Rapat kali ini membahas tentang pembangunan cabang hotel dan rumah makan di tempat yang sama. Di salah satu objek wisata pegunungan teh. Dimana konsep pilihan kami adalah happy holiday. Mengedepankan fasilitas itu sudah pasti, tapi juga mengutamakan keamanan, kenyaman dan menyenangkan bagi pengunjung. Akan ada taman bermain yang ramah untuk anak-anak. Rencananya akan dibangun gedung berlantai lima sebagai awal permulaan dan menunggu respon dari para pengunjung. Jika responnya baik kedepannya lagi, tidak menutup kemungkinan akan dibangun fasilitas yang lebih lengkap lagi. Respon dari para rekan kerja sangat baik. Aku sangat bersyukur dan beruntung. Pemilihan tempat yang tepat sangatlah tidak mudah. Aku dan para anak buahku langsung turun kelapangan melihat langsung lokasi. Yah, perjuangan yang benar-benar melelahkan namun juga berbuah manis. Aku tersenyum bangga pada ketiga anak buahku. Seorang wanita paruh baya dengan gaya rambut bob,
Alunan musik terdengar indah, dengan suara merdu seorang penyanyi wanita yang menyanyikan lagu Tentang Rasa by Astrid. Suaranya indah menggema di dalam sebuah kafe yang berada di lantai bawah gedung perusahaan berlantai tiga milik keluarga Edzard tersebut. Lelaki itu duduk bersenda gurau menikmati makanan yang mereka pesan. "Setelah ini, anda mau kemana?" tanya Edzard menatap wanita cantik dengan rambut panjang bergelombang itu. "Jangan panggil anda, panggil saya Angel saja," kata sang wanita yang duduk di hadapannya. Dia mengelap mulut dengan tisue. Mengambil gelas jus melon dan menyeruput lewat sedotan. "Aku akan pergi ke kantor saja, anda mau mengantar saya?" tanyanya. "Baiklah," jawab Edzard terkekeh. Dia berdiri untuk kudian mengulurkan tangan ke arah Angel. Wanita itu dengan senang hati meraih tangan tersebut da
Entah siapa yang memulai terlebih dahulu, yang pasti keduanya kini saling berciuman. Edzard ibarat binatang kelaparan, dia terlihat bringas memangut bibir sensual Angel dengan penuh gairah. Melumat habis, lidahnya menari-nari, menyeruak masuk ke dalam mulut Angel. Saling bertukar saliva masing-masing. Angel membalas dengan tidak kalah panas, menyambut dan ikut membalut bibir lawannya. Kecapan demi kecapan menggema, mereka dengan rakus membalas, menyesap bibir. Hingga kadar oksigen yang mereka hirup menipis. Keduanya menarik kepala, saling melempar senyum. Gurat kebahagiaan nampak tersungging di senyuman manis Angel. Mereka kemudian berpelukan cukup lama. Lelaki itu merasa bimbang dengan hatinya kini. Dalam hatinya masih tertulis nama Rere. Nama gadis yang tidak seharusnya bersemayan. "Mungkinkah dengan aku membuka hati untuk Angel. Semua akan baik-baik saja. Aku telah menciumnya, astaga. Aku
Tatapan penuh intimidasi membuat mereka berdua hilang nyali, serempak menundukkan kepala. Edzard memejamkan mata, menghela napas menahan emosi. Cukup lama mereka saling diam tiada kata. Angel, wanita tersebut lebih memilih mengamati dari jauh. Dia ragu untuk mendekat, meski sebenarnya ada rasa penasaran. "Katakanlah," ujar Edzard memecah kebekuan. Dia membuka mata, menatap sayu sang adik. Dia tahu benar Nayla tidak akan pernah menyukai Kenzo, gadis cantik itu telah dijodohkan kedua orang tuanya dengan salah seorang rekan bisnis. Seorang lelaki yang berkepribadian baik nan santun. Sesuai selera Nayla, tanggapan baik juga telah diutarakan Nayla, yang menerima rencana keluarga dengan tangan terbuka dan sumringah. Pertunangan keduanya telah di depan mata. Akan diselenggarakan beberapa bulan saat libur kuliah. Namun, melihat apa yang terlihat di depan mata membuatnya sangsi. Pikiran negatif menyergap di benak Edzar
Mengingat masa lalu, kala untuk pertama kalinya Kenzo bertemu Nayla. Si brengsek yang hobi mengoleksi perempuan sebagai pajangan dan pelipur kesepiannya. Dia akan selalu terpikat dengan wanita cantik, tak jauh berbeda ketika Kenzo bersua Nayla. Dasar playboy, dia terpikat akan pesona gadis tersebut. Berparas ayu, manis, berkulit putih mulus, hidung mancung, rambutnya panjang terurai, dengan poni menyamping rapi. Versi wanita dari sosok Edzard, hanya saja gadis muda itu lebih pendek sedikit. Rayuan demi rayuan tidak pernah mempan pada gadis bermata tajam tersebut. Jika Edzard membangun dinding besi menyelimuti hati bagi para wanita penggoda. Maka Nayla adalah mawar indah merekah nan berduri yang tidak mampu Kenzo sentuh meski dengan sejuta pesonanya. Yang tidak mudah digapai meaki banyak uluran tangan meraihnya. Edzard ikut menjaga bunga mawar indah itu agar tetap indah merekah. Balutan kasih sayang yang tidak terkira dari
Kenzo menghentikan laju mobil tepat di pelataran rumah sederhana keluarga Devan. Lelaki itu menoleh ke arah Nayla yang tengah terlelap dalam buaian mimpi. Wajah mulus itu nampak cantik dengan make up tipisnya. Bibir yang selalu mengucap kata pedas tersebut mengatup rapat dan terlihat menggiurkan bagi Kenzo. Tanpa sadar wajah lelaki itu mendekat, ciuman ringan mendarat di bibir sang gadis. Kenzo yang segera tersadar segera menarik wajahnya. Dia menghela napas panjang dan mengembuskan berat."Astaga, apa yang telah aku lakukan, dasar gila," umpat Kenzo dalam benaknya. Lelaki itu kemudian menepuk pelan pipi Nayla. "Nay bangun, sudah sampai," ujarnya. Nayla tidak menjawab. Ia masih terlelap. Karena kasihan, Kenzo akhirnya memutuskan untuk membopong tubuhnya. Lelaki itu keluar mobil berjalan mengitari menuju seberang. Ia membuka pintu mobil pelan, melepas sabuk pengaman yang dikenakan Nayla. Kenzo mengan
Rambut panjang Rere terbang terbawa angin masuk lewat jendela yang terbuka. Tatapan sang gadis itu masih melekat dua pasang sejoli yang tengah mengadakan lamaran tersebut. Senyumnya tersungging selalu, Kenzo menatap gadisnya dengan perasaan kesal, merasa terabaikan. Ia cemburu, padahal bukan pada sesuatu yang harus dicemburui namun, Kenzo tidak rela sang gadis fokus terhadap sesuatu selain dirinya. "Romantis bagaimana? Menurutku itu terlalu murahan untuk di sebut romantis, Sayang," ujar Kenzo kesal. "Abang tidak akan pernah tahu, kebahagiaan itu akan tetap ada meski sesuatu itu bersifat sederhana. Tinggal bagaimana kita menyikapi dan menerima," tutur Rere memandang wajah ketus Kenzo. Ia mengernyitkan kening menatap bingung, tidak mau ambil pusing, Rere kembali menyantap hidangannya. Ia kemudian
Aku benar-benar tidak habis pikir dengan jalan hidup yang mempermainkanku. Baru saja aku hendak mencoba menata hati, menerima wanita lain. Mengapa wanita-wanita tersebut selalu berkaitan dengan Kenzo. Perasaanku benar-benar tidak tenang, ada rasa mengganjal di hati. Di sepanjang perjalanan, dimana jalan raya masih cukup ramai kendaraan berlalu lalang, di malam yang panjang ini. Aku berusaha fokus mengemudi. Tanpa perduli dengan Angel yang duduk di sampingku. Dia masih terdiam seribu bahasa tanpa kata sepatahpun. Entah apa yang ia pikirkan dan rasakan. Hatiku ini yang pasti sangat amat sakit.Pernyataan Kenzo yang langsung melontarkan bahwa Angel adalah mantan wanitanya. Hancur memang namun, ini lebih baik di bandingkan kenyataan yang akan aku terima setelah terlanjur menyayangi. Angel pasti paham benar akan kejadian masa laluku dengan Helene. Apa itu yang membuatnya diam, apa itu yang membuatnya takut untuk berkata jujur.
Edzard masih terpaku menatap mobil yang semakin menjauh. Tanpa sadar dia meneguk air mineral dalam botol bekas gadis gadis tersebut. Dia menggelengkan kepala, bayangan gadis misterius yang hampir celaka karena ulahnya. Angin malam menyapa tubuh Edzard, membuat rambutnya menari seirama hadirnya angin. Suara dedaunan terseok secara serempak. Bising kendaraan yang berlalu memecah lamunannya. Ia kemudian berjalan ke arah mobil. Lelaki gagah itu menghela napas panjang dan berat. Ia kembali menyalakan mesin mobil dan kembali melakukannya. Memecah belah jalan raya, kali ini lelaki tersebut berusaha fokus. "Alhamdulillah," ucap Edzard kala mobilnya sampai di depan pintu gerbang rumah. Edzard pelan melajukan mobilnya masuk ke garasi. Ia kemudian bergegas keluar. Pria tersebut memincing