Edgar membopongku ke kamar tidur, lalu memakaikanku baju pertama yang dilihatnya. Kaos putih oblong kebesaran dan celana dalam putih polos.
"Kamu cantik berpenampilan apa pun." Ujarnya saat aku protes dengan pilihan bajunya. Edgar mengeringkan rambutku dengan hairdriyer sambil menyisirnya perlahan. "Pasti makanannya sudah dingin, aku akan memanaskannya." Aku menuju dapur dan segera menghangatkan makanan di microwave. 'Hmm penampilan kumal apa ini?' aku mengamati bayanganku yang terpantul di kaca dapur, kaos kedodoran tanpa celana. Dan kalau diperhatikan lagi kaos putih ini tipis sekali sampai puting payudaraku tercetak jelas disana. Setelah makan malam, Edgar membantuku cuci piring dan aku mengelap meja makan kami. "Sayang, Terima kasih untuk hari ini." Bisiknya dari belakang saat aku masih sibuk merapikan meja makan, tangan kirinya memeluk pinggangku dan tangan kanannya dengan jahil memain kan puting payudaraku. "Aaah hentikan." Aku berbalik untuk memukulnya tapi Edgar segera berlari ke kamar dengan cekikikan. Aku belum bisa tidur, Edgar yang begitu menyentuh bantal langsung terlelap tidak akan tau kegelisahanku. Aku kembali kedapur menyeduh coklat hangat, lalu menyalakan tivi tanpa benar - benar menontonnya. 'klung' notifikasi pesan dari ponselku. Aku meraih benda pipih itu, sebuah pesan. "Miss, Jangan lupa mengunci pintu." Hmm dari Jason "Miss, tutup gordennya jika menyalakan tivi." "Miss, pagarnya belum dikunci." 3 pesan beruntun dari Jason. Aku penasaran, apakah Jason sedang berada di sekitar rumahku. Aku mengintip dibalik jendela, tapi sepi di jalan tak terlihat ada siapapun. "Miss, jangan sampai ada orang jahat yang masuk kerumahmu." mungkin karena malam itu dia mendapati rumahku tak terkunci mangkanya dia tau. Aku segera keluar rumah untuk mengunci pagar, sepi! tak ada tanda - tanda orang disekitar rumahku. Setelah mengunci pagar aku segera masuk kerumah, dan mengunci pintu. Saat aku mengecek handphone ku ada lagi pesan yang masuk. "Astaga Miss, kamu terlihat sangat seksi. Kaos tipis itu tak mampu menutupi payudara dan putingmu yang menonjol." Aku sangat kaget membaca pesannya, dia melihatku. "Aku tidak percaya ini, kamu keluar tanpa memakai celana? Ahh ingin sekali aku meraihmu dan membenamkanmu di pelukanku. Tubuhmu terasa mungil dalam dekapanku." Aku serasa mau gila membaca pesan anak nakal ini. Sungguh mahasiswa yang tidak punya sopan santun. "Kamu dimana?" Balasku "Aku disini melihatmu dengan jelas." Aku tak lagi membalasnya, anak itu sedang mengerjaiku. Aku masuk kamar dan mencoba untuk tidur. Sepertinya aku baru terlelap sebentar saat kurasakan tangan hangat menarik lepas celana dalamku, perlahan kakiku dibuka dengan pelan, benda hangat menari - nari di pangkal pahaku. "Hmmm" erangku antara sadar dan mimpi. saat aku menjulurkan tangan, aku menyentuh kepala dengan rambut lebat berada di antara kakiku. "Kamu sudah bangun?" Edgar menyeringai dibawah perutku. Aku menyipitkan mata, melihat Edgar yang mulai menjilati tubuh bagian bawahku. "Aaaah kau sudah sangat basah." Dia makin melebarkan kakiku dan mendorong tubuhnya memasukiku. "Aaaaaah." Jeritku karena belum siap menerima benda berotot itu, rasanya sangat penuh. Edgar mengangkat kakiku, dan memompa tubuhnya maju mundur. Kepalanya menyeruak masuk kedalam kaosku menghisap payudaraku yang sudah menegang. "AAaaaah, Edgar terus jangan berhenti, terus Edgar teruuus." Seruku di bawah tubuh Edgar. Edgar terkulai di atas perutku, cairan hangat merembes mengalir di antara pahaku. Masih jam 6 pagi, Edgar sudah membuatku berkeringat. "Hey mau kemana?" Seru ku kaget saat Edgar tiba - tiba membopongku. "Ayo kita mandi bersama." Seringainya. Edgar melepas kaosku, satu - satunya penutup tubuhku dan mulai menyabuni seluruh tubuh ku dan berlama - lama saat memnyabuni payudara dan pangkal pahaku. "Aaaaah Edgar, Hentikan mau berapa lama lagi kamu meremas payudaraku?" seruku pura - pura tak suka. "Baiklah, aku akan merhenti meremas payudaramu." Edgar mengguyur tubuhku yang penuh sabun, tanpa ku duga - duga tangannya yang semula meremas - remas payudaraku pindah ke selangkangannku tanpa permisi jari - jarinya meluncur masuk ke liang hangat itu. Membuatku merem melek. "Aaaah Edgar, apa apaan." Ujarku ngos - ngosan. aku sudah sampai pada puncaknya namun jemari Edgar tak mau berhenti, terus keluar masuk tubuhku. Dengan keras aku mendorongnya sampai terbaring di lantai kamar mandi, dan segera mendudukinya tepat di atas benda kecoklatan yang sudah berdiri tegak itu. Aku mengayunkan tubuhku naik turun dengan cepat, membuat payudaraku ikut berayun, Edgar meraihnya dan meremasnya perlahan, aku semakin cepat berayun naik turun, aku bertumpu dilantai dengan lututku, dan tanganku menopang di atas perut Edgar, "AAAAh aaah ahhh ahhh ssssh aaah." Erangku masih terus berayun, menaik turunkan tubuhku menarik dan mendorong benda berotot itu keluar masuk tubuhku, payudaraku semakin berayun gila - gilaan, Edgar terduduk dan membenamkan wajahnya diantara payudaraku, tangannya memeluk pinggangku namun tak menghentikan ayunanku, sampai aku dan Edgar bersama - sama berteriak puas melepaskan cairan."Ya aku di bar." Jawab Caroline"Tunggu aku." Suara panggilan telpon terputus. Lelaki tadi duduk di samping Caroline."Boleh aku temani?" Pria itu menatap Caroline.Caroline hanya mengangkat bahu ringan.Tak sampai 10 menit, Jason muncul dari arah pintu. Tatapannya langsung jatuh ke arah Caroline."Line? sudah lama menunggu?" Jason mendekat, tangannya lansung melingkari pundak Cariline, seolah mengklaim bahwa Caroline miliknya.Melihat itu, pria asing tadi langsung berdiri dan pergi tanpa kata - kata."Aku sudah bilang, kalau ingin ke sini panggil aku. Aku akan menemanimu.""Tak perlu, aku bisa sendiri.""Apa kamu berniat menggoda laki - laki lain?""Ah sudahlah malas bicara sama kamu." Caroline meneguk minumanya, tangannya menusuk - nusuk buritto tanpa berusaha memakannya.Jason duduk di kursi sebelah Caroline, dia diam menatap Caroline beberapa saat sampai Mark menwarkan minuman.
"Kamu tidak pergi?" Caroline terburu menyambar handuk yang tersampir di lengan sofa. "Aku menunggumu bangun." Caroline berjalan kedapur, menuangkan sebungkus sup kedalam mangkok dan perlahan menyuapkan sesendok kuah sup. "Enak?" tanya Jason berjalan mendekat. "Lumayan, terima kasih." "Miss suka ke bar? sendirian?" "Sekedar mencari hiburan." "Kesepian? Lain kali panggil saja aku, kita pergi bersama." "Baik." Jawab Caroline singkat, membuat alis Jason terangkat heran. "Kok langsung setuju?" "Dari pada kamu banyak omong." Sepertinya nafsu makan Caroline membaik, semangkuk sup sudah habis dilahapnya. "Miss mau kembali tidur?" "Ya, mumpung libur. Kenapa? kamu mau temani aku tidur?" Jason melongo tak percaya. "Hahahahaha, aku hanya bercanda." Caroline terbahak, candaannya sukses membuat Jason tergagap. "Aku mau kok temani." "Sudah kamu pergi sana, aku mau lanjut tidur." Caroline kembali ketempat tidur, menarik selimut lalu mencoba untuk tertidur. Entah be
Jason menatap Caroline, tatapannya seolah mengatakan. 'Mundur' tanpa membantah Caroline beringsut, melangkah mundur di belakang tubung Jason. Brian, lelaki kasar itu bertubuh jangkung. Namun masih lebih tinggi tubuh Jason. "Jangan ikut campur!" Bentak Brian. "Ikut campur? urusannya adalah urusanku." Jason menghindar saat Brian melayangkan pukulan. Tak lama datang 2 orang security, yang langsung menyeret Brian. "Kamu tidak apa - apa?" Jason berbalik menatap Caroline yang sudah mulai sempoyongan. Caroline menggeleng, lalu terhuyung hampir ambruk kalau saja Jason tidak menahan tubuhnya. "Aku akan mengantarmu pulang. Berikan kunci mobilmu!" tanpa berpikir Caroline merogoh saku lalu menyerahkan kunci mobil. "Mark, masukkan ke tagihanku ya." Jason memberi Mark kode. Seolah mengangkat boneka, Jason membopong tubuh Caroline menuju tempat parkir. "Gaes, aku antar Miss Caroline pulang dulu. Lanjutkan saja tanpa aku." Pamit Jason pada teman - temannya. Caroline duduk di kursi
Caroline berselancar di sosmed, mencari tempat tongkrongan yang asyik buat di kunjungi. Setelah sekian menit akhirnya Caroline menemukan tempat yang pas dengan keinginannya. Tempatnya tidak terlalu jauh, kelihatan dari review para pengunjung, tempatnya mendapat 5 bintang. Suasana dan makanannya juga oke. Akhirnya Caroline memutuskan untuk mencoba mengunjungi tempat nongkrong yang lagi hits. Mematut diri di depan cermin full body, Caroline mencoba beberapa baju. Dari tshirt oblong dengan celana pendek, croptop dengan celana panjang, rokmini sampai gaun pendek. Dan Caroline memutuskan memakai tanktop hitam dengan jacket kulit merah maroon, bawahan jins hitam. Rambut coklat se bahunya di biarkan terurai alami. Mobil Caroline meluncur mulus di jalan beraspal, menembus bisingnya jalan Brodwy yang mulai padat. Lampu jalanan bergerak bagai bintang dilangit gelap. Musik lembut mengalun, menemani perjalanan singkat Caroline. Tak sampai 20 menit, mobil Caroline telah sampai di tempat parkir se
Sesampai dirumah aku segera menyusun belanjaanku di dalam kulkas. Karena sudah lelah aku hanya memasak mie instan dan telur sebagai topingnya. Mungkin karena terlalu lapar, mie instan ini terasa sangat enak. Rumah terasa sepi, tiba - tiba aku menginginkan seorang anak. Tapi itu hanya ada di angan - angan ku saja, karena Edgar belum mau memiliki bayi. 'Masih belum stabil' itu alasannya saat aku membahas tentang hadirnya seorang bayi."Edgar aku kesepian." Ujarku, kala itu kami minum teh di sore hari."Kembalilah bekerja sayang, di kampus pasti ramai sekali." Jawab Edgar saat aku mengeluh kesepian saat Edgar sibuk bekerja dan sering berangkat keluar kota. Karena itu setelah 6 bulan pernikahan kami aku mulai kembali bekerja. Padahal aku berencana ingin langsung mempunyai banyak anak, mengingat aku anak tunggal yatim piatu. Aku ingin sekali punya rumah dengan banyak anggota keluarga.Jam sudah menunjukkan jam 11 malam, namun aku belum juga ngantuk. Bosan, aku pun menyalakan tv, tak ad
Tidak sampai di situ, begitu jari - jariku bersih dari sisa - sisa coklat, Jason menatapku penuh minat. Dengan sekali sentakan wajahku ditarik mendekat, tanpa aba - aba lidahnya menjilati bibirku yang belepotan coklat. "Apa apaan kamu." Aku terkejut dan mendorong kasar wajahnya, kepalanya sampai membentur sandaran kursi. "Aow Miss, kasar sekali." Jason mengelus belakang kepalanya. "Kenapa kamu bisa didalam mobilku?" "Aku menunggu Miss pulang, sampai ketiduran. Saat terbangun aku melihat cemilan lezat." Jason menatap bibirku. Reflek aku segera menutupnya dengan telapak tangan. Suara klakson terdengar dari belakang, aku segera menginjak pelan pedal gas memajukan mobilku. "Kamu kan yang mengikat tali sepatu Pak Oscar?" "Tapi kenapa Miss membelaku?" Jason Balik bertanya. Aku hanya mengabaikannya, karena tak tau harus menjawab apa. "Aku membencinya, Miss tau?" Karena aku hanya diam, Jason lanjut berceloteh. "Anda tau Miss, aku tidak suka Oscar. dia mesum." "Hus, kamu jangan bic