Beranda / Romansa / Godaan Mantan Istri / [1] Kembalinya Cinta Pertama

Share

Godaan Mantan Istri
Godaan Mantan Istri
Penulis: Kim Meili

[1] Kembalinya Cinta Pertama

Penulis: Kim Meili
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-02 10:35:41

“Hari ini kamu sibuk? Kalau tidak, aku ingin mengajakmu makan siang. Anila baru saja membuka cafe,” ucap Ivana. Wanita dengan rambut sepundak itu menatap ke arah Arga—suaminya.

Namun, tidak ada jawaban. Arga masih sibuk dengan ponsel di tangan. Sejak berada di ruang makan, pria itu tidak mengalihkan pandangan sama sekali. Dia bahkan tidak melihat Ivana yang sudah berdandan rapi di hadapnanya.

“Arga,” panggil Ivana karena tidak juga mendapat jawaban.

Namun, Arga hanya bergumam pelan, menangapi pangilan sang istri. Wajahnya tampak tenang dan datar. Dia bahkan tidak mengalihkan pandangan, tetap fokus dengan benda pipih di tangannya. Hal yang membuat Ivana menjadi penasaran.

‘Sebenarnya dia lihat apa?’ tanya Ivana dengan diri sendiri.

Ivana pun mulai mendekat, bermaksud mengintip apa yang dikerjakan sang suami. Tapi, tepat saat itu, Arga mematikan layar ponsel. Dia mendongakkan kepala, menatap ke arah istrinya berada.

“Kamu lagi chat sama siapa?” tanya Ivana. Dia mulai penasaran karena sejak kemarin suaminya hanya fokus dengan ponsel. Padahal biasanya Arga tidak pernah seperti itu. Meski sering mengabaikannya, tetapi Arga juga masih mendengarkannya.

“Hanya seorang rekan bisnis,” jawab Arga singkat. Dia mengambil tisu dan mengusap mulut, menghilangkan sisa makanan.

“Kamu gak habiskan makanannya?” tanya Ivana ketika melihat masih banyak sisa sarapan di piring sang suami.

“Aku kenyang. Lagi pula ada rapat pagi ini. Jadi, aku gak mau sampai terlambat,” jawab Arga. Dia pun bangkit dan melangkah pergi.

Ivana yang melihat tingkah laku sang suami pun hanya bisa membuang napas lirih dan mengelus dada. Pernikahan mereka sudah berjalan empat tahun, tetapi sikap Arga tidak berubah. Pria itu seperti tidak menganggapnya istri. Bahkan di ranjang pun terasa hambar.

‘Ya Tuhan, harus sampai kapan aku menahan,’ batin Ivana.

Ivana yang melihat tas sang suami tertinggal di meja makan langsung meraihnya. Dia pun mulai bangkit dan melangkah ke arah ruang utama. Kakinya melangkah cepat, tidak ingin tertinggal suaminya. Meskipun Arga selalu bersikap dingin, Ivana tetap memperlakukannya dengan baik. Dia berharap hal ini bisa meluluhkan hati suaminya. Hingga dia yang sudah berada depan langsung berhenti di sebelah mobil Arga.

Ivana hendak mengetuk pintu, tetapi niatnya terhenti ketika mendengar percakapan Arga dari dalam mobil.

“Aku tidak bisa datang. Aku akan ke apartemen setelah pulang kerja,” kata Arga.

Mendengar hal itu, Ivana mengerutkan kening dalam. Dia bertanya-tanya dalam hati, “Arga mengobrol dengan siapa?”

***

“Kamu yakin mau mengantar makanan ini untuk Arga?” tanya Anila, menatap Ivana lekat.

“Iya. Aku mau dia merasakan makanan di cafemu,” jawab Ivana dengan tenang, “tadi aku mengajaknya ke cafemu, tapi dia gak bisa karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.”

Anila yang mendengar pun berdecak kecil dan memutar bola mata pelan. Ekspresinya menunjukkan kekesalan dan berkata, “Dia itu bukannya banyak pekerjaan, tapi memang gak pernah mau bertemu dengan sahabatmu. Kamu masih ingat saat kalian menikah, kan? Dia bahkan gak mau menyapa kami.”

Ivana merasa tidak enak hati. Dia meraih jemari sahabatnya. Dengan raut wajah sendu dia berucap, “Maaf. Saat itu banyak rekan bisnisnya.”

Kalau saja bukan Ivana, Anila pasti sudah mengamuk. Dia pun hanya bisa membuang napas lirih, meredam jauh-jauh perasaan sakit hati karena perlakuan Arga. Sahabatnya sangat mencintai pria itu, membuat Anila tidak bisa berkata apa pun.

“Kalau begitu, aku masuk dulu. Tunggu aku di sini,” kata Ivana.

Anila yang mengantar Ivana ke kantor Arga pun hanya bergumam pelan. Dia memilih untuk duduk di dalam mobil, bermain ponsel sembari menunggu Ivana datang.

Sedangkan Ivana menatap kotak bekal yang dibawanya. Dia datang ke cafe sahabatnya sendiri dan sengaja memesan makanan untuk Arga. Dia ingin suaminya itu merasakan makanan Anila yang begitu enak.

Setelah sampai di perusahaan Arga, Anila pun berhenti. Ivana tidak menunggu lama. Dia segera keluar dari mobil sang sahabat dengan senyum merekah di bibir. Dia sudah membayangkan Arga yang akan lahap menyantap makanan itu.

“Ivana, kamu mau aku tunggu atau pulang sendiri?” tanya Anila.

“Sepertinya aku pulang sendiri saja. Soalnya aku pasti lama menunggu Arga selesai makan,” jawab Ivana.

“Kalau begitu, aku pulang dulu. Kamu hati-hati.”

Ivana menganggukkan kepala. Dia menatap kepergian sang sahabat. Setelahnya, Ivana kembali menatap bangunan yang tidak jauh darinya. Dia pun membuang nafas kasar dan mulai melangkahkan kaki. Ivana tidak henti-hentinya melempar senyum, menunjukkan kebahagiaannya.

Namun, Ivana terhenti ketika melihat sosok yang tidak asing baginya. Kedua matanya menyipit, memperhatikan wanita yang berdiri tidak jauh darinya. Hingga wanita itu membalikkan tubuh, membuat Ivana bisa melihat siapa wanita yang terasa tidak asing bagi.

“Gwen,” gumam Ivana dengan kedua mata melebar. Dia pun memilih untuk berhenti, menatap wanita yang sibuk dengan ponselnya. Beruntung sebuah mobil menghalangi, membuat Gwen tidak melihat kehadirannya.

Sedangkan Gwen, masih begitu kesal. Beberapa kali dia memanyunkan bibir dan menghentakkan kaki. Hingga panggilannya tersambung, membuat Gwen langsung mendengus kasar.

“Aku ada di bawah kantormu."

“Aku hanya ingin makan siang bersama saja. Apa itu salah?”

“Oke. Aku tunggu di bawah.”

Gwen mematikan panggilan dan membuang napas kasar. Tapi, hal itu memancing rasa ingin tahu Ivana. Dia yang berdiri tidak jauh dari wanita itu bisa mendengar percakapan Gwen dengan jelas, membuat keningnya berkerut dalam.

“Dia sedang bicara dengan siapa? Memangnya dia memiliki kenalan yang bekerja di sini?” tanya Ivana dengan diri sendiri.

Ivana kembali menatap Gwen. Hingga kedua matanya melebar, merasa terkejut dengan sosok yang sejak tadi ditunggu wanita itu. Tubuhnya langsung membeku dengan lidah terasa kelu.

“Arga,” gumam Ivana.

Ivana benar-benar seperti tersambar petir. Melihat Gwen yang menggandeng lengan suaminya dengan manja membuat hati Ivana hancur. Air matanya pun perlahan mulai mengalir, menatap sang suami yang sudah pergi dengan wanita lain.

“Ternyata, selama ini kamu berhubungan dengannya?” tanya Ivana dengan diri sendiri.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Godaan Mantan Istri   [23] Larangan Suami!

    “Lepas, Arga!”Arga yang baru sampai rumah langsung menghentikan langkah. Dadanya tampak naik-turun dengan rahang mengeras. Tatapannya begitu dingin. Jemari yang sejak tadi menggenggam tangan Ivana pun semakin mengerat.Ivana meringis kecil ketika merasakan genggaman semakin menegrat. Rasanya sakit, membuatnya semakin berontak. Hingga genggaman terlepas, membuat Ivana memundurkan langkah.“Kamu gila ya, Arga!?” Ivana yang sejak tadi menahan kesal pun langsung meluapkan emosi. Dia menatap tidak suka dengan cara Arga yang memaksanya.“Kamu yang gila, Ivana! Bisa-bisanya kamu datang ke tempat senam bersama dengan pria lain!” Arga yang sejak tadi menahan pun langsung meledak. Mengingat tangan Noah yang menyentuh pingan Ivana benar-benar membuat darahnya mendidih. Dia tidak tahu kenapa, tetapi ada perasaan tidak terima.Namun, hal berbeda dirasakan Ivana. Wanita itu tertawa kecil dan menggeleng beberapa kali. Rasanya lucu ketika kalimat itu dilontarkan oleh Arga. Jika pria lain, Ivana pas

  • Godaan Mantan Istri   [22] Perhatian yang Teralih

    Suasana di dalam ruang senam terasa begitu canggung. Pasalnya, Ivana harus berpasangan dengan Noah. Sedangkan Arga harus menemani Gwen. Meski begitu, entah sudah berapa kali Arga menatap ke arah Noah dan Ivana yang tampak santai. Rahangnya mengeras saat melihat tangan Noah melingkar di perut sang istri.Namun, Arga tidak melakukan apa pun. Dia hanya bisa menahan kesal dan perasaan aneh yang tiba-tiba saja menyelimutinya. Dia tidak terima dengan apa yan dilakukan Noah. Dia seperti ingin menghabisi siapa saja yang menyentuh tubuh istrinya. Sayangnya, Arga tidak bisa melakukan apa pun. Dia tidak mungkin menyingkirkan Noah di tengah banyaknya peserta senam. Kalau itu sampai terjadi, dia takut akan membuat malu. Tetapi, di tengah kericuhan hatinya, dia mulai berpikir.‘Kenapa rasanya aneh? Padahal biasanya tidak seperti ini,’ batin Arga.“Arga, kamu kenapa diam saja?” tanya Gwen dengan nada berbisik.Arga yang sempat melamun pun menggelengkan kepala dan menjawab, “Tidak apa-apa.”Namun,

  • Godaan Mantan Istri   [21] Perasaan Cemburu

    “Memangnya siapa dia mau ngatur-ngatur aku? Dia sendiri saja dengan wanita lain,” gerutu Ivana.Ivana kembali membuang napas kasar, merasa kesal setiap kali mengingat tingkah Arga yang mulai mengaturnya. Padahal jelas-jelas Arga sudah mencintai Gwen, selalu mementingkan wanita itu, tetapi sekarang malah melarangnya. Ivana yang mengingat juga tidak ada hentinya memaki dalam hati. Hingga dering ponsel terdengar, membuat Ivana langsung menatap ponsel dan mengangkatnya.“Halo, Noah,” sapa Ivana.“Halo, Ivana. Apa kamu sibuk hari ini?” tanya Noah dari seberang.“Aku mau ke tempat senam, Noah. Hari ini adalah hari pertamaku mulai ikut senam ibu hamil,” jawab Ivana.“Ah, aku pikir kamu tidak sibuk. Soalnya aku mau mengajakmu jalan-jalan. Aku baru pulang dan tidak tahu tempat yang bagus,” katta Noah.“Sayang sekali, untuk sekarang aku gak bisa. Mungkin lain waktu saja,” ucap Ivana, “kalau begitu, aku tutup dulu telponnya. Aku sudah mau sampai.”Noah yang berada di seberang bergumam pelan. Dia

  • Godaan Mantan Istri   [20] Jauhi Dia!

    “Siapa pria itu, Ivana? Kenapa kamu bersamanya?”Ivana yang baru masuk rumah langsung disuguhi dengan pertanyaan yang menyebalkan. Langkahnya pun terhenti dan menatap ke arah Arga. Ekspresi wajahnya datar, tidak menunjukkan kelembutan seperti biasanya.“Apa urusanmu, Arga?” Ivana balik bertanya. Nada suaranya sinis.“Jawab saja pertanyaanku, Ivana.” Arga menekankan satu per satu di setiap katanya. Dia menatap tajam dengan rahang mengeras. Melihat Ivana yang tidak menganggapnya membuat Arga menjadi tidak nyaman. Dia seperti tidak rela.Ivana kembali ditanya pun membuang napas kasar. Dengan malas dia berkata, “Siapa dia tidak ada hubungannya denganmu, Arga. Jadi, jangan ikut campur.”Jangan ikut campur? Arga tertawa kecil mendengarnya. Dia menggelengkan kepala dan mulai bangkit. Dia melangkah ke arah Ivana berada, berhenti tepat di depan istrinya.“Kalian memiliki hubungan spesial?” Kali ini, Arga memilih mengganti pertanyaannya.“Apa-apaan sih, Arga. Dia itu cuma sahabatku. Dia baru pu

  • Godaan Mantan Istri   [19] Siapa Dia?

    ‘Siapa pria itu?’Arga yang baru sampai di apartemen Gwen hanya diam. Pikirannya masih tertuju dengan pria yang bersama Ivana. Itu pertama kali dia melihatnya. Ditambah mengingat senyum si bibir sang istri, membuat Arga kembali merasakan hal berbeda. Hatinya tidak nyaman. Dia juga merasa marah setiap kali mengingatnya.“Arga, kamu mau makan apa?” tanya Gwen.Namun, Arga tidak mendengarkan. Dia masih sibuk dengan hatinya sendiri. Ada perasaan tidak rela melihat Ivana tersenyum dengan pria lain. Dalam hati dia bergumam, ‘Biasana senyum itu milikku, tetapi sekarang dia malah sebahagia itu bersama pria lain.’ Hingga Gwen yang sejak tadi merasa diabaikan menyenggol lengannya, membuat Arga tersentak kaget.“Arga, kamu melamun?” tanya Gwen.“Hah?” Arga benar-benar tidak mendengarkan Gwen. Sejak tadi dia sibuk dengan pikirannya sendiri.“Apa kamu mengatakan sesuatu?” tanya Arga pada akhirnya.“Dari tadi aku tanya, kamu mau makan apa? Mau aku masakin atau gak?” Gwen tampak kesal karena perhati

  • Godaan Mantan Istri   [18] Bertemu Teman Lama

    Arga yang baru sampai apartemen Gwen langsung membuka pintu. Dia memang sengaja meminta aksen masuk. Tujuannya satu, kalau terjadi hal tidak diinginkan dengan Gwen, dia bisa datang dan tidak perlu menunggu wanita itu membukakannya. Hingga dia yang sudah masuk melihat pecahan kaca, membuat Arga semakin cemas.“Gwen,” panggil Arga.Gwen yang awalnya sibuk dengan ponsel langsung terkejut ketika mendengar suara Arga masuk. Buru-buru dia meletakkan benda pipih itu dan menarik selimut. Gwen memegangi perut, sedikit menekan dengan posisi tidur meringkuk. Gwen mendesis kecil dengan kedua mata terpejam.“Gwen.”Gwen yang mendengar Arga membuka pintu pun langsung mengalihkan pandangan, menatap Arga yang sudah masuk. Wajahnya tampak cemas, membuat Gwen semakin besar kepala. Dia merasa menang karena bisa mendapat perhatian dari pria itu.“Kamu kenapa? Apa masih sakit?” tanya Arga. Dia mulai berjongkok dan mengelus perut Gwen.Gwen menggelengkan kepala kecil, berpura-pura begitu lemah. Dia bahkan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status