayyara tanpa menoleh ke aras Salwa.

Baik Nayyara ataupun Salwa, kini mereka sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, sedangkan dua orang lainnya sibuk menata kue ke dalam kotak untuk mereka antar ke tempat costumer yang memesannya.

Namun, di tengah-tengah kesibukan mereka seperti biasa Rania selalu saja datang dan kali ini entah apa yang akan dilakukannya lagi yang pasti kehadirannya akan selalu membuat Nayyara menanggung akibatnya.

Nayyara menghela napas panjang melihat Rania seakan tidak jera untuk mencari masalah dengan Nayyara berusaha untuk tetap waspada dengan apa yang akan Rania perbuat kepadanya sekarang.

“Kali ini apalagi Rania? Kamu mau mencari masalah apalagi? Tidak cukupkah kamu melihat luka di tubuhku karena ulahmu?” ucap Nayyara jengah melihat tingkah laku Rania yang selalu memprovokasi dirinya.

Mendengar hal itu membuat Salwa menoleh ke arah Nayyara dengan cepat, dan benar saja pipi Nayyara sedikit lebam dan juga pergelangan tangannya membiru bahkan banyak luka kecil di bagian tubuh Nayyara yang lain membuat Salwa merasa menyesal karena tidak memperhatikan Nayyara saat dirinya tiba tadi. Salwa mengetahui segala perbuatan kasar yang di lakukan oleh Fania terhadap Nayyara disebabkan kejadian itu sudah berlangsung lama dan semua sumbernya adalah dari Rania yang selalu mengadukan hal-hal yang tidak diperbuat oleh Nayyara sendiri.

“Aku tidak akan pernah merasa puas sampai kamu benar-benar merasakan sakit yang tidak berkesudahan Nayya. Aku pastikan bahwa kau tidak akan pernah merasakan yang namanya itu bahagia. Bahkan, aku akan membuat kebahagiaan itu seakan enggan untuk menemuimu.” Rania berucap dengan tatapan penuh kebencian hingga kedua tangannya mengepal kuat.

Nayyara mendengar semua itu dengan perasaan yang teramat sakit, apa salahnya sehingga dia begitu dibenci oleh Rania? Bahkan, selama ini dia sudah begitu banyak berkorban dan juga mengalah untuk Rania hingga laki-laki yang dulunya dia cintai pun Nayyara ikhlaskan untuk bisa bersama dengan Rania atas permintaan Bundanya. Akan tetapi, apa semua itu belum cukup? Lalu, harus seperti apalagi dia yang ia korbankan?

“Pulanglah Rania, aku masih mempunyai banyak pekerjaan di sini dan aku tidak tahu hal apa yang membuatmu sampai begitu sangat membenciku, kamu sudah mendapatkan semuanya Rania. Perhatian Ayah dan Bunda juga semuanya sudah menjadi milikmu, lalu apa lagi yang membuatmu merasa tidak puas denganku?” Nayyara berusaha sekuat tenaga untuk tidak meneteskan air matanya di depan Rania dan juga Zio. Nayyara tidak ingin terlihat lemah meski kenyataan dirinya memang sangat rapuh

Zio menatap Nayyara dengan tatapan yang sulit diartikan, sebenarnya di hati kecilnya dia masih menyimpan rasa sayang pada Nayyara. Namun, sedetik kemudian dia mengalihkan pandangannya saat mengingat bahwa Nayyara tidak sebaik kelihatannya. Rania sudah menceritakan segalanya kepada Zio dan hal itu yang membuat Zio pergi memutuskan Nayyara secara sepihak tanpa mau mendengar penjelasan Nayyara terlebih dahulu.

“Sayang, lebih baik sekarang kita pergi. Aku males lama-lama berada di sini,” ucap Zio lembut seraya menggandeng tangan Rania.

“Pergilah, kami juga muak melihat wajah-wajah pengganggu seperti kalian berdua!” ucap Salwa yang sedari tadi sudah sangat ingin menendang dua orang yang tidak tahu malu itu.

Tapi sayangnya baru beberapa langkah mereka memutuskan untuk pergi, Rania menghentikan langkahnya saat melihat seseorang yang turun dari sebuah mobil dan berjalan menuju ke arah mereka.

“Kak Faris, mau apa ke sini?” tanya Rania yang begitu penasaran.

“Oh, Rania di sini juga? Aku mau bertemu dengan Nayyara, ada hal penting yang harus aku sampaikan dan ini tidak bisa ditolak,” jawab Faris melihat ke arah Nayyara dengan tersenyum manis dan lagi-lagi hal itu tidak luput dari pandangan Rania.

“Ada hal penting apa, Kak?” Nayyara bertanya saat mendengar namanya dibawa-bawa.

“Malam ini Mama mengajak kamu untuk makan malam bersama di rumah. Mama sudah menyiapkan segalanya jadi kamu tidak boleh menolaknya,” ucap Faris membuat Rania yang mendengar hal tersebut kembali menahan emosinya.

“Tapi, Kak, ... aku belum minta ijin sama Bunda,” ucap Nayyara takut jika sampai Bundanya itu akan marah besar lagi kepadanya.

“Tenang saja, semuanya sudah beres, Mama sendiri yang sudah meminta ijin secara langsung sama Tante Fania,” ucap Faris seakan mengerti kekhawatiran Nayyara.

Nayyara melihat ke arah Rania yang sudah menatap tajam ke arahnya. Dia bingung harus bagaimana, menolak juga tidak mungkin Nayyara tidak ingin mengecewakan Delia yang sudah menyiapkannya semuanya demi mengajaknya untuk makan bersama.

“Baiklah, Nayyara akan ikut sama Kak Faris,” putus Nayyara pasrah karena bisa saja setelah pulang dari rumah Faris nanti dirinya akan kembali mendapatkan masalah.

Rania pergi dengan membawa sejuta kekesalan di hatinya. Bagaimana bisa Nayyara diundang, sedangkan dirinya tidak. Bahkan, Faris pun seakan tidak menganggap Rania ada di antara mereka, hal itu pastinya membuat kebencian Rania semakin membesar pada Nayyara.

'Siap-siap saja Nayyara, aku akan membuat perhitungan padamu saat pulang nanti. Akan aku buat kali ini Ayah yang akan memberikan pelajaran untukmu. Aku akan membuatmu menyesal sudah membuatku marah, bersiap-siaplah Kakak-ku sayang hadiah terindah sedang menantimu di rumah,' batin Rania dengan senyum liciknya kemudian berlalu dari toko Nayyara bersama Zio.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 54. Rindu yang tidak kalah besarnya

    Sebulan telah berlalu, selama itu juga Nayyara dan juga Yazdan tidak pernah bertukar kabar, Yazdan selalu mempertanyakan keadaan istrinya pada Alzena adiknya. Begitu pula dengan Nayyara, ia tahu alasan Yazdan tidak menghubunginya itu sebabnya ia juga melakukan hal yang sama seperti Yazdan. Mereka berdua bertukar kabar melalui Alzena, meskipun sesekali gadis itu mendengus kesal pada keduanya.Namun mengingat Yazdan yang berjanji akan menambahkan uang jajannya selama membantu dirinya. Maka, meskipun di landa sedikit kesal, ia tetap menjalankan apa yang diperintahkan oleh kedua manusia yang di sayangi nya itu.Bagi Yazdan waktu satu bulan yang ia habiskan di negeri orang sangat menguras tenaga serta rindunya. Ia merindukan istri beserta keluarganya, Yazdan dengan semangat menyusun segala barang-barang miliknya tanpa tertinggal.Akhirnya setelah berjuang selama satu bulan ini, ia berhasil merampungkan bisnisnya dengan nyaris sempurna. Dan tentunya semua itu berkat kerja keras, usaha serta

  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 53. khawatir

    Yazdan masih terduduk di salah satu meja yang berada di sana, entah dimana Fahira pergi. Namun laki-laki itu tidak terlalu memperdulikan nya sebab ia tahu jika Fahira pasti bisa menjaga dirinya.Sesaat kemudian, Yazdan merasakan hawa aneh di tubuhnya. Tiba-tiba saja hawa panas menggerayangi tubuhnya, ia meraih gelas yang berisi air putih tersebut untuk ia minum kembali, seraya mencoba untuk menghilangkan dahaga yang membuat ia merasakan sesuatu sensasi yang aneh."Jangan di minum, nih, aku bawakan yang baru," ucap Arga menghentikan pergerakan Yazdan yang berniat kembali menyeruput air putih yang berisikan obat tersebut. Yazdan merasa terkejut sekaligus bingung, melihat Arga yang sudah di depan matanya, padahal ia pergi sendiri tanpa memberitahu asisten sekaligus sahabat tersebut."Kenapa kamu sangat ceroboh Yazdan? Andai saja aku tidak mengikuti kemana kamu pergi, mungkin saat ini kamu sudah melakukan sesuatu yang akan menghancurkan keluarga yang baru akan kamu bina bersama Nayyara. B

  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 52. Bukan pesta

    Yazdan tampak bersiap-siap. Ia merapikan setelan jas dan dasinya seorang diri. Dia memang memiliki asisten. Namun, kali ini ia tidak ingin merepotkan orang lain. Terlebih, Yazdan hanya suka jika dirinya dibantu oleh sang istri tercinta. Tadi, dia sudah melihat gambar sang istri yang tengah membuat sarapan. Sangat cantik. Sampai sekarang, Yazdan belum menghubungi Nayyara secara langsung. Ia mengetahui keadaan Nayyara dari sang adik tercinta. Adiknya kali benar-benar sangat membantu. Meski yang dilakukan Alzena tidak gratis, hal itu tidak menjadi masalah."Masya Allah, ternyata aku semakin tampan saja. Tidak malu-maluin bersanding dengan istriku yang cantik," ujar Yazdan mematut dirinya di depan cermin. Tak lama, Yazdan terkekeh geli. Sejak kapan dirinya menjadi sedikit narsis begini? Ah iya, semenjak menikah dengan seorang Nayyara lebih tepatnya. Sebenarnya, sifat narsis itu sudah ada. Namun, semakin terasah saja saat ini.Yazdan berpikir kalau lama-lama sifatnya mulai mirip dengan Alz

  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 51. Rindu

    Baru lagi sehari tepatnya, Yazdan meninggalkan Nayyara seorang diri, namun gadis cantik tersebut sudah merasa rindu dengan keberadaan sang suami. Lihatlah, niat awal tidur setelah melaksanakan sholat isya, nyatanya tak begitu. Seorang Nayyara sama sekali tidak merasakan kantuk. Nayyara hanya duduk bersandar di tepi ranjang sambil memperhatikan isi kamarnya. Tepatnya, kamar baru dirinya. Kamar dimana dirinya tidak akan pernah lagi kesepian karena ada sosok Yazdan, suaminya.Suaminya yang insyaAllah akan menuntun ke jalan surga-Nya. Sayang, karena ada urusan pekerjaan yang memang mengharuskan sang suami pergi cukup jauh, membuat Nayyara ditinggal seorang diri.Lebih tepatnya, Nayyara sendirilah yang menolak untuk ikut. Padahal, Yazdan sudah membujuknya berulang kali. Sebenarnya, Nayyara ingin ikut. Namun, takut kalau dirinya akan menganggu."Sedang apa Abang Yazdan di sana ya?" lirih Nayyara. Netranya menatap lurus ke depan. Tepatnya ke sebuah foto pernikahan yang terpampang jelas. Sont

  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 50. banyak pertanyaan.

    "Hmmm, dari subuh sampai matahari terbit Abang masih aja peluk aku kayak gini. Aku juga mau bangun, Bang. Mau nyuci," ucap Nayyara sedikit kesal."Memangnya kamu lebih mentingin cucian daripada Abang?" Yazdan justru mempererat pelukannya pada pinggang Nayya."Bukannya gitu, Bang. Kalau aku di kamar terus pasti Abang nggak berangkat-berangkat ke kantor," timpal sang istri."Tapi Abang pilih di kamar saja sama kamu, daripada harus ke kantor. Capek," balas Yazdan sesuai isi hati.Nayyara jadi tertawa kecil mendengarnya. Walaupun di luar matahari sudah mulai merangkak naik, tapi di dalam kamar mereka berdua masih terasa nyaman seperti malam hati, mengingat gorden jendela yang tebal sehingga tidak tembus cahaya. Akan tetapi—sedikit cahaya matahari bisa menembus celah-celah kamar.Umi dan Alzena bahkan sudah selesai menyiapkan sarapan dan beres-beres rumah. Namun, mereka berdua paham mengapa sampai pukul 07:15 pagi ini sepasang pengantin itu belum juga keluar kamar."Mau sarapan dulu aja, N

  • Genggam Tanganku menuju Jannah-Nya    Bab 49. Lima menit yang ketujuh

    Mata Fahira terasa panas menahan bendungan air bening dan sesaknya dada melihat keromantisan Yazdan terhadap Nayyara. Jika saja sudah tidak memiliki kewarasan, wanita itu pasti akan menghabisi Nayyara sekarang. Akan tetapi Fahira tidak ingin membuat Yazdan membencinya karena lagi-lagi berulah.Sementara, sepasang pengantin baru di seberang sana masih saja mengumbar kemesraan. Yazdan terus merangkul sang istri di mana keduanya—sambil menikmati jagung bakar yang masih hangat.Fahira pun menelan kasar salivanya tatkala Yazdan menyuapi jagung bakar miliknya pada Nayyara. "Aaarrg! Aku tidak tahan melihatnya! Kenapa mereka tidak pulang saja?" gumam Fahira seraya menghentakkan kaki.Namun, bagaimanapun Fahira kesal, tidak akan berpengaruh terhadap mereka berdua. Kini Yazdan justru berdiri dan meninggalkan istrinya di bangku panjang itu. Kening Fahira mengernyit, pun kedua alisnya yang saling bertaut."Mau ke mana Yazdan?" tanyanya dalam hati.Seketika bola mata wanita itu membulat sempurna.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status