Home / Romansa / Godaan Hasrat Pria Terlarang / Bab 2. Dering di Pagi Hari

Share

Bab 2. Dering di Pagi Hari

Author: Maspanci
last update Last Updated: 2025-10-06 15:07:01

Kring ... Kring ....

 

Suara dering dari ponsel Indy membuat gadis itu berjuang membuka matanya. Tangannya bergerak-gerak mencari ponselnya sedangkan bibirnya berkomat-kamit memaki orang yang meneleponnya di pagi hari.

 

"Orang gila mana yang nelepon jam ...." Indy menggantungkan perkataannya sambil melirik ke arah jam dinding, "jam empat subuh! Ngapain Almira!!!"

 

Mata Indy langsung membulat sempurna, cacian dan hinaan makin banyak Indy keluarkan dari bibirnya. Indy bukan morning person hal itu membuat dia sangat sulit untuk bangun pagi dan membenci manusia-manusia tidak waras yang menelepon sepagi itu.

 

"Iya halo ape?" tanya Indy dengan suara yang sedikit membentak dan ketus. Sumpah kalau bukan hal penting, Indy akan ngamuk sengamuk ngamuknya. "Apa Almira? Kamu gila yah, nelpon jam 4 subuh? Mau nyuruh kajian rohani?"

 

"Indy tolong!"

 

Spontan Indy membangunkan tubuhnya dan mengerjap, "Kenapa? Kamu kenapa? Ada apa? Ferry ngapain kamu?" Indy langsung memberondang Almira dengan berbagai macam pertanyaan. 

 

Jantungnya berdetak lebih cepat karena khawatir dengan keadaan Almira yang sedang berada di Pulau Seribu. Berbagai skenario terburuk berkecambuk dipikiran Indy. Bagaimana kalau Almira diperkosa Ferry? Bagaimana kalau Almira kecelakaan atau kapalnya habis bensin dan tersesat di tengah lautan.

 

"Almira! Kamu kenapa?" pekik Indy yang kesal karena sahabatnya itu tak kunjung menjawab.

 

"Tolong Indy! Tolong aku," isak Almira panik.

 

"Yah, tolong gimana? Kamu kenapa? Coba cerita dulu yang bener, yang lengkap bukan cuman teriak dan nangis nggak jelas!" sentak Indy yang kesal. 

 

Terdengar suara Almira yang sedang menyedot ingusnya dan sesekali terisak, "Papi tau aku ke Pulau Seribu, terus dia ngamuk dan ...."

 

Indy bersumpah ingin mencabik Almira saat itu juga karena memberikan informasi setengah-setengah, "Bisa dilanjutin nggak? Papi kamu sekarang gimana? Dia ngapain?"

 

"Papi masuk rumah sakit!" pekik Almira panik sambil sesekali terdengar suara tangisnya.

 

"Hah? Kok bisa? Om Dimas kan sehat!" Indy ingat betul kalau Om Dimas itu adalah lelaki tersehat, terbugar, tersexy, termacho, terganteng dan ter ... oke, stop! Indy langsung memaksa pikirannya untuk berpikir jernih.

 

"Papi itu punya asma, jadi kalau emosi berlebih pasti asma-nya kambuh. Dia tadi tahu kalau aku ke Pulau Seribu dan tahu kalau aku nggak sama kamu tapi, sama Ferry. Dia marah besar langsung telepon dan ngamuk." Almira berusaha untuk menjelaskan dengan susah payah karena suaranya tersengal akibat tangisan. 

 

Sayup-sayup Indy mendengar suara Ferry yang berusaha menenangkan kekasihnya. Indy langsung memaki Ferry karena jujur Indy tidak terlalu suka dengan Ferry dan malah merasa kalau Ferry ini memanfaatkan Almira. 

 

"Bilang ke Ferry, supaya antar kamu pulang malem ini dan di mana rumah sakit tempat Om Dimas dirawat?" tanya Indy cepat karena dia tahu kalau Almira meneleponnya itu pasti meminta dirinya untuk mengurusi Om Dimas.

 

"Papa dirawat di Rumah Sakit Ciloam," ucap Almira, "bisa kamu ke sana? Papa cuman sama Om Dhika, aku nggak tega."

 

Indy ingat nama sekertaris Dimas, "Emang kamu nggak bisa pulang ke Jakarta? Emang nggak bisa di Ferry itu anterin kamu pulang?" tanya Indy ketus.

 

"Nggak ada kapal, baru jam delapan pagi kapalnya ada. Tolong ndy, tolong banget," isak Almira yang saat ini sudah kalut karena memikirkan keadaan Dimas.

 

Indy rasanya ingin memaki Almira karena perbuatannya, "Ya udah aku ke sana."

 

Indy mematikan sambungan teleponnya dan mengambil jaketnya tanpa mengganti baju tidurnya sama sekali.

 

•••

 

"Indy?"

 

Indy langsung berlari ke arah pria yang terlihat letih yang sedang berdiri di depan pintu kamar rumah sakit, "Om Dhika gimana keadaan Om Dimas? Tadi aku ditelepon Almira diminta untuk ke sini."

 

Dhika mengangguk pelan, "Pak Dimas baik-baik saja dan dia sudah tenang di kamar," ucap Dhika sambil melirik ke arah belakang.

 

"Syukurlah ... mana aku mau liat," ucap Indy sambil berusaha masuk ke dalam kamar namun dihadang Dhika.

 

"Nggak usah, mending kamu pulang aja. Biar saya yang jaga di sini," pinta Dhika dengan suara letih. Bagaimana tidak, di jam dua subuh dia harus pergi ke rumah bosnya yang tiba-tiba meneleponnya sambil berkata kalau dia mau mati.

 

Indy melihat Dhika dari atas ke bawah, "Mending Om Dhika pulang dan istirahat. Kalau nggak, bisa-bisa yang masuk rumah sakit bukan cuman Om Dimas tapi, Om Dhika juga."

 

"Bener sih, tapi, Pak Dimas mungkin membutuhkan saya dan la—"

 

"Pulang lah, Om ... biar Om Dimas aku yang urus dan lagi, Almira juga lagi perjalanan ke sini," dusta Indy yang sejujurnya tidak tau kapan anak kampret bernama Almira itu sampai ke sana.

 

Dhika tampak ragu namun akhirnya ia mengangguk, "Oke ... saya titip Pak Dimas dan kalau ada apa-apa tolong kabari saya. Saya nggak mau dipecat cuman karena izini kamu rawat dia." Dhika yang tahu kalau Dimas sering uring-uringan karena di goda Indy langsung memberi ultimatum.

 

Indy tersenyum tengil dan memberikan sikap hormat, setelah Dhika pergi, Indy langsung masuk ke kamar Dimas dan mendapati pria tersebut sedang duduk membaca berkas.

 

Indy membuka jaketnya dan berjalan ke arah Dimas yang terlihat tampan walau dalam kondisi hampir mati karena ASMA. Indy tak habis pikir kok bisa ada orang yang selalu terlihat menarik, tampan dan sexy dalam kondisi apa pun. 

 

"Om Dimas, ini Indy," sapa Indy sambil berjalan ke arah Dimas, "Om nggak papa?"

 

Dimas langsung mengalihkan pandangannya ke arah indy, saat melihat Indy ia hampir tersedak dengan ludahnya sendiri. Matanya mengerjap dan tanpa sadar dia berkata, "Bener-bener kurang waras kamu Indy!!!"

 

•••

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Godaan Hasrat Pria Terlarang   Bab 16 Tak Sengaja Menggoda

    Sepanjang rapat Dimas hanya bisa mencuri-curi pandang ke arah Indy yang dengan luwes mengartikan semua perkataannya dan juga mensingkronkan dengan semua gambar juga berkas-berkas yang sudah ada di tangan Mister Chen dan semua anak buahnya.Rapat berjalan sangat lancar dan dengan gemilangnya Dimas mendapatkan kontrak yang ia inginkan dan bahkan dengan keuntungan yang tidak bisa Dimas bayangkan. Mister Chen sepertinya terpesona dengan keluwesan Indy."Tadi itu apa?" tanya Dimas setelah semua orang keluar dan hanya ada mereka berdua di ruangan. "Rapat," ucap Indy sambil menyelipkan rambutnya ke kuping membuat Dimas bisa melihat leher Indy yang jenjang.Dimas berusaha menahan hasratnya untuk menarik Indy ke pangkuannya lalu menarik kemeja yang menutupi setiap lekuk tubuh gadis itu, "Bukan rapatnya Indya tapi ....""Tapi ... kenapa aku bisa Bahasa Mandarin?" tanya Indy sambil tersenyum senang karena akhirnya ia bisa menunjukkan bakat terpendamnya."Kamu kan nggak pernah les Mandarin setah

  • Godaan Hasrat Pria Terlarang   Bab 15. Terpukau

    "Pak Rei kenapa?" tanya Indy yang bingung melihat Rei berjalan mondar mandir di depan ruangan rapat yang akan Dimas pakai lima belas menit lagi untuk bertemu dengan salah satu petinggi perusahaan Jiayou."Astaga kenapa anda udah di sini? Mana Pak Dimas?" tanya Rei panik sambil melihat ke kanan dan ke kiri mencoba mencari Dimas."Pak Dimas masih di kamar, katanya dia mau bersiap. Saya ke sini duluan karena mau nyiapin ruangan." Indy mengangkat beberapa map yang sudah ia siapkan. "Dan lagi, saya baru selesai benerin jadwal yang anda buat. Pak Rei ngaco."Rei mengangguk, "Saya memang sedang dalam mode banyak masalah yang ...." Rei terdiam dan berpikir apakah harus ia menceritakan masalahnya pada Indy. Rasanya ia dan Indy tidak sedekat itu hingga ia harus memberitahukan kehidupan pribadinya. To much informasion.Indy yang seolah paham hanya mengangkat salah satu tangannya dan berkata, "Is oke ... semua orang punya masalah, ingat masalah itu akan berlalu tapi buat anda kayanya masalahnya m

  • Godaan Hasrat Pria Terlarang   Bab 14. Merosot

    "Aku masih perawan, Om!" Seketika itu juga gerakan jari Dimas terhenti, membuat Indy bersyukur sekaligus kesal karena ia suka jemari itu bergerak di bagian paling sensitif tubuhnya. Candu."Kamu nggak lagi mainin aku kan?" tanya Dimas sambil tertawa karena tebakannya benar. Pengalaman hidup membuat dia mampu menebak apalah Indy ini masih perawan atau bukan.Indy langsung menggeleng sambil menjauhi Dimas, otaknya saat ini kembali mengambil alih tubuh, hati dan juga pikirannya membuat ia kembali berpikir jernih dan waras tidak terbius dalam godaan penuh nikmat dari Dimas."Kamu beneran masih?"Indy mengangguk secepat mungkin, bahkan ia merasa kepalanya hampir lepas dari lehernya saking kerasnya Indy mengangguk. "Masih Om ... aku walau genit, nakal dan nyebelin ke Om tapi, aku masih perawa ... sumpah pramuka, Om."Seketika itu juga Diman tertawa keras mendengar perkataan Indy, celananya tiba-tiba tidak sempit lagi dan suhu tubuhnya sudah berangsur-angsur kembali normal. Bersama Indy mema

  • Godaan Hasrat Pria Terlarang   Bab 13. Sentuhan Hangat

    "Hah?" Seketika itu juga Indy merasa tuli, ia seolah tidak mendengar suara apa pun juga. Jantungnya hampir meloncat dari wadahnya saat buku-buku jari Dimas menyentuh pipinya dan bergerak ke arah bibir.Dimas memiringkan kepalanya dan berbisik pelan ke kuping Indy, "Om mau jadi Sugar Daddy kamu, Indy.""A-ah ...." desah Indy tiba-tiba saat ia merasakan hembusan napas Dimas di kupingnya. Hembusan itu terasa hangat dan mampu mematik gairah yang selama ini terkubur di dalam dirinya.Tubuh Indy bergetar hebat saat merasakan pucuk hidung Dimas yang bergerak sensual di telinganya. Entah kenapa tiba-tiba saya Indy tak mampu untuk bernapas lagi, seolah semua udara di muka bumi menolak untuk mengisi paru-paru Indy. "Kamu tau kan, apa yang dilakukan Sugar Daddy bersama Sugar Baby-nya?" tanya Dimas pelan sambil menjilat ujung telinga Indy hingga kembali lagi kuping Dimas dimanjakan oleh suara sensual Indy yang membuat gairahnya meronta memaksa Dimas untuk dipuaskan."A-aku ...." Indy mungkin gen

  • Godaan Hasrat Pria Terlarang   Bab 12. Sebuah Jawaban Manis

    "Kamu di mana, Nak?""Di cina," jawab Indy singkat sambil menutup pintu kamar hotelnya. Baru tiga puluh menit yang lalu Indy sampai di salah satu hotel terbaik di Guangzhou Cina."Ngapain? Kamu mau jadi TKW, Nak?" "Ya salam, Bu ... ngapain Indy jadi TKW. Kan Indy masih kuliah dan lagi Indy lagi magang." Indy tertawa kecil mendengar celotehan Ibunya Andini. "Yah abis kamu tiba-tiba ke Cina. Kemarin kamu udah bilang sih, cuman Ibu kaget aja tiba-tiba kamu udah di Cina. Kamu nggak ada cita-cita buat daftar jadi pegawai di kebun binatang di Cina, kan?" tanya Andini dengan menahan tawanya akibat membayangkan Indy menjadi pelatih panda."Walaupun Indy suka banget panda tapi, Indy nggak mau jadi pengurusnya Ibu," kekeh Indy yang juga membayangkan dirinya menggendong panda ke mana-mana."Kamu di sana sama siapa dan kenapa kamu yang di ajak ke Cina? Kenapa nggak orang lain?" tanya Andini yang bingung kenapa tiba-tiba anaknya diminta untuk perjalanan dinas padahal dia masih anak magang.Indy

  • Godaan Hasrat Pria Terlarang   Bab 11. Huru Hara di Bandara

    "Pak Rei ... Pak," panggil Indy sesaat setelah sampai di bandara."Iya Indy kenapa?" tanya Rei yang sedang sibuk mengurus sesuatu di ponselnya."Ini beneran aku ke Cina sekarang?" tanya Indy yang bingung sambil melihat ke sekeliling Bandara. "Tiket kamu sudah ada dan paspor kamu juga sudah ada. Semua sudah selesai, cuman jujur memang kemarin aku sibuk banget sampai lupa hubungi kamu ulang. Jadi, cuman hubungi kamu via email dan ternyata malah masuk ke spam," terang Rei sambil melirik Indy yang saat ini menatapnya kebingungan.Rasanya Rei ingin menepuk kepala Indy dan mengusapnya karena saat ini Indy terlihat seperti anak anjing yang kebingungan dan meminta perhatian. Menggemaskan. "Hah ... pantas saja Pak Dimas memberikan perhatian khusus pada Indy. Selain Indy itu sahabat anaknya, Indy pun terlihat sangat menggemaskan dan juga cantik," ucap Rei di dalam hati sambil tersenyum tulus."Tapi, Pak ... Bapak yakin perginya sekarang banget?" tanya Indy sambil menggaruk kepalanya yang tiba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status