Share

7. Coklat

Penulis: nastasya hyuuga
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-27 15:35:51

Aku mengabaikan pesan Jason, Ancamannya tidak membuatku takut. Aku ingin menjawab pertanyaan Casandra dan Debora namun pesan beruntun dari Jason masuk lagi.

"Miss, sekarang!"

"Miss, jangan menantangku! Kamu akan menyesal." Aku memandangi pesan darinya dan mengangkat wajahku saat Casandra berseru.

"Jason? Ada apa?"

"Saya ingin bertemu Miss Caroline, beliau menjatuhkan buku di lapangan."

"Miss Caroline." Jason menyodorkan sebuah buku dan aku menerimanya, saat tanganku menerima buku tangannya meremas cepat jariku.

Mataku membulat, tak menyangka Jason bakalan masuk keruanganku. Tatapan Jason mengunciku sehingga aku terpaksa mengangguk dan mengucapkan kan kata "Baiklah" tanpa suara. Tak mau memperkeruh keadaan.

Setelah Jason pergi, mau tak mau aku langsung membuka blokiran nomornya.

"Huh anak nakal itu." Gerutu Debora.

"Kamu hati - hati Line, Jason itu sangat berbahaya. Orang tuanya sampai angkat tangan. Anak itu sangat nekat, pernah menghajar guru olahraga disekolahnya dulu." Tambah Casandra

"Oh ya? Benarkah?"

"Ya benar, anak itu menuduh gurunya melecehkan teman perempuan. Karena kesal guru itu tidak dihukum Jason mengamuk dan menghajarnya sampai guru itu masuk rumah sakit, tulang rusuknya patah." Pak Oscar datang menimpali, beliau guru olahraga di sekolahku.

"Ya karena itu Jason di keluarkan dari sekolah lamanya dan pindah kekota ini sampai lulus dan mendaftar di kampus kita." Casandra membenarkan.

"Tapi sekarang guru itu sudah ditahan di penjara karena terbukti bersalah." Deborah memberikan informasi yang tak ku minta.

"Jason sebenarnya anak pintar tapi karena sifat nakalnya, nilainya banyak yang kosong. Kalau bukan karena ayahnya yang kaya dan donatur kampus kita sudah lama dia dikeluarkan." Casandra menambahkan.

Aku termenung, karena penasaran aku membuka - buka lagi data diri Jason, Jason Ortega anak dari pemilik pabrik kertas Ortega, anak satu -satunya.

Rumahnya tak jauh dari kampus, Ibunya seorang pengacara sukses. Bisa dibilang Jason adalah seorang putra mahkota.

Membaca latar belakang Jason membuat Caroline membayangkan wajah anak nakal itu. Mata ceria dengan sorot jahil, bibir penuh yang selalu melengkung tersenyum. Anak yang beruntung.

Mata kuliah hari ini berlangsung lebih lama, karena 2 hari absen aku harus mengejar materi yang harus ku ajarkan, para mahasiswaku di semester 1 sangat manis. Mereka sangat sopan dan ceria aku betah berlama - lama di kelas.

"Miss Caroline." Wiliam mahasiswa semester 1 menghampiriku. Aku berhenti berjalan dan menunggunya di depan kantor dosen.

"Ini untuk Miss." Anak itu, William menyodorkan sekotak coklat, aku menyambutnya dengan senyum.

"Terima kasih William, Miss akan memakannya." Aku menepuk bahunha pelan membuat pipi gembulnya merona. Dia segera berlari menjauh.

"Wah banyak juga ya penggemarmu." Oscar yang berpapasan dengaku dipintu melihat ke arah coklat yang ku taruh di atas meja.

"Yaah, anak - anak ini sangat manis." Ujarku tersenyum membuka kotak coklat.

"Kau mau?" Oscar menggeleng.

"Aku tak suka coklat, membuat gigiku ngilu."

"Caroline, apa kamu benar sudah menikah?" tanya Oscar, Belum sampat aku menjawab Jason masuk sambil membawa tumpukan buku tugas, anak itu melirikku sekilas lalu meletakkan bawaannya di atas meja Cassandra, dosen ekonomi.

"Hey Caroline kamu belum menjawab pertanyaanku." Oscar mengingatkan.

"Pertanyaan apa?" Tanyaku balik.

"Benarkah kamu sudah menikah?" Ulangnya.

"Iya benar, bukannya aku sudah sering menceritakan suamiku?" Jawabku membuat Oscar mendengus kesal.

"Padahal kamu masih sangat muda dan cantik, sayang sekali begitu cepat menikah." Gerutu Oscar nyaris tak kudengar.

"Apa maksudmu?" Tanyaku, Aneh saja Oscar dosen yang paling irit bicara tiba - tiba bertanya padaku.

"Aah tidak apa - apa, hanya penasaran." Jawabnya.

Oscar berdiri hendak keluar ruangan tapi langsung terjerebab di langkah berikutnya.

Aku melongo melihatnya terguling, tali sepatu di kedua kakinya saling terikat. Aku menahan tawa namun di detik berikutnya kudengar suara tawa Debora pecah.

Masih tepingkal - pingkal Deborah membantu Oscar berdiri, sekelebat kulihat Jason menyelinap keluar, aku menepuk dahiku pelan. 'hmm pasti ulah Jason' pikirku.

"Kamu baik - baik saja?" Tanyaku pada Oscar.

Wajahnya yang menghantam lantai sedikit memar, untung saja tidak mengenai ujung meja yang terbuat dari besi.

Oscar hanya diam mengelus pipinya.

"Kok bisa - bisanya tali sepatumu tersangkut?" Deborah memberikan kompres ke Oscar yang langsung menempelkannya di pipi.

"Pasti ada yang mengerjaiku!"

"Hah, aku tau pasti Jason yang mengerjaiku. Aku tadi melihatnya membawakan buku - buku Casandra." Timpal Oscar emosi.

"Hey di ruangan itu hanya ada kita berdua sebelum Debora masuk. Jason sudah dari tadi keluar. Benarkan Debora?" Entah mengapa aku memilih membela Jason yang sudah pasti pelakunya.

"Ya, aku hanya melihat kalian berdua di dalam ruang tadi." Jawab Debora tanpa berfikir.

Siang ini sangat panas, sebelum pulang aku mengantre di pom bensin. Bensin di mobilku nyaris kosong, dan ternyata antreannya cukup panjang. Maklumlah di kota kecil ini hanya ada satu pom bensin.

Sambil menunggu antrean, aku membuka kotak coklat pemberian William. Memakannya dengan tangaku, karena cuaca cukup panas coklat di tanganku cepat melelah membuatnya belepotan di tangan kananku. Aku segera mencari - cari tisu.

Tau - tau, dari belakang ada yang menarik tanganku lalu menjilati sisa - sia coklat di jari - jariku.

"Hmm enaak." Seringainya Jason tersenyum Jahil.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Godaan Nakal Brondong Manis   13

    "Ya aku di bar." Jawab Caroline"Tunggu aku." Suara panggilan telpon terputus. Lelaki tadi duduk di samping Caroline."Boleh aku temani?" Pria itu menatap Caroline.Caroline hanya mengangkat bahu ringan.Tak sampai 10 menit, Jason muncul dari arah pintu. Tatapannya langsung jatuh ke arah Caroline."Line? sudah lama menunggu?" Jason mendekat, tangannya lansung melingkari pundak Cariline, seolah mengklaim bahwa Caroline miliknya.Melihat itu, pria asing tadi langsung berdiri dan pergi tanpa kata - kata."Aku sudah bilang, kalau ingin ke sini panggil aku. Aku akan menemanimu.""Tak perlu, aku bisa sendiri.""Apa kamu berniat menggoda laki - laki lain?""Ah sudahlah malas bicara sama kamu." Caroline meneguk minumanya, tangannya menusuk - nusuk buritto tanpa berusaha memakannya.Jason duduk di kursi sebelah Caroline, dia diam menatap Caroline beberapa saat sampai Mark menwarkan minuman.

  • Godaan Nakal Brondong Manis   12

    "Kamu tidak pergi?" Caroline terburu menyambar handuk yang tersampir di lengan sofa. "Aku menunggumu bangun." Caroline berjalan kedapur, menuangkan sebungkus sup kedalam mangkok dan perlahan menyuapkan sesendok kuah sup. "Enak?" tanya Jason berjalan mendekat. "Lumayan, terima kasih." "Miss suka ke bar? sendirian?" "Sekedar mencari hiburan." "Kesepian? Lain kali panggil saja aku, kita pergi bersama." "Baik." Jawab Caroline singkat, membuat alis Jason terangkat heran. "Kok langsung setuju?" "Dari pada kamu banyak omong." Sepertinya nafsu makan Caroline membaik, semangkuk sup sudah habis dilahapnya. "Miss mau kembali tidur?" "Ya, mumpung libur. Kenapa? kamu mau temani aku tidur?" Jason melongo tak percaya. "Hahahahaha, aku hanya bercanda." Caroline terbahak, candaannya sukses membuat Jason tergagap. "Aku mau kok temani." "Sudah kamu pergi sana, aku mau lanjut tidur." Caroline kembali ketempat tidur, menarik selimut lalu mencoba untuk tertidur. Entah be

  • Godaan Nakal Brondong Manis   11

    Jason menatap Caroline, tatapannya seolah mengatakan. 'Mundur' tanpa membantah Caroline beringsut, melangkah mundur di belakang tubung Jason. Brian, lelaki kasar itu bertubuh jangkung. Namun masih lebih tinggi tubuh Jason. "Jangan ikut campur!" Bentak Brian. "Ikut campur? urusannya adalah urusanku." Jason menghindar saat Brian melayangkan pukulan. Tak lama datang 2 orang security, yang langsung menyeret Brian. "Kamu tidak apa - apa?" Jason berbalik menatap Caroline yang sudah mulai sempoyongan. Caroline menggeleng, lalu terhuyung hampir ambruk kalau saja Jason tidak menahan tubuhnya. "Aku akan mengantarmu pulang. Berikan kunci mobilmu!" tanpa berpikir Caroline merogoh saku lalu menyerahkan kunci mobil. "Mark, masukkan ke tagihanku ya." Jason memberi Mark kode. Seolah mengangkat boneka, Jason membopong tubuh Caroline menuju tempat parkir. "Gaes, aku antar Miss Caroline pulang dulu. Lanjutkan saja tanpa aku." Pamit Jason pada teman - temannya. Caroline duduk di kursi

  • Godaan Nakal Brondong Manis   10

    Caroline berselancar di sosmed, mencari tempat tongkrongan yang asyik buat di kunjungi. Setelah sekian menit akhirnya Caroline menemukan tempat yang pas dengan keinginannya. Tempatnya tidak terlalu jauh, kelihatan dari review para pengunjung, tempatnya mendapat 5 bintang. Suasana dan makanannya juga oke. Akhirnya Caroline memutuskan untuk mencoba mengunjungi tempat nongkrong yang lagi hits. Mematut diri di depan cermin full body, Caroline mencoba beberapa baju. Dari tshirt oblong dengan celana pendek, croptop dengan celana panjang, rokmini sampai gaun pendek. Dan Caroline memutuskan memakai tanktop hitam dengan jacket kulit merah maroon, bawahan jins hitam. Rambut coklat se bahunya di biarkan terurai alami. Mobil Caroline meluncur mulus di jalan beraspal, menembus bisingnya jalan Brodwy yang mulai padat. Lampu jalanan bergerak bagai bintang dilangit gelap. Musik lembut mengalun, menemani perjalanan singkat Caroline. Tak sampai 20 menit, mobil Caroline telah sampai di tempat parkir se

  • Godaan Nakal Brondong Manis   9. Cokelat 2

    Sesampai dirumah aku segera menyusun belanjaanku di dalam kulkas. Karena sudah lelah aku hanya memasak mie instan dan telur sebagai topingnya. Mungkin karena terlalu lapar, mie instan ini terasa sangat enak. Rumah terasa sepi, tiba - tiba aku menginginkan seorang anak. Tapi itu hanya ada di angan - angan ku saja, karena Edgar belum mau memiliki bayi. 'Masih belum stabil' itu alasannya saat aku membahas tentang hadirnya seorang bayi."Edgar aku kesepian." Ujarku, kala itu kami minum teh di sore hari."Kembalilah bekerja sayang, di kampus pasti ramai sekali." Jawab Edgar saat aku mengeluh kesepian saat Edgar sibuk bekerja dan sering berangkat keluar kota. Karena itu setelah 6 bulan pernikahan kami aku mulai kembali bekerja. Padahal aku berencana ingin langsung mempunyai banyak anak, mengingat aku anak tunggal yatim piatu. Aku ingin sekali punya rumah dengan banyak anggota keluarga.Jam sudah menunjukkan jam 11 malam, namun aku belum juga ngantuk. Bosan, aku pun menyalakan tv, tak ad

  • Godaan Nakal Brondong Manis   8. Pom Bensin

    Tidak sampai di situ, begitu jari - jariku bersih dari sisa - sisa coklat, Jason menatapku penuh minat. Dengan sekali sentakan wajahku ditarik mendekat, tanpa aba - aba lidahnya menjilati bibirku yang belepotan coklat. "Apa apaan kamu." Aku terkejut dan mendorong kasar wajahnya, kepalanya sampai membentur sandaran kursi. "Aow Miss, kasar sekali." Jason mengelus belakang kepalanya. "Kenapa kamu bisa didalam mobilku?" "Aku menunggu Miss pulang, sampai ketiduran. Saat terbangun aku melihat cemilan lezat." Jason menatap bibirku. Reflek aku segera menutupnya dengan telapak tangan. Suara klakson terdengar dari belakang, aku segera menginjak pelan pedal gas memajukan mobilku. "Kamu kan yang mengikat tali sepatu Pak Oscar?" "Tapi kenapa Miss membelaku?" Jason Balik bertanya. Aku hanya mengabaikannya, karena tak tau harus menjawab apa. "Aku membencinya, Miss tau?" Karena aku hanya diam, Jason lanjut berceloteh. "Anda tau Miss, aku tidak suka Oscar. dia mesum." "Hus, kamu jangan bic

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status