Share

Godaan Hasrat Terlarang Ayah Temanku
Godaan Hasrat Terlarang Ayah Temanku
Penulis: Nhaya_Khania

1. Malam Pengkhianatan

Penulis: Nhaya_Khania
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-13 12:38:07

“Ah, kau semakin lihai saja membuatku bergairah, Sayang.”

Jantung Joana seolah hampir ingin lepas di dadanya saat mendengar desahan dari dalam kamar.

Suara itu semakin jelas. Rintihan bercampur dengan desahan yang asing di telinganya.

Langkahnya berhenti di depan kamar tidur Thomas.

Pintu kamar itu setengah terbuka. Dari celahnya, Joanna melihat pemandangan yang seketika meruntuhkan seluruh dinding kepercayaannya.

Hari itu, Joanna ingin memberi kejutan. Tidak ada pesan, tidak ada telepon karena sengaja.

Wanita berusia dua puluh empat tahun itu ingin melihat ekspresi tulus dari kekasihnya yang sudah menemaninya selama satu tahun terakhir.

Sejak Thomas sering lembur, mereka jarang menghabiskan waktu bersama. Joanna merasa sudah waktunya untuk mengembalikan sedikit kehangatan dalam hubungan mereka.

Dan kini, Thomas—lelaki yang selama ini dia cintai—sedang di atas tubuh seorang perempuan.

Gerakan mereka penuh gairah, terlampau intim untuk disalahartikan. Joanna ingin menjerit, tapi lidahnya kelu dan napasnya tercekat.

Dan lebih parahnya lagi, perempuan itu bukan orang asing.

Joanna mengenal betul rambut panjang bergelombang yang terurai di atas bantal, juga suara tawanya yang samar di antara desahan. Angel. Sahabat dekatnya sejak SMA.

Paper bag di tangan Joanna terlepas dan jatuh ke lantai dengan bunyi duk pelan.

Kedua insan di ranjang itu sontak menoleh. Thomas terperanjat, wajahnya pucat, panik.

Angel justru menyunggingkan senyum miring penuh kemenangan, seakan-akan dia memang menunggu saat ini terjadi.

“Joanna—ini bukan seperti yang kau lihat!” Thomas segera bangkit dan meraih selimut untuk menutupi tubuhnya.

“Bukan seperti yang aku lihat? Kau pikir aku buta, Thomas?” teriaknya penuh dengan amarah yang sudah tak bisa lagi dibendung.

Angel menyandarkan tubuhnya dengan santai bahkan raut wajahnya tak merasa bersalah sedikit pun.

Ia justru terkekeh kecil seraya menatap Joanna dari ujung rambut hingga kaki.

“Sepertinya kau terlalu polos, Jo. Harusnya kau sadar kenapa Thomas melakukan ini di belakangmu,” ucapnya dengan santai.

“Apa maksudmu, sialan? Kau sahabatku! Kita sudah berteman sejak SMA dan kau … kau menusukku dari belakang?” Joanna berucap dengan bibir bergetar.

Masih tak menyangka jika Angel akan tega melakukan ini padanya.

“Karena kau tidak bisa memuaskan Thomas seperti aku. Kau tidak bisa mendesah liar seperti yang aku lakukan padanya.”

Kata-kata itu menancap seperti pisau di dada Joanna.

“Diam, Angel! Jangan bicara begitu!” Thomas tampak panik mendengar Angel yang secara blak-blakan menjelaskan yang diinginkan oleh Thomas.

Namun Angel hanya menatap Thomas dengan tatapan menggoda, seolah sengaja menyalakan api di antara mereka.

“Setahun, Thomas. Setahun aku percaya padamu. Dan ini yang aku dapatkan? Dengan sahabatku sendiri?”

Thomas berusaha mendekat lalu meraih tangan Joanna. “Aku bisa jelaskan. Aku khilaf. Tolong beri aku kesempatan.”

Joanna menepis dengan kasar. “Kesempatan? Kau bahkan menghancurkan aku dalam satu detik. Semua janji, semua kata manis itu ternyata kosong!”

Angel menambahkan dengan nada sinis, “Seharusnya kau sadar sejak awal, Jo. Thomas membutuhkan sesuatu yang lebih. Sesuatu yang tidak bisa kau berikan dan hanya aku yang bisa berikan.”

“Cukup, Angel!” bentak Thomas, tapi terlambat. Luka sudah terpatri.

Joanna menatap hina kedua wajah yang tampak tak merasa bersalah itu. “Mulai detik ini, kau bukan lagi kekasihku, Thomas. Hubungan kita telah berakhir!”

Dengan langkah terburu-buru, dia berlari keluar apartemen, menuruni koridor panjang dengan air mata yang tak terbendung.

Thomas berteriak dari belakang. “Joanna! Tunggu! Tolong dengarkan aku!”

Tapi Joanna tidak berhenti. Dia bahkan nyaris tersandung dan tubuhnya berguncang hebat karena tangis.

“Sudahlah, Thomas. Jangan membuang waktumu dengan gadis sok polos sepertinya. Sekarang sudah ada aku yang siap melayanimu kapan saja,” bisik Angel dengan nada menggoda.

**

Begitu sampai di luar gedung, udara malam yang dingin menerpa wajahnya. Namun dingin itu tidak sebanding dengan beku yang merajam hatinya.

Dalam pikirannya, Joanna teringat momen-momen saat Angel sering berada di dekat Thomas.

Momen yang dulu dianggap wajar—sekadar teman yang datang menonton film bersama, atau ikut nongkrong saat mereka makan malam.

Kini semuanya tampak seperti potongan puzzle yang tersusun rapi. Ia terlalu naif untuk menyadarinya sejak awal.

Sambil berjalan gontai, Joanna menyeka air mata dengan punggung tangannya.

“Bodoh ... aku benar-benar bodoh.”

Ia lalu menyalakan ponselnya, mencari tempat di mana ia bisa melarikan diri. Pandangannya tertuju pada nama sebuah bar yang tidak jauh dari apartemen.

Ia tidak pernah masuk ke sana sebelumnya, tapi malam ini, dia butuh pelarian. Dia butuh melupakan rasa sakit walau hanya sebentar.

Sesampainya di depan bar, Joanna menatap papan neon yang berkelap-kelip. Musik berdentum samar dari dalam.

Ia menghela napas panjang, mencoba mengumpulkan keberanian. “Kalau aku tetap di luar, aku hanya akan menangis sampai mati,” gumamnya.

Ia mendorong pintu tersebut dan membiarkan dentuman musik keras menyapu kesunyian dalam dirinya.

Aroma alkohol dan asap rokok langsung menyergap. Joanna melangkah masuk dengan langkah gontai.

Joanna lalu duduk di kursi bar dan memanggil seorang bartender. “Beri aku sesuatu yang paling kuat.”

“Baik, Nona.” Pelayan itu langsung membuatkan permintaan Joanna.

Gelas berisi cairan berwarna gelap diletakkan di depannya. Joanna menatapnya sebentar, lalu menenggak habis tanpa pikir panjang.

Alkohol membakar tenggorokannya, tapi justru itulah yang dia butuhkan—rasa sakit lain untuk menutupi luka di hatinya.

Satu gelas berubah menjadi dua, lalu tiga. Kepalanya mulai ringan dan matanya sayu. Namun rasa sakit di dalam dadanya tidak hilang.

Joanna menenggak gelas keempat hingga kepalanya terhuyung.

“Thomas brengsek! Angel bajingan,” gumamnya dengan suara serak. “Satu tahun ... satu tahun aku buang hanya untuk mereka ....”

Joanna memutar-mutar gelas kecil itu sembari terus meracau hingga tak sadar seorang pria duduk di sampingnya.

Tampan, gagah, memiliki rahang yang tegas. Kemudian menatap Joanna dengan alis berkerut. Dia mengenal gadis itu!

“Joanna? Apa yang kau lakukan di sini?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Godaan Hasrat Terlarang Ayah Temanku   10. Bisa Kehilangan Kendali

    Damian kembali dari keramaian pesta menuju ruang VIP. Lampu redup berwarna kuning keemasan menyoroti meja bundar dengan botol anggur yang masih penuh.Joanna, yang sedari tadi duduk sambil menggenggam gelas, langsung menoleh ketika pintu terbuka dan Damian masuk dengan langkah santai namun penuh wibawa.Joanna menegakkan tubuhnya. Tatapannya waspada, namun juga dipenuhi rasa ingin tahu.“Untuk apa Angel memanggilmu tadi?” tanyanya langsung tanpa basa-basi.Damian hanya tersenyum tipis. Senyum yang sama sekali tidak memberi jawaban, malah menimbulkan seribu tanda tanya di kepala Joanna.Laki-laki itu melepas jasnya, meletakkannya di sandaran kursi, lalu berjalan mendekat ke arah gadis itu.“Jawab pertanyaanku, Damian,” desak Joanna lagi, kali ini dengan nada yang lebih tegas.Bukannya menjawab, Damian justru duduk di sebelahnya.Dekat sekali. Begitu dekat hingga Joanna bisa merasakan aroma cologne maskulin yang khas menusuk hingga ke relung dadanya.Tangannya bergerak santai saat merai

  • Godaan Hasrat Terlarang Ayah Temanku   9. Aku sudah Punya Kekasih!

    Bab 9:Angel melangkah dengan penuh percaya diri di antara para tamu.Gaun merahnya yang membalut tubuh ramping mencuri perhatian beberapa pria, namun matanya hanya terpaku pada satu sosok: Damian—sang ayah yang berdiri elegan di dekat meja minuman dan dikelilingi beberapa rekan bisnis di sana.Tatapannya dingin, auranya berwibawa hingga membuat beberapa orang enggan mendekat terlalu lama.Angel tahu, ayahnya selalu menjaga jarak dengan wanita. Sejak bercerai dari ibunya, Damian tak pernah terlihat mesra dengan siapa pun.Tidak ada rumor kedekatan, tidak ada gosip asmara dengan pria itu.Itulah yang membuat Angel yakin malam ini akan jadi malam yang berbeda.Ia sudah menyiapkan sesuatu—seorang wanita cantik yang bisa memikat siapa pun, bahkan lelaki setangguh Damian.“Papa?” Angel mendekat dengan suara manis dan pura-pura lembut.Damian mengalihkan pandangan sejenak lalu menatap Angel dengan ekspresi datar.“Apa yang kau inginkan, Angel?” tanyanya singkat.Angel tersenyum kecil, pura-

  • Godaan Hasrat Terlarang Ayah Temanku   8. Alasan Joanna yang Lucu

    “Aku ….”Tanpa menunggu lanjutan dari ucapan Joanna, Damian kembali meraup bibir Joanna.Tubuh Joanna langsung terhimpit di antara punggungnya dan dinding yang dingin. Napasnya tercekat, bibir Damian sudah menubruk dengan brutal, mencuri habis oksigen dari paru-parunya.Ciumannya liar—keras, menuntut, tanpa memberi ruang untuk menolak. Giginya menyeret bibir bawah Joanna, lalu menghisapnya dalam ritme rakus.Lidahnya menembus, mendominasi mulutnya, menjelajah setiap sudut hingga Joanna mengerang tertahan.“Eungh ….”Suara itu justru membuatnya semakin gila, menekan lebih dalam, dan mencumbunya seolah ingin melumat habis dirinya.Tangannya tak tinggal diam. Satu menahan rahang Joanna agar tak bisa berpaling, sementara yang lain meluncur ke pinggang, meremas keras seolah ingin meninggalkan bekas.Jari-jarinya bergerak liar, menyusuri garis tubuhnya, dan menarik paksa kain tipis gaunnya agar naik, hingga kulit paha halus Joanna tersentuh.Joanna mendesah dan tubuhnya menegang di antara d

  • Godaan Hasrat Terlarang Ayah Temanku   7. Amarah Dibalas Desah

    “Semua mata tertuju padamu,” bisik Damian di telinga Joanna ketika mereka tiba di sebuah ballroom hotel tempat di mana pesta dilangsungkan.Joanna berdiri di samping Damian, tubuhnya terbalut gaun hitam elegan yang jatuh sempurna mengikuti lekuk tubuhnya.Rambutnya digelung rapi, hanya beberapa helai dibiarkan terurai untuk membingkai wajahnya. Riasannya sederhana, namun cukup untuk memancarkan aura memikat.Para tamu menoleh. Beberapa bahkan berbisik di belakang punggungnya. Ada kekaguman yang jelas terpancar dari mata mereka.Joanna bisa merasakan sorot itu—sorot yang dulu tak pernah ia dapatkan ketika masih bersama Thomas.‘Jangan terjebak. Ingat, ini hanya sandiwara,’ batinnya menegur diri sendiri.“Aku harus menemui temanku dulu. Makan atau minumlah yang kau inginkan, Joanna,” ucap Damian sebelum melangkah meninggalkan Joanna yang berdiri terpaku di sana.Baru saja Joanna hendak mengambil minuman, suara langkah kaki menghentak datang menghampirinya.Thomas dan Angel.Kedua orang

  • Godaan Hasrat Terlarang Ayah Temanku   6. Jadi Pendampingnya di Pesta

    “Baiklah. Aku menerimanya.” Joanna menghela napas berat, seberat jawaban yang baru saja dia keluarkan untuk Damian.“Good! Pilihan yang cerdas,” ucapnya lalu menutup dokumen tersebut.“Mulai besok, kau resmi bekerja di perusahaanku juga kekasihku. Jangan coba-coba menyangkal, Joanna. Kau sudah jadi milikku sekarang!”Joanna menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya lalu beranjak dari duduknya, keluar dari ruangan yang cukup mengeluarkan hawa panas itu.“Sial!” bisiknya. “Kenapa hidupku berubah jadi neraka seperti ini?”Namun dia tahu, dia tidak punya pilihan. Jadi, dengan hati yang penuh kebencian, Joanna akhirnya menerima permainan busuk itu.**Hari pertamanya di perusahaan terasa aneh. Joanna diperlakukan istimewa., terlihat dari ruangannya yang lebih nyaman dibanding staf lain.Ia jarang diberi tugas berat. Semua orang memandangnya dengan hormat—atau mungkin dengan kecurigaan.Dan Damian, dia selalu datang tiba-tiba. Entah muncul di depan meja kerjanya dengan alasan sepele,

  • Godaan Hasrat Terlarang Ayah Temanku   5. Tawaran Gila

    “Apa?! Apa kau bercanda, Paman? Kekasihmu? Apa kau gila?!” Mata Joana langsung membelalak mendengarnya.“Aku tidak sedang bercanda,” Damian melanjutkan.“Kau seorang wanita cerdas, cantik, dan penuh emosi yang nyata. Dan aku tertarik untuk membantumu balas dendam. Lagi pula, aku tidak terlalu dekat dengan anakku. Dia keras kepala, persis ibunya, mantan istriku.”Joanna terperangah. Dadanya bergetar antara marah dan malu. “Kekasihmu?” Dia pun tertawa hambar lalu geleng-geleng dengan pelan.“Apa kau pikir aku mainan, Paman Damian? Kau tidur denganku semalam—ketika aku mabuk—dan sekarang kau seenaknya menawarkan ini?!”Damian tetap tenang, nyaris tidak terguncang oleh ledakannya. “Aku hanya menawarkan kesempatan. Kau bisa menolaknya jika mau.”Joanna berdiri, kursinya bergeser dengan suara berderit. “Tentu saja aku menolaknya! Kau … maaf, terlalu tua untukku.”Mengingat usianya yang baru dua puluh empat tahun, sementara Damian sudah empat puluh lima tahun. Tentu menjadikan pertimbangan k

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status