Home / Romansa / Godaan Mantan Istri / [2] Aku Mau Cerai!

Share

[2] Aku Mau Cerai!

Author: Kim Meili
last update Last Updated: 2025-09-02 10:36:52

Ivana duduk di cafe, menatap jalanan yang tampak begitu ramai. Saat ini sudah jam pulang kerja, jalanan mulai ramai. Tapi Ivana enggan untuk pulang.

“Halo, Ivana. Lama tidak berjumpa.”

Saat Ivana menoleh, dia mendapati Gwen sudah berdiri di depannya dengan senyum khasnya. Rasa marah Ivana muncul, membuat wajahnya tidak terlihat ramah sama sekali.

“Untuk apa kamu ke sini, Gwen?” tanya Ivana.

Gwen yang melihat reaksi Ivana pun langsung tertawa kecil. Dia mulai menyandarkan tubuh dengan punggung kursi dan menyilangkan kaki. Mannik matanya menatap lekat ke arah Ivana berada.

“Kalau tidak ada yang mau kamu katakan, lebih baik pergi saja,” ucap Ivana. Dia mengambil gelas di dekatnya dan meneguk perlahan.

“Aku mau kamu berpisah dengan Arga, Ivana.”

Deg.

Ivana yang mendengar ucapan Gwen pun terdiam. Dia berpikir sejenak, tetapi setelahnya dia meletakkan gelas dan duduk dengan tenang. Ivana menatap lekat ke arah Gwen berada.

“Darimana keberanianmu ini berasal, Gwen?” tanya Ivana. Dia penasaran, kenapa Gwen begitu berani memerintahnya.

“Tentu saja dari cinta Arga, Ivana,” jawab Gwen dengan rasa percaya diri, “aku tahu kalau selama ini Arga dan kamu tidak saling mencintai. Kalian menikah hanya karena perjodohan.”

“Tapi Arga tidak menolaknya,” ucap Ivana dengan santai. Dia menatap lekat, tidak berpaling sama sekali.

“Itu karena aku tidak ada di sana. Kalau aku ada, dia pasti akan menolakmu. Kamu tahu? Kamu itu hanya pengganti di saat aku pergi dan sekarang, aku sudah kembali. Sudah seharusnya pengganti pergi, kan?”

Ivana terdiam mendengar hal itu, tetapi kedua tangannya mengepal dengan rahang sedikit mengeras. Dia yang awalnya tenang, kali ini mulai terpancing dengan satu kenyataan yang dibawa Gwen. Kenyataan yang selama ini coba diubahnya.

“Arga itu tidak pernah mencintaimu, Ivana. Jadi, jangan bermimpi untuk terus menjadi istrinya. Lagi pula, selama menikah, dia tidak pernah menyentuhmu, kan? Aku rasa itu sudah pertanda kalau dia tidak menganggapmu sebagai pendamping,” kata Gwen kembali. Bibirnya menunjukkan senyum penuh kepuasan.

“Jaga ucapanmu, Gwen. Aku memiliki batas kesabaran,” tegas Ivana dengan suara ditekan.

“Maaf, aku lupa,” sahut Gwen dan tersenyum mengejek, “tapi aku rasa tidak ada salahnya aku menyadarkanmu, Ivana. Jangan terus menggenggam apa yang tidak bisa kamu genggam. Lagi pula, pernikahanmu selama ini, tidak ada artinya sama sekali. Hal mudah untuk mengakhirinya.”

Ivana yang lagi-lagi mendengar ejekan itu hanya diam. Dia masih menahan emosi, tidak ingin lepas kendali. Bagaimanapun ini tempat umum dan Ivana tidak mau menjadi pusat perhatian.

“Lebih baik kamu pergi dari sini, Gwen. Aku tidak sudi melihat wanita murahan sepertimu,” ucap Ivana dengan tegas.

Gwen yang mengetahui kalau Ivana terpancing pun tersenyum lebar. Dia membuang napas kasar dan bangkit. Kakinya hendak melangkah, tetapi niatnya terhenti ketika mengingat sesuatu. Dia pun kembali menatap ke arah Ivana berada.

“Aku sampai lupa memberitahumu. Aku hamil, Ivana. Aku hamil anak Arga,” kata Gwen.

“Apa?”

Seperti disambar petir, Ivana langsung terdiam. Kedua matanya melebar dengan mulut sedikit terbuka. Dia benar-benar terkejut dengan apa yang didengarnya kali ini.

“Kalau tidak percaya, ini buktinya,” ucap Gwen. Dia langsung mengambil sesuatu di dalam tas dan memberikan ke arah Ivana. “Itu hasil pemeriksaan kandunganku. Usia bayinya sudah enam minggu. Sebentar lagi, Arga akan menjadi ayah,” imbuh Gwen.

Ivana yang melihat hasil itu hanya diam, tetapi perlahan jemarinya menggenggam kertas dalam tangannya kasar. Air matanya menggenang di pelupuk mata dengan perasaan tidak karuan.

‘Kamu keterlaluan, Arga. Kamu tidak menyentuhku dan malah menyentuh wanita lain. Brengsek kamu, Arga,’ batin Ivana.

***

Hening. Ivana hanya duduk di ruang keluarga dengan mata sembab.

Selama empat tahun menikah, dia tidak pernah mengkhianati suaminya. Ivana juga merasa bahwa dirinya sudah memperlakukan Arga dengan baik. Pria itu adalah prioritasnya.

Namun, semua yang dilakukan ternyata tidak membuahkan hasil sama sekali. Arga masih tetap mencintai cinta pertamanya. Awalnya Ivana berpikir kalau dia bisa mempertahankan Arga, tetapi nyatanya salah. Arga masih tetap tidak berpaling dari Gwen.

Lamunannya buyar ketika mendengar langkah kaki semakin mendekat. Ivana pun mengalihkan pandangan, menatap ke asal suara. Hingga Arga melangkah di depannya, tepat di jam-jam pria itu pulang kerja seperti biasa.

“Arga, aku mau bicara.”

Arga yang mendengar hal itu pun langsung menghentikan langkah. Dia mengalihkan pandangan, menatap Ivana yang terlihat begitu serius.

“Cepat katakan apa yang mau kamu bicarakan. Aku lelah dan mau istirahat,” kata Arga tanpa menatap Ivana.

“Ayo kita cerai.”

Arga yang mendengar hal itu pun terdiam.

‘Apa dia bercanda?’ batin Arga, masih tidak percaya. Dia tahu sebesar apa Ivana mencintainya. Jadi, hal mengejutkan karena Ivana yang tiba-tiba mengajak berpisah.

“Aku tahu kalau Gwen sudah kembali. Selama ini kamu juga bersama dengannya, kan?” tanya Ivana. Meski begitu, dia berharap Arga masih menyangkalnya.

Namun, Arga hanya menghela napas, memperlihatkan rasa muaknya pada Ivana. “Sekarang kamu mempermasalahkan hal ini. Apa tidak ada hal lain lebih penting yang bisa kamu bahas?”

‘Kamu jahat, Arga. Kamu bahkan tidak mementingkan perasaanku,’ batin Ivana menjerit.

Namun, Ivana tidak menunjukan kesedihannya. Dengan kedua tangan mengepal dia kembali berseru, “Dia cinta pertamamu, Arga!”

“Lalu?” jawab Arga kembali.

“Kalau begitu, apa selama menikah, kamu tidak memiliki perasaan denganku?” tanya Ivana kembali.

Arga menatap Ivana dan tertawa, seolah pertanyaan Ivana benar-benar konyol. “Kamu serius menanyakan hal itu?”

Hal itu yang membuat Ivana tersenyum miris. Dia merasa kalau perasaannya selama ini sia-sia. Ya, tentu saja Arga tidak pernah mencintainya selama menikah.

“Tidak perlu kamu jawab. Aku tahu jawabannya,” ucap Ivana. Sebelum melanjutkan, dia menarik napas dalam dan membuang secara perlahan, “kalau begitu, aku mau kita cerai, Arga. Kamu bisa bersama dengan Gwen tanpa harus sembunyi-sembunyi. Tapi, aku memiliki satu syarat.”

“Apa?”

“Sentuh aku.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Godaan Mantan Istri   [23] Larangan Suami!

    “Lepas, Arga!”Arga yang baru sampai rumah langsung menghentikan langkah. Dadanya tampak naik-turun dengan rahang mengeras. Tatapannya begitu dingin. Jemari yang sejak tadi menggenggam tangan Ivana pun semakin mengerat.Ivana meringis kecil ketika merasakan genggaman semakin menegrat. Rasanya sakit, membuatnya semakin berontak. Hingga genggaman terlepas, membuat Ivana memundurkan langkah.“Kamu gila ya, Arga!?” Ivana yang sejak tadi menahan kesal pun langsung meluapkan emosi. Dia menatap tidak suka dengan cara Arga yang memaksanya.“Kamu yang gila, Ivana! Bisa-bisanya kamu datang ke tempat senam bersama dengan pria lain!” Arga yang sejak tadi menahan pun langsung meledak. Mengingat tangan Noah yang menyentuh pingan Ivana benar-benar membuat darahnya mendidih. Dia tidak tahu kenapa, tetapi ada perasaan tidak terima.Namun, hal berbeda dirasakan Ivana. Wanita itu tertawa kecil dan menggeleng beberapa kali. Rasanya lucu ketika kalimat itu dilontarkan oleh Arga. Jika pria lain, Ivana pas

  • Godaan Mantan Istri   [22] Perhatian yang Teralih

    Suasana di dalam ruang senam terasa begitu canggung. Pasalnya, Ivana harus berpasangan dengan Noah. Sedangkan Arga harus menemani Gwen. Meski begitu, entah sudah berapa kali Arga menatap ke arah Noah dan Ivana yang tampak santai. Rahangnya mengeras saat melihat tangan Noah melingkar di perut sang istri.Namun, Arga tidak melakukan apa pun. Dia hanya bisa menahan kesal dan perasaan aneh yang tiba-tiba saja menyelimutinya. Dia tidak terima dengan apa yan dilakukan Noah. Dia seperti ingin menghabisi siapa saja yang menyentuh tubuh istrinya. Sayangnya, Arga tidak bisa melakukan apa pun. Dia tidak mungkin menyingkirkan Noah di tengah banyaknya peserta senam. Kalau itu sampai terjadi, dia takut akan membuat malu. Tetapi, di tengah kericuhan hatinya, dia mulai berpikir.‘Kenapa rasanya aneh? Padahal biasanya tidak seperti ini,’ batin Arga.“Arga, kamu kenapa diam saja?” tanya Gwen dengan nada berbisik.Arga yang sempat melamun pun menggelengkan kepala dan menjawab, “Tidak apa-apa.”Namun,

  • Godaan Mantan Istri   [21] Perasaan Cemburu

    “Memangnya siapa dia mau ngatur-ngatur aku? Dia sendiri saja dengan wanita lain,” gerutu Ivana.Ivana kembali membuang napas kasar, merasa kesal setiap kali mengingat tingkah Arga yang mulai mengaturnya. Padahal jelas-jelas Arga sudah mencintai Gwen, selalu mementingkan wanita itu, tetapi sekarang malah melarangnya. Ivana yang mengingat juga tidak ada hentinya memaki dalam hati. Hingga dering ponsel terdengar, membuat Ivana langsung menatap ponsel dan mengangkatnya.“Halo, Noah,” sapa Ivana.“Halo, Ivana. Apa kamu sibuk hari ini?” tanya Noah dari seberang.“Aku mau ke tempat senam, Noah. Hari ini adalah hari pertamaku mulai ikut senam ibu hamil,” jawab Ivana.“Ah, aku pikir kamu tidak sibuk. Soalnya aku mau mengajakmu jalan-jalan. Aku baru pulang dan tidak tahu tempat yang bagus,” katta Noah.“Sayang sekali, untuk sekarang aku gak bisa. Mungkin lain waktu saja,” ucap Ivana, “kalau begitu, aku tutup dulu telponnya. Aku sudah mau sampai.”Noah yang berada di seberang bergumam pelan. Dia

  • Godaan Mantan Istri   [20] Jauhi Dia!

    “Siapa pria itu, Ivana? Kenapa kamu bersamanya?”Ivana yang baru masuk rumah langsung disuguhi dengan pertanyaan yang menyebalkan. Langkahnya pun terhenti dan menatap ke arah Arga. Ekspresi wajahnya datar, tidak menunjukkan kelembutan seperti biasanya.“Apa urusanmu, Arga?” Ivana balik bertanya. Nada suaranya sinis.“Jawab saja pertanyaanku, Ivana.” Arga menekankan satu per satu di setiap katanya. Dia menatap tajam dengan rahang mengeras. Melihat Ivana yang tidak menganggapnya membuat Arga menjadi tidak nyaman. Dia seperti tidak rela.Ivana kembali ditanya pun membuang napas kasar. Dengan malas dia berkata, “Siapa dia tidak ada hubungannya denganmu, Arga. Jadi, jangan ikut campur.”Jangan ikut campur? Arga tertawa kecil mendengarnya. Dia menggelengkan kepala dan mulai bangkit. Dia melangkah ke arah Ivana berada, berhenti tepat di depan istrinya.“Kalian memiliki hubungan spesial?” Kali ini, Arga memilih mengganti pertanyaannya.“Apa-apaan sih, Arga. Dia itu cuma sahabatku. Dia baru pu

  • Godaan Mantan Istri   [19] Siapa Dia?

    ‘Siapa pria itu?’Arga yang baru sampai di apartemen Gwen hanya diam. Pikirannya masih tertuju dengan pria yang bersama Ivana. Itu pertama kali dia melihatnya. Ditambah mengingat senyum si bibir sang istri, membuat Arga kembali merasakan hal berbeda. Hatinya tidak nyaman. Dia juga merasa marah setiap kali mengingatnya.“Arga, kamu mau makan apa?” tanya Gwen.Namun, Arga tidak mendengarkan. Dia masih sibuk dengan hatinya sendiri. Ada perasaan tidak rela melihat Ivana tersenyum dengan pria lain. Dalam hati dia bergumam, ‘Biasana senyum itu milikku, tetapi sekarang dia malah sebahagia itu bersama pria lain.’ Hingga Gwen yang sejak tadi merasa diabaikan menyenggol lengannya, membuat Arga tersentak kaget.“Arga, kamu melamun?” tanya Gwen.“Hah?” Arga benar-benar tidak mendengarkan Gwen. Sejak tadi dia sibuk dengan pikirannya sendiri.“Apa kamu mengatakan sesuatu?” tanya Arga pada akhirnya.“Dari tadi aku tanya, kamu mau makan apa? Mau aku masakin atau gak?” Gwen tampak kesal karena perhati

  • Godaan Mantan Istri   [18] Bertemu Teman Lama

    Arga yang baru sampai apartemen Gwen langsung membuka pintu. Dia memang sengaja meminta aksen masuk. Tujuannya satu, kalau terjadi hal tidak diinginkan dengan Gwen, dia bisa datang dan tidak perlu menunggu wanita itu membukakannya. Hingga dia yang sudah masuk melihat pecahan kaca, membuat Arga semakin cemas.“Gwen,” panggil Arga.Gwen yang awalnya sibuk dengan ponsel langsung terkejut ketika mendengar suara Arga masuk. Buru-buru dia meletakkan benda pipih itu dan menarik selimut. Gwen memegangi perut, sedikit menekan dengan posisi tidur meringkuk. Gwen mendesis kecil dengan kedua mata terpejam.“Gwen.”Gwen yang mendengar Arga membuka pintu pun langsung mengalihkan pandangan, menatap Arga yang sudah masuk. Wajahnya tampak cemas, membuat Gwen semakin besar kepala. Dia merasa menang karena bisa mendapat perhatian dari pria itu.“Kamu kenapa? Apa masih sakit?” tanya Arga. Dia mulai berjongkok dan mengelus perut Gwen.Gwen menggelengkan kepala kecil, berpura-pura begitu lemah. Dia bahkan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status