Share

4.Prince And Princess

Penulis: KarRa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-01 15:26:43

   Seperti pangeran yang membawa pulang putri ke istana. Semua mata hanya tertuju kepada mereka berdua. Seorang lelaki tampan menggandeng gadis manis di sampingnya. Para asisten rumah tangga dan tukang kebun terbengong.

   "Akhirnya tuan muda membawa seorang gadis pulang ke rumah," salah seorang wanita berteriak ketika, sang pangeran dan putri memasuki rumah mewah tersebut. Wanita itu berlari girang, mengabarkan kabar gembira pada para teman seperjuangannya.

   Di dalam rumah, dengan sopan Rere menyapa seorang wanita paruh baya cantik, duduk manis di sofa, yang dipanggil Kenzo dengan sebutan mama.

Bukan kata sambutan yang Rere terima, akan tetapi. Wanita tersebut malah berteriak.

    "Papa?!" teriak wanita itu hampir membuat Rere melonjak karena kaget. Seorang lelaki paruh baya yang masih memperlihatkan gurat wajah gagahnya, berlari menuruni tangga menghampiri wanita tersebut.

   "Kenapa istriku, Sayang," ucapnya.

   "Kenzo membawa calon menantu pulang Pa, oh akhirnya," ucap wanita itu berbinar. Rere melongo menyaksikan adegan aneh di hadapannya.

    "Hey boy, ternyata kamu...." Sang papa tak melanjutkan ucapannya dan malah mengacungkan dua jempol.

   "Gadis cantik siapa namamu?" tanya Mama Kenzo, yang kemudian menarik tangan Rere pelan, membimbing untuk duduk di sampingnya.

    "Nama saya Rere, Tante," jawab gadis itu yang masih clingukkan bingung.

    "Jangan panggil Tante, panggil saja Mama ok, Sayang," kata Mama Kenzo bersemangat, dia merangkum wajah Rere gemas.

    "Please Mama, Papa, jangan lebay, yang ada nanti dia kabur sebelum menjadi menantu kalian," celetuk Kenzo mulai kesal.

    "Oh wow! Benarkah, calon menantu Papa kata Kenzo, senangnya," sang Mama lebih girang lagi. Rere menganga seketika.

    Dulu Kenzo memang menginginkan kasih sayang yang sangat berlimpah dari orang tuanya. Akan tetapi, bukan bersikap konyol, memalukan. Otak Kenzo kembali mengingat, kedua orang tuanya begitu semenjak usia Kenzo menginjak 25 tahun ke atas. Mereka selalu memdesak Kenzo segera menikah. Parahnya, kali ini dia merasa sikap orang tuanya berlebihan, ingin sekali rasanya dia membanting apa saja saking malunya.

    "Apa yang dipikirkan Rere saat ini ya," keluh Kenzo dalam hati, dia menepuk jidatnya sambil cengar-cengir.

   "Hey Boy, pergilah mandi, ayo kita tinggalkan para wanita di sini," saran sang papa, lelaki paruh baya itu merangkul, menarik Kenzo menjauh, menaiki tangga. 

    "Tapi Papa," ujar Kenzo tidak rela jauh dari Rere. Ia takut sang Mama akan berbuat hal aneh yang menjadikan Rere tidak ingin dekat dengan dirinya lagi.

   "Sudah ayo pergi," kata sang papa tertawa cekikikan. "Boy ternyata kamu menyukai gadis yang imut-imut ya, selera kamu bau kencur," cecar Papa Kenzo.

   "Ah! Papa kenapa begitu pernyataannya?" tanya Kenzo yang langsung ngeloyor masuk ke kamar. Dari balik pintu masih terdengar tawa cekikikan sang papa. 

    Sekitar seperempat jam Kenzo keluar kamar dengan rambut klimis, dan badan yang telah wangi, antara harum sampo bercampur sabun. Dengan kemeja putih dan celana hitam formal kebanggaan. Betapa terkejutnya ia ketika tidak mendapati Rere di ruang tamu. Hanya ada empat cangkir kopi panas baru disajikan, beserta kue.

    "Mbok, kemana Rere?" tanya Kenzo tanpa ekspresi, menatap dingin wanita paruh baya yang tengah meletakkan camilan lain di meja.

   "Sepertinya di kamar nyonya, Tuan muda," jawab wanita tersebut menundukkan kepala.

   Kenzo menaiki tangga memasang wajah garang menuju lantai tiga, di mana kamar orang tuanya berada. Hampir saja ia mendobrak pintu dengan paksa. Namun, segera ia tepis, ia melongok ke dalam kamar lewat pintu yang sedikit terbuka. Dia mendapati Rere telah berganti pakaian dengan dres panjang warna putih, dan sweater berwarna senada. Gadis itu duduk manis di depan meja rias, kemudian sang mama mengeringkan rambut basah Rere dengan pengering rambut. Tawa sesekali terdengar keluar. Kenzo merasakan perasaan aneh yang hinggap merayapi dirinya.

   "Jantungku rasanya meletup-letup ingin melompat keluar, benar-benar sakit. Sepertinya hari ini aku harus ke dokter," keluh Kenzo.

   "Aku tahu sakit apa yang menyerangmu, Nak," kata sang Papa, bagai jaelangkung. Datang tak dijemput pulang tak diantar. Tiba-tiba sudah berdiri menyandar di dinding dekat pintu, membuat Kenzo meloncat ke belakang saking terkejutnya. "Kamu sedang terkena penyakit cinta anakku. Obatnya, nyatakanlah cintamu sesegera mungkin sebelum janur kuning melengkung, dan dia menjadi milik orang lain," cerocos sang papa terdengar melantur.

   Kenzo melongo dengan mulut membentuk huruf O besar mendengar penjelasan tak masuk akal sang Papa. Dia masih tidak habis pikir dengan kalimat dijabarkan. Hatinya seolah menyangkal. Sedang pusing berkutat dengan pikirannya, Rere keluar bersama sang mama. Wajah cantik itu membius Kenzo, dia terbengong mirip orang kesambet. Sang papa mengajak mereka makan malam bersama sebelum pergi.

    Kenzo benar-benar terpukau, piring di hadapan kosong tidak satupun hidangan lezat di meja makan disentuh. Khayalan melambung jauh, tatapan mata hanya tertuju pada Rere. Seperti ada suara musik datang entah dari mana, memainkan nada romantis di sekeliling.

   Rere sendiri hampir tidak bisa menelan makanan, yang masuk ke dalam mulutnya. Semua mata tertuju memperhatikan, seolah menusuk, menelanjangi. Ia sesekali melempar senyum ketika tak sengaja bertatapan dengan orang tua Kenzo. Rasanya ia ingin melempar garpu ke arah Kenzo, dia malah terbengong entah apa yang dipikirkan.

   "Ayo tambah lagi Sayang makanannya," ujar sang Mama, menambahkan sayur ke dalam piring Rere.

   "Sudah cukup Tante, Rere kenyang," ujar Rere tersenyum. " Kenapa mereka terus memandangku, rasanya semua makanan hampir tak bisa kutelan," keluh Rere dalam hati.

    Selesai makan malam, meski sebenarnya hanya Rere sendiri yang makan, Kenzo mengantarnya pulang. Hujan sudah reda, habis terang terbitlah bulan dan bintang menghiasi langit. Mobil yang mereka naiki berjalan mulus membelah jalan tol.

   "Maaf Re, pasti kamu terkejut dengan tingkah laku orang tua aku ya?" tanya Kenzo mulai, merasa tidak enak hati.

    "Nggak apa Bang, mereka baik kok," jawab Rere tersenyum menundukkan kepala.

    Jantung Kenzo kembali tidak karuan, dia menghela napas panjang berulang kali. Rere memperhatikan dengan tatapan lembut.

    "Re, mau pacaran sama aku?" tanya Kenzo tegang.

   "Apa?" pekik Rere.

   "Oh, atau kalau kita langsung menikah saja bagaimana?" tanya Kenzo semakin melantur.

   "Haahh?" Rere semakin bingung wajah dan pipinya memerah.

   "Kenapa pernyataan cintaku terdengar bodoh," pikir Kenzo dalam benak, merasa dirinya sangat konyol.

   Ckit! Decik ban di rem berbunyi, pemuda itu menghentikan laju mobilnya. Dia nampak gugup, seperti orang melamar kerja untuk pertama kali. Dia menghela napas dalam-dalam berulang-ulang.

    "Aku, aku sepertinya mencintai kamu Rere." Pernyataan cinta itu akhirnya keluar dari mulut Kenzo. "Kamu tahu, aku tidak pernah menyatakan cinta terlebih dahulu sebelumnya. Biasanya wanita-wanita tersebut yang duluan mulai. Maaf jika terdengar aneh," kilah Kenzo. Lelaki itu menatap dalam Rere, kedua netra mereka bertemu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Nazwatalita
Lanjut ...
goodnovel comment avatar
Neng Onyon
yah kasian edzhar blm apa dh ditinggal gerak cepat m kenzo
goodnovel comment avatar
KarRa
terima kasih kak. 😢😚😘😙
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   Spesial Part 3 -Tamat-

    Elizabeth, Larisa beserta sang suami juga Delon baru selesai sarapan. Mereka keluar restoran menatap ke arah lautan lepas sembari membicarakan hal-hal yang hendak dilakukan untuk menghabiskan siang ini. Masih ada waktu dua hari berlibur ke tempat tersebut. Senyum sumringah Larisa dan Aarav membuat iri bagi para jomlo yang lihat. Termasuk Elizabeth dan Delon, pemuda tidak sengaja yang masuk sarang macan dengan menyatakan cinta pada Caroline Zeroun. "Kalian mau ikut kami ke pulau itu?" tanya Aarav menunjukkan sebuah pulau tidak jauh dari tempat mereka. "Kami tidak mau jadi obat nyamuk," keluh Elizabeth. Aarav terkekeh, "Baiklah, kalau begitu aku akan membawa istriku sekarang, selamat bersenang-senang kalian." Tanpa kasihan Aarav mengatakan. Lelaki itu mengangkat tubuh sang istri menggendong ala bridal. Delon dan Elizabeth menggeleng, terlihat menggelikan perbuatan monster kutub utara yang sok manis. Walau sebenarnya dia sedang berusaha manis demi sang istri, nampakn

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   Sepesial Part 2

    "Rafael Kenzo!" teriak Maya hilang kesabaran. "Kau, apa yang kau lakukan. Ini tidak seperti yang kita sepakati, brengsek!" pekik Maya. "Bergantilah pakaian, orang tuaku akan kemari beberapa saat lagi." Pemuda itu mengabaikan umpatan Maya. Wanita tersebut frustrasi sendiri dibuatnya. Yeah, pemuda yang bersama Maya adalah Rafael, rasa cinta pada Larisa mungkin tidak mampu dia paksa, perbedaan keyakinan menjadi jurang pemisah sebelum rasa tersebut diungkapkan, miris memang, namun apa daya. Dalam suatu kesempatan Rafael mendapati Maya berada di antara Larisa dan Aarav, jika mengikuti ego, ingin sekali membiarkan. Namun, pemuda tersebut tidak akan pernah sanggup untuk melihat Larisa menderita. Rafael dan Kenzo sama-sama pernah terluka dengan perasaan cinta berbeda keyakinan. Satu hal pasti, ketika Kenzo mendapati putranya, berhubungan dengan wanita. Sang ayah tidak langsung menghakimi, dia lebih memilih untuk melihat apa yang sebenarnya. Saran dari Kenzo hanya satu, d

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   Sepesial Part 1

    Larisa dan yang lain menoleh ke arah suara, gadis cantik mengenakan dress putih tanpa lengan setinggi lutut. Rambut panjang blonde tergerai, di mana topi pantai menghias kepala. Senyum merekah mendebarkan jantung kaum adam yang melihat, tubuh mungil berkulit seputih susu membuat dunia Delon serasa terhenti. Bak disuguhkan bidadari cantik turun dari langit. "Hai, Cariline," sapa Larisa. Yah, gadis itu Caroline Zeroun, putri tunggal Axelle Zeroun dari kota B. "Boleh aku bergabung, Kak?" tanyanya. "Boleh sekali, silakan cantik," ujar Elizabeth sumringah. "Perkenalkan dia Caroline," kata Larisa. "Aku Elizabeth," ujarnya. Derit kursi berbunyi, Caroline duduk di kursi dekat Delon. Pemuda itu masih melongo, Elizabeth yang melihat menutup mulut sahabatnya. "Lap tuh iler yang hampir menetas!" kelakar Elizabeth. "Hai, bidadari cantik aku Delon," kata pemuda itu berganti mengulurkan tangan. Caroline menyambut dengan bahagia. "Sepertinya aku j

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   Season 3 Selesai...

    Setelah melewati beberapa pencarian atas bantuan anak buah sang papa. Elizabeth berhasil menemukan kamar hotel yang ditempati Larisa sahabatnya. Dia sedang berjalan dengan terus mengomel lantaran Larisa tidak dapat dihubungi. Ponsel mati, padahal keduanya berjanji akan sarapan bersama. Delon menatap punggung sahabatnya itu, dia paham benar Elizabeth khawatir. Sampai di kamar yang dituju gadis itu berhenti. "Akhirnya sampai juga, Larisa kamu kenapa belum turun sarapan?" omel Elizabeth membuka pintu kamar. Mata gadis itu membola, dia menutup mulut dengan kedua tangan, Delon mengernyitkan kening lalu ikut melongok ke dalam. Dia pun sama ikut terkejut. Melihat bagian dalam berantakan, Elizabeth juga Delon melangkah ke dalam. Dia mendapati ranjang bak kapal pecah, pakaian serta dalaman berserakan di lantai. Keduanya saling menatap meringis, merasa salah datang ke tempat itu. Samar terdegar erangan bersahutan dari sebuah ruang yang tertutup, keduanya menduga itu kamar mandi. E

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   240. Lautan Asmara

    Tangan Larisa bergerak nakal meraba pundak Aarav, wanita itu berjalan memutar untuk berdiri di hadapan sang suami. Mempertontonkan tubuh telanjangnya. Aarav menatap tajam bak serigala yang melihat mangsa. Wajah gadis itu memanas, tangannya mengepal menahan gemetar. Kedua tangan Larisa meraba bagian kemeja, mencoba meloloskan kancing yang masih melekat. Aarav memperhatikan dengan badan panas dingin, kemeja itu terlepas berkat tarikan sang istri, mempertontonkan bagian dada maskulin. “Aku siap, mari lakukan. Jangan menahan lagi,” bisik Larisa mencengkeram bagian junior Aarav. Aarav melambung tinggi, seperti naik rollercoaster, sungguh perasaan luar biasa tidak terkira. Tanpa menunggu waktu lebih lama, Aarav mengangkat tubuh Larisa, merebahkan di ranjang. Memulai kembali belaian lidah dan juga bibir di area sensitif Larisa. Gadis itu berteriak, setumpuk rasa dengan jantung terpompa lebih cepat. Menantikan hal yang lebih menakjubkan dari pemanasan itu. “Aku, akan melakuka

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   239. Menghadiri Pesta Axelle Zeroun

    Mata Larisa berbinar melihat pemandangan di bawah laut pada sore hari. Saat ini mereka tengah berada di sebuah kapal pesiar. Langkah kakinya nampak lincah dengan sepatu cats yang dikenakan. Dress warna putih setinggi lutut menari dengan indah seirama langkah. Aarav membiarkan gadis muda itu di hadapannya. Kemudian mantik pelan saat sang istri hampir menabrak seorang anak muda. "Kau tidak apa?" tanya pemuda tampan rupawan pada Larisa. Gadis tersebut tersenyum, "Aku baik," jawabnya. Pemuda tersebut mengerutkan kening lalu tersenyum. "Kau, Kak Larisa?" tanya pemuda itu. "Iya, bagaimana kau bisa mengenalku?" tanya Larisa. 'Astaga, siapa lalat pengganggu ini?' cebiknya. "Astaga, aku juniormu di kampus Kak, senang sekali bisa berjumpa dengan Kakak Cantik," kata pemuda itu lagi. Larisa mencoba berpikir keras, dia seperti mengingat sesuatu. "Hei, Ren, apa yang kau lakukan disini? Pasti mengganggu gadis-gadis?" Seorang gadis cantik dat

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   238. Penangkaran Buaya?

    Maya merasa tidak ingin masuk ke dalam apartemen tersebut. Namun, tidak ada pilihan pemuda yang mengekang pasti mencari di manapun dia berada. Tidak ada tempat untuk dia kabur sama sekali. Kabur pun hendak ke mana, tiada tempat bagi dirinya. Wanita itu menghela napas berat lalu berjalan masuk, ruangan gelap, hanya seberkas cahaya sorot lampu yang masuk dari luar. Maya meraba dinding lalu menekan tombol saklar. Dia menundukkan kepala kemudian melangkah ke dalam. "Kau malam sekali pulang." Suara bariton lelaki terdengar. Maya tidak terkejut, sudah menduga pemuda itu akan datang. "Aku ikut bos ke luar kota," jawabanya sembari melepas sepatu. Maya mendongakkan kepala, baru dia melihat wajah lelaki tersebut. Dia mengulas senyum, berjalan gemulai ke arah sofa lalu duduk di pangkuan sang pemuda. "Kau cemburu?" tanya Maya. Pemuda itu menatap sarkas, "Jangan bercanda," sanggahnya. "Jangan khawatir, pak tua itu mampu menjaga diri dengan baik, kau t

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   237. Firasat Seorang Istri

    Malam hari di kediaman Aarav. Larisa duduk di ruang tamu dengan perasaan gundah gulana, berulang kali bangkit dari sofa lalu kembali duduk, terkadang mondar-mandir mirip setrika. Apa yang dikatakan Elizabeth tadi siang begitu mengganggu, membuat berpikir keras. Bagaimana jika sang suami memang berselingkuh, sekretaris pribadinya bertubuh sintal, nan sexy, dada menggelembung, cantik nan elegan, ah wanita itu sesuai tipe ideal Aarav. Larisa melirik ke bawah, tubuhnya kerempeng, dada kecil. Sepersekian detik gadis itu membandingkan tubuh dia dan sekertaris, membuat kepala berdenyut nyeri. Dia menguatkan diri mengatakan tidak mencintai sang suami. Namun, berbanding terbalik dengan hati yang tidak karuan, cemas. “Mengapa aku jadi kepikiran, membandingkan hal tidka penting” keluh Larisa. Dia menyibakkan rambut panjang ke belakang. Kembali bangkit dari kursi untuk kesekian kali, kakinya melangkah ke arah jendela, menyibak tirai warna coklat bermotif bunga-bunga besar, mempe

  • Godaan Memikat Lelaki Penguasa   236. Godaan Teman Masa Kecil

    Sore hari sekitar pukul empat, usai menempuh perjalanan kurang lebih satu jam Aarav sampai di kota B. mobil yang membawanya berhenti di parkiran sebuah hotel. Lelaki tersebut keluar dari mobil saat sang sopir membukakan pintu, dia duduk di bagian belakang, sedangkan Maya ada di depan bersama sopir. “Maaf Pak, pertemuan akan dilakukan pukul tujuh malam, boleh saya pergi sebentar. Saya janji akan kembali kesini sebelum pukul tujuh,” kata Maya mencegah Aarav melangkah. Tubuh maskulin itu berbalik, “Kau mau mengunjungi ibumu?” tanya Aarav mengingat permintaan Maya tadi. Maya tersenyum seraya menjawab, “Iya, Pak.” “Istirahat sebentar, aku juga mau mandi dahulu. Akan aku antar nanti,” kata Aarav yang langsung melenggang pergi tanpa menunggu jawaban Maya. Wanita tersebut mengurungkan niat, dia kembali mengatupkan bibir yang sempat terbuka hendak mengucap. Yah, apa yang dilakukan Aarav, jika sudah berkehendak, tidak ada yang bisa menolak. Maya mengekor A

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status