Share

4.Prince And Princess

   Seperti pangeran yang membawa pulang putri ke istana. Semua mata hanya tertuju kepada mereka berdua. Seorang lelaki tampan menggandeng gadis manis di sampingnya. Para asisten rumah tangga dan tukang kebun terbengong.

   "Akhirnya tuan muda membawa seorang gadis pulang ke rumah," salah seorang wanita berteriak ketika, sang pangeran dan putri memasuki rumah mewah tersebut. Wanita itu berlari girang, mengabarkan kabar gembira pada para teman seperjuangannya.

   Di dalam rumah, dengan sopan Rere menyapa seorang wanita paruh baya cantik, duduk manis di sofa, yang dipanggil Kenzo dengan sebutan mama.

Bukan kata sambutan yang Rere terima, akan tetapi. Wanita tersebut malah berteriak.

    "Papa?!" teriak wanita itu hampir membuat Rere melonjak karena kaget. Seorang lelaki paruh baya yang masih memperlihatkan gurat wajah gagahnya, berlari menuruni tangga menghampiri wanita tersebut.

   "Kenapa istriku, Sayang," ucapnya.

   "Kenzo membawa calon menantu pulang Pa, oh akhirnya," ucap wanita itu berbinar. Rere melongo menyaksikan adegan aneh di hadapannya.

    "Hey boy, ternyata kamu...." Sang papa tak melanjutkan ucapannya dan malah mengacungkan dua jempol.

   "Gadis cantik siapa namamu?" tanya Mama Kenzo, yang kemudian menarik tangan Rere pelan, membimbing untuk duduk di sampingnya.

    "Nama saya Rere, Tante," jawab gadis itu yang masih clingukkan bingung.

    "Jangan panggil Tante, panggil saja Mama ok, Sayang," kata Mama Kenzo bersemangat, dia merangkum wajah Rere gemas.

    "Please Mama, Papa, jangan lebay, yang ada nanti dia kabur sebelum menjadi menantu kalian," celetuk Kenzo mulai kesal.

    "Oh wow! Benarkah, calon menantu Papa kata Kenzo, senangnya," sang Mama lebih girang lagi. Rere menganga seketika.

    Dulu Kenzo memang menginginkan kasih sayang yang sangat berlimpah dari orang tuanya. Akan tetapi, bukan bersikap konyol, memalukan. Otak Kenzo kembali mengingat, kedua orang tuanya begitu semenjak usia Kenzo menginjak 25 tahun ke atas. Mereka selalu memdesak Kenzo segera menikah. Parahnya, kali ini dia merasa sikap orang tuanya berlebihan, ingin sekali rasanya dia membanting apa saja saking malunya.

    "Apa yang dipikirkan Rere saat ini ya," keluh Kenzo dalam hati, dia menepuk jidatnya sambil cengar-cengir.

   "Hey Boy, pergilah mandi, ayo kita tinggalkan para wanita di sini," saran sang papa, lelaki paruh baya itu merangkul, menarik Kenzo menjauh, menaiki tangga. 

    "Tapi Papa," ujar Kenzo tidak rela jauh dari Rere. Ia takut sang Mama akan berbuat hal aneh yang menjadikan Rere tidak ingin dekat dengan dirinya lagi.

   "Sudah ayo pergi," kata sang papa tertawa cekikikan. "Boy ternyata kamu menyukai gadis yang imut-imut ya, selera kamu bau kencur," cecar Papa Kenzo.

   "Ah! Papa kenapa begitu pernyataannya?" tanya Kenzo yang langsung ngeloyor masuk ke kamar. Dari balik pintu masih terdengar tawa cekikikan sang papa. 

    Sekitar seperempat jam Kenzo keluar kamar dengan rambut klimis, dan badan yang telah wangi, antara harum sampo bercampur sabun. Dengan kemeja putih dan celana hitam formal kebanggaan. Betapa terkejutnya ia ketika tidak mendapati Rere di ruang tamu. Hanya ada empat cangkir kopi panas baru disajikan, beserta kue.

    "Mbok, kemana Rere?" tanya Kenzo tanpa ekspresi, menatap dingin wanita paruh baya yang tengah meletakkan camilan lain di meja.

   "Sepertinya di kamar nyonya, Tuan muda," jawab wanita tersebut menundukkan kepala.

   Kenzo menaiki tangga memasang wajah garang menuju lantai tiga, di mana kamar orang tuanya berada. Hampir saja ia mendobrak pintu dengan paksa. Namun, segera ia tepis, ia melongok ke dalam kamar lewat pintu yang sedikit terbuka. Dia mendapati Rere telah berganti pakaian dengan dres panjang warna putih, dan sweater berwarna senada. Gadis itu duduk manis di depan meja rias, kemudian sang mama mengeringkan rambut basah Rere dengan pengering rambut. Tawa sesekali terdengar keluar. Kenzo merasakan perasaan aneh yang hinggap merayapi dirinya.

   "Jantungku rasanya meletup-letup ingin melompat keluar, benar-benar sakit. Sepertinya hari ini aku harus ke dokter," keluh Kenzo.

   "Aku tahu sakit apa yang menyerangmu, Nak," kata sang Papa, bagai jaelangkung. Datang tak dijemput pulang tak diantar. Tiba-tiba sudah berdiri menyandar di dinding dekat pintu, membuat Kenzo meloncat ke belakang saking terkejutnya. "Kamu sedang terkena penyakit cinta anakku. Obatnya, nyatakanlah cintamu sesegera mungkin sebelum janur kuning melengkung, dan dia menjadi milik orang lain," cerocos sang papa terdengar melantur.

   Kenzo melongo dengan mulut membentuk huruf O besar mendengar penjelasan tak masuk akal sang Papa. Dia masih tidak habis pikir dengan kalimat dijabarkan. Hatinya seolah menyangkal. Sedang pusing berkutat dengan pikirannya, Rere keluar bersama sang mama. Wajah cantik itu membius Kenzo, dia terbengong mirip orang kesambet. Sang papa mengajak mereka makan malam bersama sebelum pergi.

    Kenzo benar-benar terpukau, piring di hadapan kosong tidak satupun hidangan lezat di meja makan disentuh. Khayalan melambung jauh, tatapan mata hanya tertuju pada Rere. Seperti ada suara musik datang entah dari mana, memainkan nada romantis di sekeliling.

   Rere sendiri hampir tidak bisa menelan makanan, yang masuk ke dalam mulutnya. Semua mata tertuju memperhatikan, seolah menusuk, menelanjangi. Ia sesekali melempar senyum ketika tak sengaja bertatapan dengan orang tua Kenzo. Rasanya ia ingin melempar garpu ke arah Kenzo, dia malah terbengong entah apa yang dipikirkan.

   "Ayo tambah lagi Sayang makanannya," ujar sang Mama, menambahkan sayur ke dalam piring Rere.

   "Sudah cukup Tante, Rere kenyang," ujar Rere tersenyum. " Kenapa mereka terus memandangku, rasanya semua makanan hampir tak bisa kutelan," keluh Rere dalam hati.

    Selesai makan malam, meski sebenarnya hanya Rere sendiri yang makan, Kenzo mengantarnya pulang. Hujan sudah reda, habis terang terbitlah bulan dan bintang menghiasi langit. Mobil yang mereka naiki berjalan mulus membelah jalan tol.

   "Maaf Re, pasti kamu terkejut dengan tingkah laku orang tua aku ya?" tanya Kenzo mulai, merasa tidak enak hati.

    "Nggak apa Bang, mereka baik kok," jawab Rere tersenyum menundukkan kepala.

    Jantung Kenzo kembali tidak karuan, dia menghela napas panjang berulang kali. Rere memperhatikan dengan tatapan lembut.

    "Re, mau pacaran sama aku?" tanya Kenzo tegang.

   "Apa?" pekik Rere.

   "Oh, atau kalau kita langsung menikah saja bagaimana?" tanya Kenzo semakin melantur.

   "Haahh?" Rere semakin bingung wajah dan pipinya memerah.

   "Kenapa pernyataan cintaku terdengar bodoh," pikir Kenzo dalam benak, merasa dirinya sangat konyol.

   Ckit! Decik ban di rem berbunyi, pemuda itu menghentikan laju mobilnya. Dia nampak gugup, seperti orang melamar kerja untuk pertama kali. Dia menghela napas dalam-dalam berulang-ulang.

    "Aku, aku sepertinya mencintai kamu Rere." Pernyataan cinta itu akhirnya keluar dari mulut Kenzo. "Kamu tahu, aku tidak pernah menyatakan cinta terlebih dahulu sebelumnya. Biasanya wanita-wanita tersebut yang duluan mulai. Maaf jika terdengar aneh," kilah Kenzo. Lelaki itu menatap dalam Rere, kedua netra mereka bertemu.

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Nazwatalita
Lanjut ...
goodnovel comment avatar
Neng Onyon
yah kasian edzhar blm apa dh ditinggal gerak cepat m kenzo
goodnovel comment avatar
KarRa
terima kasih kak. 😢😚😘😙
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status