Share

5.Pernyataan Cinta Kenzo

    Jantung Rere berdetak tidak beraturan, rasa bahagia dan terkejut bercampur menjadi satu. Seperti tetesan air yang jatuh di tanah tandus nan gersang. Memberi sedikit air untuk tanah kering keronta. Menyejukkan.

  "Rere juga mencintai Abang, tapi untuk menikah sekarang Rere belum bisa. Rere masih kuliah semester awal, kan," jawab Rere, bak gayung bersambut. Kapal cinta Rere dan Kenzopun berlayar, hati lelaki itu berbunga layaknya pemuda jatuh cinta di usia yang tidak lagi muda.

    Tergesa Kenzo melajukan mobil kembali, keluar dari jalan tol, masuk ke dalam sebuah gang, tidak berapa lama mobilnya berhenti melaju, di sebuah rumah kecil asri. Kenzo membunyikan klakson, tidak berapa lama satpam membuka pintu gerbang.

    Rumah itu berlantai dua, cukup luas, tapi lebih kecil dari rumah yang pertama Rere kunjungi.

   "Bukannya Abang akan mengantar Rere pulang," tanya Rere, kala Kenzo membimbingnya ke luar dari mobil

   "Terlambat sedikit ngak apakan?" tanya Kenzo, menoleh ke arah Rere. Mereka masuk ke dalam rumah, Kenzo menggandeng Rere menaiki tangga. "Ini salah satu rumah yang aku beli dengan usahaku sendiri, dan rumah ini yang kadang aku tempati Re," terang Kenzo.

    "Sultan mah bebas ya, lebih aneh kenapa aku mau saja diajak ke rumah. Gandeng sana, gandeng sini mirip truk gandeng," pikir Rere di dalam hati merasa bingung dengan tindakannya sendiri.

    Rasa bahagia bergejolak di hati ke duanya, berbunga-bunga indah merekah. Kenzo membuka pintu sebuah ruangan. Rere mematung berdiri di ambang pintu tersebut. Terlihat kamar yang cukup luas. Nampak ranjang besar dan empuk diapit dua almari kecil. Tv led besar menempel di dinding seberang. Tirai berwarna putih berkelebatan, tertiup angin lantaran jendela terbuka. Yang menjadi pusat perhatian Rere adalah, sebuah foto besar terpampang di atas ranjang tersebut. Foto yang tidak asing, foto seorang gadis berpakaian kebaya merah. Foto itu foto dirinya.

    "Aku membidiknya sebelum kita berkenalan. Saat itu aku berpikir melihat bidadari cantik yang tak bisa aku lupakan di kemudian hari," jelas Kenzo sebelum Rere bertanya. "Dengan egois aku menyimpan foto itu sendiri, maaf Re," imbuhnya.

   Rere tersenyum malu, wajah dan telinganya memerah, tanpa sadar dia berjalan keluar menuju balkon lewat jendela yang terbuka lebar. Udara malam berhembus menyapu wajahnya.

    "Aku mencintai kamu Rere," bisik Kenzo dari belakang, di telinga Rere. Sapuan napas hangatnya menggelitik leher Rere.

   "Rere juga mencintai abang," jawab gadis itu tertunduk, menyembunyikan wajah dan telinga yang bertambah panas, memerah seperti buah tomat siap di panen.

    Kenzo menarik pelan Rere untuk lebih masuk ke dalam kamar, tangannya merangkum wajah cantik tersebut. Di cium bibir Rere dengan pelan, keduanya saling membalas, saling melumat dan menjilat. Sensasi aneh menjalar kesekujur tubuh. Tangan berototnya dengan cekatan membuka sweater yang Rere gunakan. Resleting dress di punggungnya perlahan di tarik ke bawah. Mulutnya masih gencar mencubit mulut Rere. Dengan sekali tekanan pengait bra yang digunakan Rere terlepas. Dresnya mengendur, sedikit melorot ke bawah. Menampakkan bra bagian depan Rere. Kenzo semakin bringas, ciumannya mulai turun ke leher putih jenjang Rere. Menelusuri setiap inci, dengan satu gerakan tangan lincah Kenzo. Dres itu terlepas dari lengan Rere beserta bra yang dikenakan. Dres itu merosot hingga ke perut. Kenzo semakin menjadi melihat gundukan kenyal, tangannya memeluk, menyangga tubuh Rere yang sedikit melengkun kebelakang. Lidah Kenzo menjilat memberikan sensasi rasa yang memperdaya.

    Gadis itu megerang sesekali kala mulut Kenzo melahap ujung bukit kembarnya secara bergantian dan memberikan banyak tanda merah di sekitarnya. Tubuhnya menegang, melemas, tak berdaya, pasrah dalam belaian Kenzo. Rere seperti terhipnotis, pikirannya kosong, pasrah tidak berdaya.

   Ingin Kenzo melanjutkan aktivitasnya, tapi ia segera tersadar. Melihat wajah merah gadis cantik dalam dekapannya itu. Rasa ingin menjaga, rasa ingin melindungi menyeruak tiba-tiba di sanubari yang hampir terbelit dengan nafsu. Mungkin ia bisa melakukannya dengan wanita lain namun, dengan Rere segalanya terasa berbeda. Rere terlihat seperti barang berharga yang mudah retak dan pecah di mata Kenzo.

   "Dia gadis di bawah umur Kenzo, sadarlah," pikir Kenzo dalam hati. Ia tersenyum ke arah Rere. Gadis itu masih nampak cantik meski rambutnya sedikit berantakan. Dia terlihat seperti habis bangun tidur. Lelaki tampan itu membimbing Rere duduk di sudut tempat tidur. Rere mulai tersadar dari gairah yang membuncah, menutupi bukit kembar ranumnya dengan tangan. Kenzo tersenyum, memungut bra, tergeletak di lantai. Tanpa rasa canggung dia memakaikan kembali bra dan membetulkan dress Rere. Seperti anak kecil Rere hanya menurut, begitu pula ketika Ken memakaikan kembali sweater.

    "Ayo sayang, aku antar kamu pulang," Kenzo dengan bahagia merangkul Rere. Meski ada hasrat yang belum ia tuntaskan tapi ia tak menyesalinya. Bagi Kenzo rasa yang indah itu ingin ia jaga. Mungkin tidak apa jika dengan para wanita yang mengejar-ngejar dirinya. Bersama Rere nampak berbeda, dia tidak sanggup merusak pagar ayu tersebut. Seperti bunga mawar merah merekah indah di pandang, dan berduri. Kenzo mengantar Rere dengan selamat sampai di kediamna sang nenek.

*****

    Rere sendiri merasakan sensasi yang membuat melayang tadi, meski ia dan mantan pacarnya sering melakukan hal yang sama seperti tadi. Akan tetapi kali ini dia merasa benar-benar dihargai. Kenzo tidak menuntut, dia dengan bangga memberi. Belaian halus tangan berototnya masih terasa mengusik. Dia kemudian tersenyum malu memandang tubuhnya di cermin, dress yang ia kenakan telah jatuh ke lantai. Diraba dadanya sendiri, nampak bekas tanda merah di sana sini. Ia segera bergantian dengan menggenakan set piyama. Suara ketukan pintu terdengar nyaring, dan kemudian terbuka. Menyembullah Nayla dari balik pintu.

     "Nayla, kok tumben ke sini nggak kasih kabar dahulu," Rere berjalan ke arah pintu.

    "Aku baru dari rumah sakit menjenguk nenek kamu. Katanya malam ini giliran simbok berjaga, jadi pasti kamu sendirian di rumah. Nenek menyuruh aku temani kamu. Aku datang bersama Abang Edzard, kita beli seafood buat dimakan bareng, mari keluar," cerocos Nayla dengan cepat menjelaskan. Dia kemudian menarik tangan Rere mengajaknya ke ruang makan.

    Terlihat di ruang makan, Edzard tengah menata piring dan menaruh makanan lainnya di atas meja. Ketiganya duduk di kursi yang tersedia.

    "Kamu sudah makan belum?" tanya Edzard.

    "Sebenarnya saya pulang di antar sama Bang Kenzo. Dan sempat diajak mampir ke rumah ketika menunggu hujan reda. Akhirnya saya makan dulu bersama orang tuanya Bang Ken," Rere menjelaskan.

    Mendengar kedekatan Rere dan Kenzo, dada Edzard sesak seketika. Terasa ada yang menyumbat pernapasan, seperti tali yang membelit kencang lehernya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nazwatalita
Yaah, telat Bang Edzard. Keduluan Kenzo
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status